• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.5 Metode Penelitian

3.5.2 Metode Pengumpulan Data

Untuk pengambilan data penelitian dilakukan dengan pendekatan FGD 2. Metode pengambilan data dan ragam data

a. Wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur/bebas pada responden

b. Observasi lapang

c. Studi literatur untuk menambah kelengkapan data yang diperoleh dengan cara mempelajari, mengutip buku dan laporan yang berkaitan dengan penelitian

d. Pengumpulan data statistik yang ikut membantu dalam penelitian 3.5.3 Metode analisis data

1. Karakteristik pemanfaatan sumber daya hutan dan non pemanfaatan sumber daya hutan

Pengolahan data mengenai karakteristik pemanfaatan sumber daya hutan dan non pemanfaatan sumber daya hutan dianalisis tabulasi secara kualitatif.

Analisis kualitatif digunakan dalam menghubungkan karakteristik masyarakat, meliputi: nama, umur, jumlah keluarga, tingkat pendidikan, jenis kelamin, agama, dan mata pencaharian.

2. Penentuan jenis-jenis pemanfaatan sumber daya hutan dan kontribusinya Pengolahan data pemanfaatan sumber daya hutan dilakukan dengan analisa data kuantitatif analisis tabulasi dengan menggunakan perhitungan statistik sederhana.

a. Nilai manfaat hasil hutan oleh masyarakat HKB = │V X Hk X f│

dan

Total pendapatan = ∑ HKBi Dimana:

HKB : Nilai hutan yang diambil masyarakat dari hutan (Rp/tahun)

V : Jumlah hasil hutan yang diperoleh dalam 1 kali pengambilan (ikat, kg, ekor, m3, batang)

Hk : harga hasil hutan (Rp/ikat, Rp/kg, Rp/m3, Rp/batang) F : frekuensi pengambilan hasil hutan (tahun)

I : jenis hasil hutan (1,2,..., n)

b. Kontribusi sumber daya hutan terhadap pendapatan total rumah tangga Pendapatan rumah tangga adalah pendapatan dari pekerjaan pokok maupun sampingan berupa pemanfaatan hasil hutan non kayu dan pendapatan non pemanfaatan sumber daya hutan. Persentase pendapatan masyarakat dari kegiatan pemanfaatan hasil hutan terhadap total pendapatan dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

k = dh/ (dh+dl) x 100%

Dimana:

K = persentase pendapatan dari manfaat hasil hutan Dh = pendapatan dari manfaat hasil hutan

Dl = pendapatan dari luar manfaat hasil hutan Pengeluaran perkapita (Rp/bulan/orang) =

Total pengeluaran Rumah tangga Rp Bulan  Jumlah tanggungan keluarga orang

c. Metode penilaian pemahaman masyarakat terhadap pemanfaatan sumber daya hutan

Metode yang digunakan untuk menilai pemahaman masyarakat terhadap pemanfaatan sumber daya hutan adalah dengan metode Skala Likert. Metode Skala Likert dilakukan dengan memberikan skor untuk mengukur tingkat pemahaman dengan memberikan nilai pada setiap pertanyaan yang memiliki kisaran dari 1 sampai 3. Data pemahaman masyarakat tersebut akan diuji validitas dan reabilitas dengan menggunakan software SPSS 14.0 for windows.

3.5.4 Jenis Data yang Diperlukan

Tabel 1 Jenis data penelitian yang diperlukan No Jenis

data Klasifikasi Rincian data Sumber

data 1 Data

Primer Data identitas

responden • Nama responden

• Alamat (desa, Kec, dusun)

• Luas Kepemilikan lahan hutan

• Usaha pertanian

• Jumlah pendapatan Responden Pemanfaatan

HHBK • Jenis HHBK yang dimanfaatkan

• Tujuan pemanfaatan HHBK

Rumah tangga • Biaya kebutuhan sehari-hari (kebutuhan makan, kesehatan,

• Potensi lokal tempat penelitian Data pemanfaatan

HHBK oleh masyarakat

• Jenis HHBK yang dimanfaatkan

• Tujuan pemanfaatan

BAB IV KONDISI UMUM

4.1 Kondisi Biofisik

1. Letak dan luas IUPHHK

Secara geografis areal kerja IUPHHK PT. RATAH TIMBER terletak pada 114o55’ – 115o30’ Bujur Timur dan 0o2’LS – 0o15’LU. Berdasarkan letak administrasi pemerintahan, areal tersebut berada dalam wilayah Kecamatan Long Hubung dan Kecamatan Laham, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur. Berdasarkan wilayah pemangkuan hutan IUPHHK PT. RATAH TIMBER termasuk dalam wilayah Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Mamahak Besar, Dinas Kehutanan Kabupaten Kutai Barat, Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur.

