• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.6 Metode Pengukuran

Adapun metode pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut.

1. Ketahanan Pangan Keluarga Buruh Kayu

Dalam mengukur ketahanan pangan keluarga, dapat dilakukan dengan pengukuran yang dikembangkan oleh Jonsson Toole (1991) dalam Maxwell, D et al (2000). Pengukuran tersebut dilakukan dengan menggabungkan dua indikator ketahanan pangan yaitu tingkat pengeluaran pangan dan konsumsi energi keluarga. Batasan untuk konsumsi energi keluarga adalah 80% dari angka kecukupan konsumsi energi rata-rata keluarga, sedangkan batasan tingkat pengeluaran pangan adalah 60% dari total pengeluaran. Indikator tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Pengukuran Ketahanan Pangan Keluarga

Konsumsi Energi Rumah Tangga

Tingkat Pengeluaran Pangan Rendah (≤ 60% Pengeluaran Total) Tinggi (>60% Pengeluaran Total) Cukup (>80% kecukupan energi rata-rata keluarga)

Tahan Pangan Rentan Pangan

Kurang

(≤ 80% kecukupan energi rata-rata keluarga)

Kurang Pangan Rawan Pangan

2. Konsumsi Pangan Keluarga Buruh Kayu

Dalam penelitian ini konsumsi pangan yang diperhitungkan adalah konsumsi energi rata-rata keluarga buruh kayu. Perhitungan tingkat konsumsi energi keluarga diperoleh dari hasil analisis konsumsi makanan keluarga yang dibandingkan dengan angka kecukupan energi rata-rata keluarga (AKERK). Makanan yang dikonsumsi oleh keluarga, dihitung dengan mengkonversikan makanan tersebut ke ukuran rumah tangga (URT) atau ke dalam ukuran gram untuk dianalisis kandungan zat gizi dari seluruh bahan pangan yang dikonsumsi dengan menggunakan aplikasi komputer nutrisurvey 2005 atau daftar komposisi bahan makanan (DKBM). Lalu dijumlahkan dan dirata-ratakan untuk mendapatkan hasil analisis makanan yang konsumsi keluarga selama dua hari. Selanjutnya, hasil analisis makanan yang dikonsumsi dibandingkan dengan angka kecukupan energi rata-rata keluarga (AKERK), yang dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini.

AKERK = Keterangan :

AKERK = angka kecukupan energi rata-rata keluarga

UE = Faktor Unit Konsumen Energi dari anggota keluarga ke-i N = jumlah anggota keluarga yang ditaksir kecukupannya 2700 = nilai UE sama dengan 1000

Tingkat konsumsi energi keluarga diklasifikasikan dengan kriteria yang tertera pada Tabel 3.2 pada kolom tingkat konsumsi energi rumah tangga.

3. Tingkat Pengeluaran Pangan Keluarga

Dihitung dengan membagi pengeluaran untuk bahan pangan selama sebulan dengan total pengeluaran selama sebulan dikalikan dengan 100%. Kemudian hasilnya dibandingkan dengan kriteria tingkat pengeluaran pangan rumah tangga pada tabel 3.2.

4. Status Gizi

Penentuan status gizi anggota keluarga dilakukan dengan cara pengukuran terhadap nilai-nilai dari indeks antropometri BB/U, BB/TB, IMT/U, dan IMT dibandingkan dengan menggunakan nilai rujukan dari Kementerian Kesehatan RI a. Untuk anggota keluarga yang berusia 0 sampai 2 tahun, status gizi diukur

dengan menggunakan indeks berat badan menurut umur seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.3 Indeks Antropometri Berat Badan Menurut Umur pada Anak Usia 0-2 Tahun

Ambang Batas (Z-Score) Kategori Status Gizi

Di atas 2 SD Gizi Lebih

-2 SD sampai dengan +2 SD Gizi Baik

-3 SD sampai dengan <-2 SD Gizi Kurang

Di bawah -3 Gizi Buruk

b. Untuk anggota keluarga yang berusia lebih dari 2 tahun sampai usia 5 tahun, status gizi diukur dengan menggunakan indeks berat badan menurut tinggi badan seperti yang tertera pada tabel 3.4.

Tabel 3.4 Indeks Antropometri Berat Badan Menurut Tinggi Badan pada Anak Usia >2 Tahun sampai 5 Tahun

Ambang Batas (Z-Score) Kategori Status Gizi

Di atas 2 SD Gemuk

-2 SD sampai dengan +2 SD Normal

-3 SD sampai dengan <-2 SD Kurus

Di bawah -3 Sangat Kurus

Sumber : Kementerian Kesehatan RI, 2010

c. Untuk anggota keluarga yang berusia lebih dari 5 tahun sampai usia 18 tahun, status gizi diukur dengan menggunakan indeks IMT menurut umur seperti yang tertera pada tabel 3.5.

