• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

D. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan teknik dokumentasi,

dimana peneliti mempelajari, mengklasifikasikan, dan menganalisis data sekunder

berupa laporan keuangan setiap perusahaan sampel selama periode penelitian

(tahun 2006 dan tahun 2008). Sumber data adalah softcopy Indonesian Capital

Market Directory (ICMD) 2008

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh besarnya

variabel independen. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah harga saham. Harga saham dalam penelitian ini adalah harga penutupan

saham (closing price) pada setiap akhir periode.

2. Variabel independen

Menurut Erlina (2008:43) variabel independen adalah variabel yang dapat

mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan

positif dan negatif bagi variabel dependen lainnya. Variabel independen yang

digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel indikator, yaitu:

a. Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share atau laba per lembar saham merupakan ukuran

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar

saham pemilik. Laba yang digunakan adalah laba bagi pemilik, yaitu EAT

(Earning After Tax). Earning per share dapat dirumuskan sebagai berikut:

b. Dividend Per Share (DPS)

Dividend per share atau dividen per lembar saham merupakan ukuran

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kepastian dari modal yang

ditanamkannya, yaitu berupa dividen. Dividen merupakan distribusi laba

kepada para pemegang saham dalam bentuk aktiva atau saham perusahaan

Dari pejelasan di atas, maka variabel-variabel yang akan diteliti dapat

dioperasionalisasikan sebagai berikut:

Tabel 3.2

Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variab el

Defenisi

Operasional Pengukuran kala

Variabe l Independen (X1) Earnin g Per Share (EPS) Rasio yang menunjukkan kemampuan laba perusahaan untuk menghasilkan laba per lembar saham pemilik.

asio Variabe l Independen (X2) Dividend Per Share (DPS) Nilai yang menunjukkan jumlah uang yang dibayarkan kepada pemegang saham. asio Variabe l Dependen (Y) Harga saham Harga saham pada saat closing price.

Closing Price

asio

F. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini, metode analisis data dilakukan dengan menggunakan

metode analisis statistik dan menggunakan software SPSS 16.0.

1. Uji Asumsi Klasik

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini model analisis

regresi sederhana dengan menggunakan bantuan software SPSS for windows

version.16. Penggunaan metode analisis regresi dalam pengujian hipotesis,

tidak. Uji asumsi Klasik terdiri atas uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji

multikolineritas dan uji autokorelasi.

a. Uji Normalitas

Menurut Gozali (2005: 110),”Uji Normalitas bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi, variabel pengganggu memiliki distribusi

normal”. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai

residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji

statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara

untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu

dengan analsis grafik dan uji statistik.

1) Analisis Grafik

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah

dengan melihat grafik histrogram yang membandingkan antara data

observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Namun

demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat menyesatkan

khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode yang lebih handal

adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan

distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan

membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan

dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual

normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan

mengikuti garis diagonalnya.

Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas

residua l adalah uji statistik non-parametrik. Kolmogorov-smirnov(K-S).

Uji KS dibuat dengan membuat hipotesis :

Ho : data residua l berdistribusi normal,

Ha : data residual tidak berdistribusi normal.

b. Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi ditemukan korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika

variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak

ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen sama dengan

nol. Multikolineritas dapat juga dilihat dari (1) nilai tolerance dan

lawannya (2) variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini

menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh

variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel

independen menjadi variabel dependen dan diregres terhadap variabel

independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen

yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi

nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi ( karena VIF=1/

tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya

multikolineritas adalah nilai tolerance <0.10 atau sama dengan nilai VIF>

10.

Uji ini memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variabel dari residual suatu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lainnya tetap, maka disebut dengan heteroskedastisitas. Untuk

melihat ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat

grafik Scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen dengan

residualnya. Jika ada pola seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu

yang teratur maka terjadi heteroskedastisitas. Namun, jika tidak ada pola

yang jelas serta titik menyebar ke atas dan di bawah angka 0 pada sumbu

Y, berarti tidak terjadi heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi

linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan

kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka

dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena

observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.

Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas

dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada

data runtut waktu (times series) karena ”ganguan” pada seorang individu/

kelompok cenderung mempengaruhi ”gangguan” pada individu/ kelompok

yang sama pada periode berikutnya.

Pada data crossection (silang waktu), masalah autokorelasi relatif

individu. Kelompok yang berbeda berasal dari invidu kelompok yang

berbeda. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi.