Menurut pembagian wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS), areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER berada dalam wilayah DAS Mahakam yang tersebar pada Sub DAS Ratah. Adapun batas-batas areal kerja IUPHHK PT. RATAH TIMBER disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 2 Batas-batas wilayah pengusahaan hutan IUPHHK PT.RATAH TIMBER No Lokasi Berbatasan dengan

1 Utara Areal Penggunaan Lain (APL) dan IUPHHK-HA PT Seroja Universum Narwastu

2 Timur APL dan IUPHHK PT. Kedap Sayaaq

3 Selatan Hutan Negara (Non IUPHHK) dan Hutan Lindung Batu Buring Ayok

4 Barat Hutan Negara (Non IUPHHK) dan IUPHHK Agro City Kaltim

Sumber: RKUPHHK PT. RATAH TIMBER 2010

Hasil super-impose antara Peta Areal Kerja IUPHHK PT. RATAH TIMBER dengan Peta penunjukan kawasan hutan dan perairan provinsi Kalimantan Timur disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 3 Luas areal kerja IUPHHK PT. RATAH TIMBER berdasarkan fungsi

Sumber: 1. Peta penunjukan kawasan hutan dan perairan provinsi Kalimantan Timur 1:250.000 2. Peta lampiran perpanjangan IUPHHK PT. Ratah Timber

2. Jenis tanah dan geologi

Berdasarkan peta tanah tinjau Kalimantan skala 1:250.000 tahun 1976, areal kerja IUPHHK PT. RATAH TIMBER , memiliki tiga jenis tanah, yaitu podsolik merah kuning, latosol, dan aluvial. Luas masing-masing jenis tanah secara rinci disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4 Luas Real IUPHHK PT. RATAH TIMBER berdasarkan jenis tanah

No Jenis tanah

Sumber: Pengukuran Planimetris Peta Tanah Tinjau, skala 1:250.000 (Badan Pertahanan Nasional Unit Kalimantan Timur)

Tanah Podsolik Merah Kuning terbentuk di atas wilayah berlereng datar, landai dan agak curam. Tanah Latosol terbentuk di atas formasi Batu Ayau, sedangkan tanah Aluvial terbentuk dari endapan aluvial yang terdapat pada kelerengan datar yang terdapat di sekitar tepi Sungai Mahakam.

Tanah Podsolik merah kuning terbentuk di areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER sbagian besar adalah formasi Ujoh Bilang, yaitu mencakup areal seluas 76.418 Ha atau 81,8%.

3. Topografi

Hasil analisis kelas lereng berdasarkan peta garis bentuk dari potret udara skala 1:25.000 menunjukkan bahwa sebagian besar areal kerja (±71,9%) tergolong datar hingga landai. Di samping itu juga terdapat areal dengan kelerengan > 40%

(sangat curam) seluas 496 ha. Kondisi topografi areal kerja selengkapnya disajikan pada tabel di bawah.

Tabel 5 Kondisi topografi areal kerja IUPHHK PT.RATAH TIMBER

Klasifikasi Kelas Lereng

Blok I (ha)

Blok II (ha) Jumlah

HP HPT HP Ha %

A : 0 – 8 % Datar 37.348 4.553 2.125 44.026 47,1 B : 9 – 15 % Landai 16.992 4.685 1.498 23.175 24,8 C : 16 – 25 % Agak curam 8.446 4.303 2.186 14.935 16,0

D : 26 – 40 % Curam 2.785 3.347 885 7.017 7,5

E : > 40 % Sangat curam 380 116 496 0,5

Tidak ada data 1. 039 2.737 3.776 4,0

Jumlah 20.005 6.810 93.425 100,0

Sumber: Pengukuran Digitasi Peta Kelas Lereng IUPHHK PT.RATAH TIMBER yang didasarkan pada peta garis bentuk skala 1:25.000

4. Iklim

a. Curah hujan

Menurut sistem klasifikasi Schmidt dan Ferguson, iklim, di areal IUPHHK PT.RATAH TIMBER termasuk iklim sangat basah atau tipe A dengan jumlah bulan basah adalah 12 bulan dengan nilai Q = 0% ( tidak ada bulan kering dengan curah hujan < 60 mm ). Curah hujan tahunan di wilayah ini sebesar 3.748 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 123 hari, dan suhu udara rata-rata 26, 7oC.