Tabel 3.5 Indeks Massa Tubuh Menurut Umur Anak Usia > 5 Tahun sampai 18 Tahun

Ambang Batas (Z-Score) Kategori Status Gizi

Di atas 2 SD Obesitas

>1 SD sampai dengan 2 SD Gemuk

-2 SD sampai dengan 1 SD Normal

-3 SD sampai dengan <-2 SD Kurus

Di bawah -3 SD Sangat kurus

Sumber : Kementerian Kesehatan RI, 2010

d. Untuk anggota keluarga yang berusia lebih dari 18 tahun (dewasa), status gizi diukur dengan menggunakan ukuran IMT seperti yang tertera pada tabel 3.6.

Tabel 3.6 Kategori Indeks Massa Tubuh untuk Golongan Usia Dewasa (>18 Tahun)

IMT Kategori Status Gizi

<17,0 Kurus (kekurangan berat badan tingkat berat) 17,0-18,4 Kurus (kekurangan berat badan tingkat ringan)

18,5-25,0 Normal

25,1-27,0 Kegemukan (kelebihan berat badan tingkat ringan) >27,0 Kegemukan (kelebihan berat badan tingkat berat) Sumber : Kementerian Kesehatan RI, 1994 dalam Supariasa, 2002

e. Untuk wanita usia subur (15 sampai 45 tahun) dengan keadaan hamil, status gizi diukur dengan menggunakan ukuran lingkar lengan atas (LILA) seperti yang tertera pada tabel 3.7.

Tabel 3.7 Kategori Ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) pada Wanita Hamil Usia 15-45 Tahun

Ukuran LILA (cm) Kategori Status Gizi

< 23,5 Kekurangan Energi Kronis

≥ 23,5 Normal

Sumber : Kementerian Kesehatan RI, 1994

Kemudian, penentuan status gizi keluarga dapat diukur dengan melihat persentasi status gizi anggota keluarganya. Kategori status gizi keluarga dapat dikategorikan sebagai berikut (Arbaiyah, 2013).

a) Status gizi keluarga baik, jika >50% dari status gizi anggota keluarga berstatus gizi normal

b) Status gizi keluarga sedang, jika persentasi status gizi anggota keluarga sebesar 50%

c) Status gizi keluarga tidak baik, jika persentasi status gizi anggota keluarga sebesar <50%

5. Penyakit Infeksi

Pengambilan data dinilai dari jawaban responden pada kuesioner mengenai ISPA dan diare. Riwayat kejadian ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan bagian Akut), jika keluarga buruh kayu pernah atau sedang diderita oleh anggota keluarga selama tiga bulan terakhir saat pengambilan data dengan gejala batuk, mengeluarkan ingus, demam, dan tanpa sesak napas. Sedangkan riwayat diare adalah pengambilan data dengan skala nominal tentang penyakit diare yang pernah atau sedang diderita anggota keluarga dalam tiga bulan terakhir dan saat pengambilan data dengan gejala buang air besar ≥ 4 kali sehari dengan konsistensi cair dengan atau tanpa muntah. Maka dari itu, klasifikasi keluarga tentang penyakit infeksi (ISPA dan diare) adalah sebagai berikut (Ernawati, 2006).

a) Ya, jika anggota keluarga pernah menderita penyakit ISPA, diare ataupun sekaligus menderita ISPA dan diare selama 3 bulan terakhir

b) Tidak, jika tidak pernah menderita kedua penyakit selama 3 bulan terakhir 6. Pengetahuan Gizi Ibu

Pengetahuan gizi ibu diukur melalui kuesioner yang berisikan 12 pertanyaan yang diberikan kepada responden. Setiap jawaban yang benar diberi nilai satu, sedangkan jawaban yang salah diberi nilai nol. Sehingga total nilai jawaban ada 12. Kemudian jawaban responden yang benar dibagi dengan nilai jawaban dari pertanyaan lalu di kalikan dengan 100 %. Kategori tingkat pengetahuan gizi ibu dibedakan menjadi 3 bagian yaitu (Khomsan, 2000).

a) Tingkat pengetahuan gizi ibu baik, jika persen jawaban yang diperoleh berjumlah >80%

b) Tingkat pengetahuan gizi ibu sedang, jika persen jawaban yang diperoleh berjumlah 60-80%

c) Tingkat pengetahuan gizi ibu rendah, jika persen jawaban yang diperoleh berjumlah <60%

7. Jumlah anggota keluarga

Jumlah anggota keluarga diketahui dengan menanyakan berapa banyak jumlah anggota keluarga responden. Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan menjadi dua kategori sesuai dengan standar BKKBN (1996) yaitu keluarga kecil (≤4 orang) dan keluarga besar (>4 orang) (Hidayati, 2011).

8. Tingkat pendidikan kepala keluarga

Tingkat pendidikan kepala keluarga dikategorikan dengan mengelompokkannya menjadi dua kategori, yaitu dasar (tingkat pendidikan SD sampai SMP) dan lanjut (tingkat pendidikan SMA, akademi, dan perguruan tinggi).

9. Tingkat pendapatan per bulan

Adalah upah kerja yang didapat kepala keluarga dengan pekerjaannya sebagai buruh kayu selama sebulan dikategorikan sebagai berikut (Upah Mininum Provinsi Aceh, 2014).

a) Di bawah UMP Aceh, jika pendapatan keluarga < Rp 1.750.000 b) Di atas UMP Aceh, jika pendapatan keluarga ≥ Rp 1.750.000

Dokumen terkait