• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.2. Desain Penelitian

3.2.4.2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada tahap ini adalah menentukan pakar yang dipilih secara sengaja (purposive sampling). Pada metode ini, responden yang dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang didasarkan pada kebutuhan penelitian dan memiliki kepakaran sesuai dengan bidang kajian. Beberapa pertimbangan dalam penentuan pakar yang dijadikan responden, menggunakan kriteria sebagai berikut : (1) mempunyai pengalaman yang kompeten sesuai dengan bidang yang dikaji; (2) memiliki reputasi, kedudukan/jabatan dalam kompetensinya dengan bidang yang dikaji dan (3) memiliki kredibilitas yang tinggi, bersedia dan atau berada pada lokasi yang dikaji (Lampiran 14).

3.2.4.3. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan pada tahapan ini yaitu analisis prioritas kebijakan. Prioritas kebijakan pengelolaan estuaria dianalisis dengan analisis multikriteria secara partisipatif. Alat analisis yang digunakan adalah Analytical

permasalahan secara bertahap dan membantu pengambilan keputusan dalam memilih strategi terbaik dalam pengelolaan lingkungan Estuaria Tallo.

Analisis data dilakukan dengan membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan pengaruh relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan yang setingkat di atasnya. Perbandingan berdasarkan judgement dari stakeholder dengan menilai tingkat kepentingan satu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya. Untuk mengkuantifikasi data kualitatif digunakan nilai skala komparasi 1 – 9 berdasarkan skala Saaty yang tertera pada Tabel 3. Software AHP yang digunakan dalam penelitian ini adalah criterium decision plus version 3.0. Bagan alir analisis AHP disajikan pada gambar 7.

Output dari analisis prioritas kebijakan adalah faktor pendukung dalam pengelolaan lingkungan estuaria, keterlibatan stakeholder, tujuan pengelolaan lingkungan dan alternatif kebijakan pengelolaan lingkungan yang mungkin dilaksanakan.

44

Gambar 7. Bagan alir analisis AHP Mulai

Identifikasi kriteria

pada setiap level Penyusunan struktur AHP

Struktur AHP

Pembuatan dan pengisian kuesioner Matriks pendapat individu Hitung CR CR memenuhi syarat Ya

Tidak Jawaban pakar

tidak valid Matriks penggabungan pendapat Hitung CR CR memenuhi syarat Tidak Jawaban pakar tidak valid Ya

Hitung bobot kriteria Bobot kriteria

Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 11924’17,38” BT dan 5o8’6,19” LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari permukaan laut. Kondisi topografi daerah relatif mendatar dengan kemiringan 0-5o ke arah Barat, diapit dua muara sungai yakni Sungai Tallo yang bermuara di bagian Utara kota dan Sungai Jeneberang yang bermuara di Selatan kota. Total luas daerah Kota Makassar kurang lebih 175,77 km2 termasuk 11 pulau di Selat Makassar dan luas wilayah perairan kurang lebih 100 km2

Jumlah kecamatan di Kota Makassar sebanyak 14 kecamatan dan memiliki 143 kelurahan. Diantara kecamatan tersebut, ada Tujuh kecamatan berbatasan dengan pantai yaitu kecamatan Tamalate, Mariso, Wajo, Ujung Tanah, Tallo, Tamalanrea dan Biringkanaya. Kota Makassar berdekatan dengan sejumlah kabupaten yakni sebelah Utara dengan Kabupaten Pangkep, sebelah Timur dengan Kabupaten Maros, sebelah Selatan dengan Kabupaten Gowa dan sebelah Barat dengan Selat Makassar.

(BPS, 2010).

Kota Makassar berada di antara dua daerah aliran sungai, yaitu DAS Jeneberang yang luas nya 727 km2 dan panjang sungai utama adalah 75 km dan DAS Tallo dengan luas DAS adalah 418,6 km2

Alur sungai Tallo merupakan alur yang berbelok-belok dengan belokan-belokan tajam terdapat pada ruas hilir. Lebar sungai rata-rata pada ruas jembatan Tello ke hulu 50-80 meter dan dari jembatan Tello ke muara adalah 80-300 meter. Kedalaman bervariasi dari jembatan Tello ke mulut muara antara 0,5-8,3 meter.

dan panjang sungai utama adalah 70,5 km

Sungai Tallo menerima buangan air drainase dari saluran-saluran drainase kota yang ada di Makassar, seperti Saluran Primer Sinrijala, Gowa dan Antang, serta saluran pembuangan sekunder yang ada di sepanjang sungainya. Selain itu sungai Tallo juga dimanfaat sebagai sumber air untuk irigasi dan tambak, pemenuhan kebutuhan air bagi PLTU Tello, berfungsi sebagai sarana transportasi air bagi penduduk yang tinggal di sekitar daerah hilir dan di sekitar muara, dan transportasi pengangkut kayu bagi beberapa perusahaan kayu yang berada di tepian muara.

46

Kondisi muara sungai Tallo relatif stabil walaupun kondisi lahan di sekitarnya telah mengalami perubahan yang sangat cepat. Saat ini areal lahan di sebelah kiri merupakan areal Kawasan Industri Makassar (KIMA), dan sebagian lahan telah berubah fungsi dari tambak dan rawa-rawa menjadi kawasan industri, pergudangan dan perumahan.

4.2. Iklim

Kota Makassar termasuk wilayah yang beriklim tropis yang panas dan lembab (beriklim tropika basah/Am). Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika Paotere rata-rata curah hujan untuk wilayah Makassar tahun 2010-November 2011 adalah 278,9 mm dan 245,4 mm dengan jumlah hari hujan 242 dan 149 (Tabel 10). Suhu udara berkisar antara 26,3°C hingga 33,3°C .