Data tentang curah hujan rata-rata bulanan dan hari hujan bulanan disajikan pada tabel berikut.

Tabel 6 Data curah hujan dan hari hujan bulanan rata-rata di sekitar areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER

No Bulan Curah hujan (mm) Hari hujan

1 Januari 399 11

2 Februari 147 4

3 Maret 348 6

4 April 372 11

5 Mei 310 9

6 Juni 159 8

7 Juli 170 9

8 Agustus 80 5

9 September 404 17

10 Oktober 407 12

11 November 552 17

12 Desember 400 14

Jumlah 3.748 123

Rata-rata 312 10

Sumber : Cabang Dinas Pertanian Kecamatan Long Iram Tahun 1999, dikutip dari RKUPHHK PT. RATAH TIMBER 2010

b. Suhu dan kelembapan udara

Kecepatan angin tertinggi tercatat sebesar 17 – 22 knot dengan frekuensi rata-rata 23 kali setahun, bertiup dari arah Timu Laut dan umumnya berlangsung antara bulan Januari – Maret. Selain bulan-bulan tersebut, angin bertiup dengan kecepatan antara 4 – 6 knot dari arah Utara ke Timur Laut atau Barat Laut.

5. Hidrologi

Areal kerja IUPHHK PT. RATAH TIMBER berada di dalam satu Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan beberapa Sub DAS, yaitu: Sub DAS Mahakam Ulu, Sub DAS Ratah, Sub DAS Hubung, Sub DAS Long Gelawang, Sub DAS Benturak, Sub DAS Nyerubungan, Sub DAS Pari dan Sub DAS Jerumai.

Berdasarkan studi SEMDAL diperoleh data bahwa kondisi debit sesaat dan kandungans edimen dari beberapa titik sungai-sungai di areal kerja IUPHHK PT.

RATAH TIMBER tersebut di atas dan prediksi laju erosi pada masing-masing Sub DAS, disajikan pada tabel berikut.

Tabel 7 Luas Sub DAS, Debit sungai dan kandungan sedimen dari beberapa titik sungai di areal kerja IUPHHK PT. RATAH TIMBER

No Stasiun

Pengamatan Debit

(m3/detik) Residu total

(mg/l) Sedimen (ton/th)

1 S. Mahakam *) 17,0 -

2 S. Benturak 1.290 8,0 0,89

3 S. Benturak Ilir 5.435 24,0 11,27

4 S. Nyerubungan Hilir 19.210 12,0 19,82

5 S. Ratah Hulu 26.540 7,0 17,20

6 S. Ratah Hilir 30.784 120,0 319,17

7 S. Pari 7.184 8,5 5,28

Sumber: RKUPHHK-HA PT. Ratah Timber Tahun 2010

Sekitar 88,7% luas areal PT. RATAH TIMBER berada di DAS Ratah. Jika merujuk pada luas DAS Ratah, maka luasan tersebut merupakan 26,14% dari keseluruhan luas DAS. Hal ini merupakan salah satu bukti bahwa setiap usaha atau kegiatan pengelolaan lahan yang merubah tutupan lahan di areal PT. RATAH TIMBER akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kondisi DAS Ratah. Oleh karena itu menjadi sangat penting untuk menjelaskan mengenai kondisi dan karakteristik DAS Ratah. Sebagian besar wilayah DAS Ratah yang berada di bagian Selatan merupakan areal PT. RATAH TIMBER. Sub DAS - Sub DAS yang berada di bagian Selatan ini mulai dari Barat sampai dengan Timur, yaitu: Sub DAS Jerumai, Pariq, Nyerbungan, Nyerbungan Ding, Benturak, Batu, dan Muring. Sedangkan untuk wilayah DAS Ratah bagian Utara yang masuk dalam areal PT. Ratah Timber, yaitu: Sub DAS Dason, Danumpare, Titi Kecil, Titi Besar, dan Ulin.