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah dalam

autokorelasi di antaranya adalah dengan Uji Durbin Watson pada buku

stastistik relevan. Menurut Sunyoto (2009:91), Pengambilan keputusan

ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut:

1) angka D-W di bawah –2 berarti ada autokorelasi

positif,

2) angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada

autokorelasi,

3) angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi

negatif.

2. Uji Hipotesis

Hipotesis diuji dengan menggunakan analisis regresi linear berganda, dengan

persamaan sebagai berikut:

Keterangan:

= Harga saham

= koefisien regresi

= Earning Per Share

= Dividend Per Share

= error (kesalahan pengganggu)

Hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji koefisien determinasi, uji

F dan uji t.

a. Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai

koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil

berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi

variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti

variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel dependen,. Secara umum

koefisien determinasi untuk data silang (crossection) relative rendah

karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan,

sedangkan untuk data runtun waktu (Time series) biasanya mempunyai

nilai koefisien determinasi yang tinggi. Koefisien determinan berkisar

antara nol sampai dengan satu (0 ≤ R² ≤ 1). Hal ini berarti R²=0 menunjukkan tidak adanya pengaruh antara variabel independen terhadap

variabel dependen, bila R² semakin besar mendekati 1 menunjukkan

semakin kuatnya pengaruh variabel independen terhadap variabel

semakin kecilnya pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen.

b. Uji F

Uji ini pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen

yang dimasukkan dalam model ini mempunyai pengaruh secara bersama –

sama terhadap variabel dependen.

Bentuk pengujiannya :

Ho: b1 = b2 = 0, artinya variabel independen secara simultan tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen.

Ha: b1, b2, ≠ 0, artinya semua variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen.

Kriteria pengambilan keputusan :

Jika probabilitas < 0.05, maka Ha diterima,

Jika probabilitas > 0.05, maka Ha ditolak.

c. Uji t

Uji statistik t disebut juga sebagai uji signifikan individual. Uji ini

menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial

terhadap variabel dependen.

Bentuk pengujiannya adalah :

Ho:b1 = 0, artinya suatu variabel independen secara parsial tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen.

Ha : b1 ≠ 0, artinya variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen.

Kriteria pengambilan keputusan :

Jika probabilitas < 0.05 maka Ha diterima

Jika probabilitas > 0.05, maka Ha ditolak.

G. Jadwal penelitian Tahapan

Penelitian Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des

Pengajuan Proposal Bimbingan Proposal Seminar Proposal Pengumpulan Data dan Pengolahan Data Bimbingan dan Penulisan Skripsi Penyelesaian Skripsi

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif ini memberikan gambaran mengenai nilai minimum, nilai

maksimum, nilai rata-rata, dan standart deviasi untuk data yang digunakan dalam

penelitian:

Tabel 4.1 Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Earning_Per_Share 78 7 12120 774.18 1992.382

Dividen_Per_Share 78 1 15000 556.78 1977.047

Harga_Saham 78 60 55000 6171.14 12968.154

Valid N (listwise) 78

Berdasarkan data dari tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa:

a. variabel earning per share (EPS) memiliki nilai minimum (terkecil) 7, nilai maksimum (terbesar) 12120, mean (nilai rata-rata) 774.18 dan Standart

Deviation (simpangan baku) variabel ini adalah 1992.383,

b. variabel deviden per share (DPS) memiliki nilai minimum (terkecil) 1, nilai maksimum (terbesar) 15000, mean (nilai rata-rata) 556.78 dan Standart

c. variabel harga saham (HS) memiliki nilai minimum (terkecil) 60 nilai maksimum (terbesar) 55000, mean (nilai rata-rata) 6171.14 dan Standart

Deviation (simpangan baku) variabel ini adalah 12968.154,

B. Hasil Uji Asumsi Klasik 1. Hasil Uji Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak,

dengan membuat hipotesis sebagai berikut:

Ho : data residual terdistribusi normal, Ha : data residual terdistribusi tidak normal.

Ada dua cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi apakah residual

berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.

Pada penelitian ini akan digunakan kedua cara tersebut.

a) Analisis Grafik

Analisis grafik dapat digunakan dengan dua alat, yaitu grafik

histogram dan grafik P-P Plot. Data yang baik adalah data yang memiliki

pola distribusi normal. Pada grafik histogram, data yang mengikuti atau

mendekati distribusi normal adalah distribusi data dengan bentuk lonceng.

Pada grafik P-P Plot, sebuah data dikatakan berdistribusi normal apabila

titik-titik datanya tidak menceng ke kiri atau ke kanan, melainkan

Gambar 4.1 Grafik Histogram

Gambar 4.2 Grafik P-P Plot

Dengan melihat tampilan grafik histogram, penulis melihat bahwa

yang menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi secara normal. Pada

grafik P-P Plot terlihat titik-titik tidak menyebar di sekitar garis diagonal

dan jauh dari garis diagonal. Kedua grafik tersebut menunjukkan bahwa

model regresi menyalahi asumsi normalitas.