Tabel 10. Data Curah Hujan Bulanan dan Hari Hujan Tahun 2010-2011

Bulan 2010 2011 (mm) HH (mm) HH Januari 907 26 560,4 26 Februari 127,3 23 527,7 21 Maret 277,6 10 592,5 27 April 228,3 16 383,0 24 Mei 143,2 18 161,7 9 Juni 124 22 8,4 3 Juli 99,8 17 0,8 2 Agustus 56,7 22 0,0 0 September 227,7 24 TTU 1 Oktober 153 20 38,7 14 Nopember 240,7 21 181,2 22 Desember 761,0 28 - - Jumlah 3346,3 242 2454,4 149 Maksimum 907 28 592,5 27

4.3. Hidrografi

Kedalaman perairan pantai Kota Makassar di sekitar dermaga Soekarno-Hatta bervariasi antara 9-17 m yang secara umum di bagian Utara cenderung menjadi lebih dalam, dengan garis kontur sejajar garis dermaga. Daerah laut terdalam terdapat pada jarak 650 meter dari dermaga yaitu 17 meter.

Topografi di sekitar Sungai Janeberang secara umum memperlihatkan yang landai dengan kemiringan lereng 0-15° dan kedalaman 0-20 m sepanjang 750 m ke arah laut. Perairan yang tepat berada di depan muara sungai Janeberang mempunyai kemiringan lereng 30-40° dengan kedalaman 0-20 meter.

Secara umum gelombang laut di perairan Kota Makassar dibangkitkan oleh angin. Tinggi gelombang sebagian besar berada pada interval 1,1-1,5 m.

Kecepatan arus di perairan kota Makassar cukup beragam dan umumnya dipengaruhi oleh arus pasang surut. Rata-rata arus permukaan di perairan kota Makassar bergerak dari Utara ke Selatan, sedangkan arus bawah bergerak dari Selatan ke Utara dengan kecepatan bervariasi sepanjang tahun. Hasil perhitungan kecepatan arus susur pantai Kota Makassar berkisar 0,05-0,10 m/det (Samawi,2007)

Sebaran sedimen di sepanjang pantai Kota Makassar mengacu pada debit Sungai Jeneberang yaitu antara 152-238,8 m3/det dengan debit rata-rata tahunan sebesar 33,05 m3/det dengan kadar lumpur yang terbawa antara 25-200 gr/liter, dan Sungai Tallo dengan debit alir 143,07 m3/det. Kecepatan sedimentasi Sungai Tallo yang bermuara di Pelabuhan Paotere berkisar antara 29,6-76,1 cm/tahun dengan rata-rata kecepatan sedimentasi 52,85 cm/tahun (AMDAL Revitalisasi Pantai Losari, 2005).

4.4. Kependudukan

Panjang garis pantai Kota Makassar sekitar 32 km dan pada tahun 2009 jumlah penduduk tercatat sebanyak 1.272.349 jiwa yang terdiri atas 610.270 laki-laki dan 662.079 perempuan. Sementara itu jumlah penduduk Kota Makassar tahun 2008 tercatat sebanyak 1.253.656 jiwa. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat ditunjukkan dengan rasio jenis kelamin Rasio jenis kelamin penduduk Kota Makassar yaitu sekitar 92,17 persen, yang berarti setiap 100 penduduk wanita terdapat 92

48

penduduk laki-laki. Penyebaran penduduk Kota Makassar tahun 2009 dirinci menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel 11.

Ditinjau dari kepadatan penduduk (Tabel 11) Kecamatan Makassar adalah terpadat yaitu 33.390 jiwa per km2 persegi, disusul Kecamatan Mariso (30.457 jiwa/km2), Kecamatan Bontoala (29.872 jiwa/km2). Sedang Kecamatan Biringkanaya merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah yaitu sekitar 2.709 jiwa/km2, kemudian Kecamatan Tamalanrea 2.841 jiwa/km2), Manggala (4.163 jiwa/km2), Kecamatan Ujung Tanah (8.266 jiwa/km2), Kecamatan Panakkukang 8.009 jiwa/km2

Tabel 11. Penduduk Kota Makassar Tahun 2009 . NO Kecamatan Luas (km2 Jumlah Penduduk ) Kepadatan (jiwa/km2) 1 Mariso 1,82 55.431 30.457 2 Mamajang 2,25 61.294 27.242 3 Tamalate 18,18 154.464 84.96 4 Rappocini 9,23 145.090 15.719 5 Makassar 2,52 84.143 33.390 6 Ujung Pandang 2,63 29.064 11.051 7 Wajo 1,99 35.533 17.856 8 Bontoala 2,10 62.731 29.872 9 Ujung Tanah 5,94 49.103 8.266 10 Tallo 8,75 137.333 15.695 11 Panakkukang 13,03 136.555 10.480 12 Manggala 24,14 100.484 4.163 13 Biringkanaya 48,22 130.651 2.709 14 Tamalanrea 31,84 90.473 2.841 Total 172,64 1.272.349 7.370

Sumber : Makassar Dalam Angka tahun 2010

Besarnya jumlah penduduk di sepanjang aliran sungai Tallo yang meliputi 5 kecamatan (Ujung Tanah, Tallo, Manggala, Biringkanaya dan Tamalanrea) tersebut dimungkinkan karena pemanfaatan wilayah pesisir sebagai pemukiman dan hal ini akan erat kaitannya dengan besarnya limbah domestik yang masuk ke Sungai Tallo. Sedangkan jumlah penduduk yang relatif kecil di beberapa kecamatan ini disebabkan karena daya dukung wilayah hunian yang sempit dan padat , juga merupakan wilayah

pusat perbelanjaan, pelayanan dan jasa serta berbagai bangunan infrastruktur pemerintah Kota Makassar.

Dokumen terkait