Tabel 8 Sub-sub DAS di DAS PT. RATAH TIMBER

1 Nyerubungan 80458.11 12 Muring 21378.33

2 Pari 40547.79 13 Sub DAS-sub DAS

kecil sekitar S. Ratah 28244.54

3 Jerumai 23771.07 14 S1 1202.04

Sumber: Identifikasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi PT. Ratah Timber, Kalimantan Timur

6. Kondisi hutan

a. Penutupan lahan dan fungsi hutan

Berdasarkan hasil interpretasi citra Landsat 7 ETM+ Band 542 Path/Row 117/60 liputan 11 Februari 2010 yang di-mozaick dengan Path/Row 118/60 liputan tanggal 2 Februari 2009, kondisi penutupan lahan areal IUPHHK PT.

RATAH TIMBER sebagian besar berupa hutan bekas tebangan yakni meliputi 75.123 ha (80,4 %), dan sisanya berupa hutan primer seluas 7.149 ha (7,6 %), non hutan 9.144 ha (9,8 %), dan areal tertutup awan 2.009 ha (2,2 %), sebagaimana disajikan pada tabel.

Tabel 9 Kondisi penutupan lahan di areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER

No Penutupan lahan Fungsi dan peruntukan hutan ( ha)

HPT HP BZHL Jumlah % direktur inventarisasi dan pemantauan sumber daya hutan No. S.300.IPSDH-2/2010 Tgl.25 Juni 2010)

Perkiraan kondisi penutupan lahan areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER setelah dilakukan analisi dan koreksi terhadap areal yang tertutup awan serta prognosa realisasi tebangan sampai dengan akhir tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini.

Tabel 10 Perkiraan kondisi penutupan lahan di Areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER pada akhir 2010

No Penutupan lahan Fungsi dan peruntukan hutan (Ha)

HPT HP BZ HL Jumlah %

1 Hutan primer 2.487 4.330 332 7.149 7,6

2 Hutan bekas tebangan 16.431 58.269 2.432 75.123 82,6

3 Non hutan 477 8.464 233 9.144 9,8

Jumlah 17.356 73.072 2.997 93.425 1000

Sumber: Peta penafsiran citra Landsat Path/Row 117/60 liputan 11 Februari 2010 yang di-mozaick dengan Path/Row 118/60 liputan tanggal 2 Februari 2009, dengan koreksi terhadap areal yang tertutup awan dan prognosa realisasi tebangan sampai dengan RKT 2010

Areal tidak berhutan lokasinya berada dalam satu hamparan yang relatif kompak, yang lokasinya berbatasan dengan Areal Penggunaan Lain (APL) di luar areal IUPHHK. Areal tersebut dalam kenyataanya di lapangan, sebagian besar merupakan lahan garapan masyarakat dalam bentuk ladang atau sawah tadah hujan.

b. Sediaan Tegakan Hutan

Hutan alam pada areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER merupakan hutan hujan tropika basah dengan ekologi hutan tanah kering yang ditumbuhi berbagai jenis vegetasi dari kelompok Dipterocarpaceae, antara lain: Meranti, Kapur, Bangkirai, Mersawa dan jenis Non Dipterocarpaceae, antara lain: Bintangur, Benuang, Nyatoh, dan lain-lain.

Hutan areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER ini merupakan habitat berbagai jenis tumbuhan yang tumbuh secara alami, yang terdiri dari berbagai jenis hasil hutan baik kayu maupun nir kayu. Tegakan yang ada merupakan tegakan campuran yang terdiri dari berbagai jenis pohon dengan komposisi jenis dan kerapatan tegakan yang cukup bervariasi sesuai kondisi tempat tumbuh dan kerapatan tegakan yang cukup bervariasi sesuai kondisi tempat tumbuh dan faktor

lingkungan lainnya. Tegakan yang ada pada umumnya adalah jenis-jenis pohon berdaun lebar, baik jenis komersil maupun non komersil.

Berdasarkan hasil Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) yang dilakukan pada November 2008-Januari 2009 diperoleh rata-rata sediaan tegakan (Standing stock) per hektar pada areal berhutan jenis komersil dengan kelas diameter 10-19 cm sebanyak 209,26 batang/ha, dan kelas diameter 40 cm ke atas adalah 136,02 m3/ha dengan jumlah pohon 32,69 batang/ha.

Tabel 11 Sediaan Tegakan di Areal berhutan IUPHHK PT RATAH TIMBER 1 Meranti 10,368,106 3,617,947 2,345,957.39 1,597,826 7,173,354.29 2 Rimba

campuran

3,504,298 1,719,463 1,131,052.48 569,201 1,877,237.70

3 Kayu indah 382,177 179,203 108,284.91 59,470 215,292.79 Jumlah 14,254,580 5,516,613 3,585,294.78 2,226,497 9,265,884.79

Rata-rata/ha 209,26 80.98 52.63 32.69 136.02

Sumber: RKUPHHK-HA PT. Ratah Timber Tahun 2010

Berdasarkan hasil IHMB tersebut diketahui bahwa di areal IUPHHK PT.

RATAH TIMBER masih cukup baik dan layak untuk dikelola dan diusahakan secara berkelanjutan, yaitu dengan menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan hutan lestari, khususnya dalam hal pengaturan hasil hutan yang didasarkan pada sediaan tegakan dan kemampuan regenerasi dari hutan di areal tersebut.

c. Hasil Hutan Bukan Kayu

Mata pencaharian masyarakat yang sebagian besar adalah petani (ladang) yang diwariskan secara turun temurun dan bisa dinyatakan sebagai Keluarga Pertanian. Kebutuhan-kebutuhan dasar masyarakat di sebagian wilayah seperti di Datah Bilang Ulu yang memiliki areal pertanian/ladang cukup luas dan cukup ekspansif sudah terintegrasi dengan ekonomi pasar dan berorientasi pada surplus.

Areal ladang pertanian menunjukkan mereka telah menanam berbagai komoditas pertanian, antara lain: kakao, nenas, wijen, pisang dan sebagian dari mereka bahkan ada yang lahannya konflik dengan masyarakat Sirau.

Tabel 12 Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Laham dan Long Hubung Mata

Pencaharian

Desa Lutan Danum Paroy Long Gelawang

Sumber: Data primer dari Studi PRA WWF Indonesia, 2010

Sebagian besar masyarakat masih memiliki ketergantungan dengan sumberdaya hutan dan sumberdaya alam. Pola perladangan (gilir balik) lahan kering untuk memenuhi kebutuhan pokok (padi, buah-buahan, sayur mayur), mencari ikan di sungai, mencari produk-produk non kayu seperti rotan dan gaharu menunjukkan mereka masih sangat kuat keterikatannya terhadap hutan. Namun sebagian masyarakat memperlakukan hutan sebagai tempat yang tidak secara langsung menyediakan karbohidrat, protein, dan obat-obatan tradisional tetapi sebagai sumber mata pencaharian yang dapat menghasilkan uang tunai.

Pohon tengkawang masih banyak di jumpai dilapangan dan dinyatakan sebagai pohon yang dilindungi. Hasil minyak dari biji tengkawang digunakan sebagai bahan kosmetik dan campuran makanan seperti untuk campuran coklat.

Tengkawang ini memiliki pola musim perbuahan yang cukup lama sekitar 3-7 tahun. Suku Dayak Kalimantan mempunyai kebiasaan dan sering mengumpulkan biji tengkawang ini untuk dijual sebagai penghasilan mereka. Berdasarkan data HCVF oleh PT. RATAH TIMBER beberapa jenis tumbuhan obat yang biasa diambil oleh di areal perusahaan diantaranya adalah pasak bumi, urat bumi, akar kuning, tapak barito, sarang semut, putik mambo, dan daun berubung. Pasak bumi biasanya digunakan untuk menyembuhkan penyakit demam dan sakit pinggang. Akar kuning biasanya digunakan untuk menyembuhkan penyakit malaria, perut kembung dan liver. Sedangkan sarang semut biasanya digunakan untuk menyembuhkan penyakit maag (lambung). Obat-obatan ini banyak

dijumpai dan dimanfaatkan oleh masyarakat pada saat hutan baru dibuka pada kegiatan penebangan.

Selain sebagai sumber protein, masyarakat juga memanfaatkan satwa liar hasil buruan sebagai sumber pendapatan mereka. Seirng sekali mereka melakukan perburuan liar seperti pemasangan jerat. Awalnya jerat diperuntukan untuk babi namun beberapa jenis satwa lainnya ikut terjerat didalamnya seperti payau atau ayam butan. Beberapa jenis satwa liar yang terdapat dan masih ditemui di kawasan hutan PT. RATAH TIMBER, antara lain: babi hutan, rusa/payau, kijang, ayam hutan, kancil, banteng, kera, landak, musang,owa, burung enggang, burung merak, burung sempidan, burung pelatuk, beruang madu, kucing hutan, musang, bajing, tupai, dan beberapa jenis satwa liar lain.1)

Berdasarkan identifikasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi di areal konsesi PT. RATAH TIMBER, sebagian besar penduduk setempat takut ular, sekalipun dengan yang berukuran kecil. Selain spesies phyton yang mereka makan, penduduk setempat enggan untuk menangkap ular yang lain. Di antara spesies kadal, hanya biawak (Varanus salvator) yang dikenal dan diburu oleh penduduk setempat. Seluruh spesies kura-kura dimakan oleh penduduk setempat, khususnya labi-labi (suku kura-kura yang berperisai lunak), yang berukuran besar, sering ditangkap dengan menggunakan pancing berumpan. Empedu labi-labi memiliki nilai yang sangat tinggi bagi masyarakat setempat karena reputasinya sebagai obat-obatan yang berkhasiat.

Sementara buaya senyulong (Tomistoma schlegelii), hidup di sungai-sungai di dalam dan sekitar areal konsesi PT. RATAH TIMBER. Saat ini buaya sangat jarang ditemukan di wilayah ini, meskipun penduduk setempat menyatakan bahwa buaya masih dapat di temukan di daerah hulu Sungai Dason, Sungai Ratah dan Sungai Pariq. Sejumlah masyarakat mengungkapkan bahwa setidaknya ada satu buaya berukuran besar masih hidup di sekitar muara Sungai Pariq dan Sungai Dason.

Satwa cenderung berpindah ke tempat (migrasi) yang dirasa aman atau tempat lain yang cukup menyediakan kebutuhan hidupnya. Sebagai contoh di sungai batu sebelum dilakukan pemanenan secara besar-besaran dan merata, masih sering di jumpai kawanan banteng (Bos javanicus) berendam dan minum di

1) Sumber: Identifikasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi di areal konsesi PT. RATAH TIMBER Tahun 2010

sungai tersebut. Namun pada saat ini banteng sulit ditemukan dan bahkan tidak dijumpai lagi di wilayah ini. Oleh karena itu perlu dilakukan inventarisai kawasan yang dapat mendukung konservasi keanekaragaman jenis di seluruh kawasan IUPHHK PT. RATAH TIMBER.

4.2 Kondisi Sosial dan Ekonomi a. Kependudukan

Menurut administrasi pemerintah, areal kerja IUPHHK PT. RATAH TIMBER berada di kecamatan Long Hubung dan Kecamatan Laham, Kabupaten kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur. Kecamatan Long Hubung pada saat ini terdiri atas 10 desa (2 Desa diantaranya merupakan hasil pemekaran), sedangkan kecamatan Laham terdiri atas 5 desa (satu desa merupakan desa hasil pemekaran).

Dari ke-15 desa di kedua wilayah kecamatan tersebut, 11 desa di antaranya berada di sekitar areal kerja IUPHHK PT. RATAH TIMBER, sebagai berikut:

Tabel 13 Desa yang berada di sekitar areal IUPHHK-HA PT. RATAH TIMBER Kecamatan Long Hubung Kecamatan Laham

1. Desa Mamahak Teboq 1. Desa Muara Ratah

2. Desa Sirau 1) 2. Desa Long Gelawang

3. Desa Lutan 3. Desa Danum Paroy

4. Desa Datah Bilang Ilir 4. Desa Nyerubungan3) 5. Desa Datah Bilang Ulu 1) Catatan:

merupakan hasil pemekaran Desa Mamahak Teboq

2)merupakan hasil pemekaran Desa Datah Bilang Ilir dan Datah Bilang Ulu

3)merupakan hasil pemekaran dari Desa Danum Paroy

6. Desa Datah Bilang Baru2) 7. Desa Long Hubung

Sumber: RKUPHHK PT. RATAH TIMBER Tahun 2010

Desa Mamahak Teboq adalah desa terdekat dengan kegiatan (base camp) IUPHHK PT. RATAH TIMBER. Di wilayah kecamatan LongHubung, suku bangsa Dayak Bahau merupakan etnik terbesar, yang mendiami seluruh desa di kecamatan tersebut selain itu mendiami Desa Datah Bilang Ilir, Datah Bilang Ulu, dan Datah Bilang Tengah. Etnis terbesar yang mendiami kedua desa tersebut adalah Suku Dayak Kenyah yang berasal dari Long Apun dan Long Boh di daerah hulu Sungai Mahakam. Sedangkan di Kecamatan Laham, etnis terbesar yang

mendiami desa-desa di wilayah tersebut terdiri dari suku Dayak Bahau (di Desa Long Gelawang), Dayak Punan (Desa Muara Ratah dan Laham), serta suku Bakumpai (di Desa Danum Paroy dan Nyerubungan).

Suku pendatang di 11 desa yang terdapat di dalam dan di sekitar areal kerja IUPHHK PT. RATAH TIMBER terdiri dari suku Banjar (Kalimantan Selatan), suku Jawa dan Sunda (Pulau Jawa), suku Madura, suku Makasar/Bugis (Sulawesi) dan Cina. Para pendatang pada umumnya tinggal di daerah-daerah pusat perdagangan atau bekerja di IUPHHK PT. RATAH TIMBER maupun perusahaan sejenis di sekitar wilayah tersebut. Jumlah total penduduk di desa-desa yang merupakan desa binaan PT. Ratah Timber sebanyak 8.588 orang dengan 2.072 kepala rumah tangga. Untuk mengetahui situasi kependudukan di masing-masing desa kajian bisa dilihat pada Tabel 13.

Tabel 14 Jumlah kepadatan penduduk di sekitar areal IUPHHK PT. RATAH

1 MamahakTeboq 76,17 1.433 371 18,81 3,86

2 Sirau 42,84 * * * *

3 Lutan 137,32 861 203 5,47 4,24

4 Datah Bilang

Ilir 21,24 1,729 399 81,40 4,33

5 Datah Bilang

Ulu 73,24 1,881 432 25,68 4,35

6 Datah Bilang

Baru 15,38 * * * *

7 Long Hubung 27,46 1,320 328 48,07 4,02

Sub jumlah 393,65 7224 1733 179,43 20,8

II KEC. LAHAM

1 Muara Ratah 197,75 661 155 3,34 4,26

2 Long

Gelawang 137,32 499 132 3,63 3,78

3 Danum Paroy 45,77 204 52 4,46 3,92

4 Nyerubungan1)

Sub jumlah 380,84 1364 339 11,43 11,96

Jumlah 774,49 8588 2072 190,86 32,76

Sumber: Kecamatan Long Hubung Dalam Angka Tahun 2010, Kecamatan Laham dalam Angka Tahun 2010

Keterangan:* Desa-desa tersebut belum tercantum dalam data Kecamatan Long Hubung Dalam Angka 2010 dan Kecamatan Laham Dalam Angka 2010

Berdasarkan data pada Kecamatan Long Hubung dalam Angka dan Kutai Barat dalam Angka terdapat komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin.

Jumlah total penduduk laki-laki sebesar 4.601 orang dan jumlah total penduduk perempuan sebesar 3.987 orang sehingga sex ratio adalah 951,78. Untuk mengetahui komposisi kependudukan di masing-masing desa kajian berdasarkan jenis kelamin bisa dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Komposisi penduduk menurut jenis kelamin di desa sekitar areal kerja IUPHHK PT. Ratah timber

Keterangan: * Desa-desa tersebut belum tercantum dalam data Kecamatan Long Hubung Dalam Angka 2010 dan Kecamatan Laham dalam Angka Tahun 2008

b. Kehidupan Sosial Ekonomi

Sebagaimana karakteristik sosial ekonomi masyarakat pedalaman di pulau Kalimantan pada umumnya, masyarakat di sekitar areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER sebagian besar (± 90%) mengggantungkan sumber kehidupan dari alam di sekitarnya yang berupa sungai dan hutan. Pola berladang berpindah, usaha mencari ikan serta mencari rotan merupakan bentuk ketergantungan masyarakat terhadap alam sekitarnya. Masuknya beberapa perusahaan industri kayu (IUPHHK) serta tenaga kerja pendatang mempengaruhi pola berpikir dan pola hidup masyarakat Dayak lokal, dan mengakibatkan cukup banyak anggota masyarakat yang menerjuni sektor mata pencaharian non pertanian seperti berdagang, penyedia jasa angkutan atau bekerja di IUPHHK.

Kehidupan masyaraat ditandai dengan pola pemukiman yang mengelompok

Kehidupan masyaraat ditandai dengan pola pemukiman yang mengelompok

Dokumen terkait