Pada penelitian ini penulis menggunakan metode transformasi data

untuk menormalkan data penelitian. Menurut Ghozali (2005:32), “data

yang tidak terdistribusi secara normal dapat ditransformasikan agar

menjadi normal”. Salah satu trasformasi data yang dapat dilakukan adalah

dengan mentransformasikan data ke LG10 atau logaritma 10 atau LN.

Hasil transformasi data dapat dilihat pada lampiran vi. Setelah dilakukan

transformasi, penulis melakukan pengujian ulang terhadap uji normalitas

untuk melihat kembali apakah data penelitian ini telah berdistribusi normal

atau tidak. Berikut hasil uji normalitas data setelah transformasi:

Gambar 4.3 Histogram

Gambar 4.4 P-Plot

Dari grafik histogram dan normal probability plot pada gambar 4.3 dan

gambar 4.4 di atas terlihat bahwa setelah dilakukan transformasi data ke

logaritma natural (Ln) terlihat bahwa grafik histogram memperlihatkan

pola distribusi yang normal, dan grafik P-P Plot memperlihatkan titik-titik

menyebar di sekitar/mengikuti arah garis diagonal yang menunjukkan pola

distribusi normal.

b) Uji Statistik

Pengujian normalitas data dengan hanya melihat grafik dapat

menyesatkan kalau tidak melihat secara seksama, sehingga kita perlu

melakukan uji normalitas data dengan menggunakan statistik agar lebih

meyakinkan. Untuk memastikan apakah data di sepanjang garis diagonal

berdistribusi normal, maka dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov (1 sample

KS) dengan melihat data residualnya apakah berdistribusi normal atau

tidak. Jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka data tersebut

distribusi data adalah tidak normal. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov dapat

dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2

Hasil uji Kolmogorov-Smirnov pada penelitian ini menujukkan

probabilitas = 0,000. Dengan demikian, data pada penelitian ini tidak

berdistribusi normal karena probabilitas < 0.05. Hasil transformasi data

dapat dilihat pada lampiran vi. Setelah dilakukan transformasi, penulis

melakukan pengujian ulang terhadap uji normalitas untuk melihat kembali

apakah data penelitian ini telah berdistribusi normal atau tidak.

Hasil uji Kolmogorov-Smirnov pada tabel 4.3. Pada penelitian ini

menujukkan probabilitas = 0,917. Dengan demikian, data pada penelitian

ini berdistribusi normal dan dapat digunakan untuk melakukan Uji-t dan

Uji-F karena 0,917> 0,05 (H0 diterima). Berikut hasil uji normalitas data setelah transformasi:

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 78

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 8.14219001E3

Most Extreme Differences Absolute .323

Positive .323

Negative -.308

Kolmogorov-Smirnov Z 2.852

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Tabel 4.3

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 78

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .76614200

Most Extreme Differences Absolute .063

Positive .045

Negative -.063

Kolmogorov-Smirnov Z .555

Asymp. Sig. (2-tailed) .917

a. Test distribution is Normal.

2. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2005:105), “Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji

apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas

dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah

yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Kebanyakan

data crosssection mengandung situasi heteroskedastisitas karena data ini

menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil,sedang,dan besar)”.

Pengujian heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji grafik dengan

melihat grafik scatterplot yaitu dengan cara melihat titik-titik penyebaran pada

dengan nilai absolute residual (absut) sebagai variabel dependennya.

Perumusan hipotesis adalah :

H0 : tidak ada heteroskedastisitas, Ha : ada heteroskedastisitas.

Jika signifikan < 0,05 maka Ha diterima (ada heteroskedastisitas) dan jika

signifikan > 0,05 maka H0 diterima (tidak ada heteroskedastisitas).

Gambar 4.5

Uji Heteroskedastisitas (scatterplot) Tabel 4.4

Hasil Uji Heteroskedastisitas Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .575 .187 3.067 .003 LN_Earning_Per_Share .067 .078 .281 .860 .392 LN_Deviden_Pershare -.074 .066 -.366 -1.123 .265

Pada gambar 4.5 tentang grafik scatterplot diatas terlihat titik-titik

menyebar secara acak tidak membentuk sebuh pola tertentu yang jelas serta

tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu y. Hal ini berarti

tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi sehingga model regresi

layak dipakai untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen. Dari tabel 4.4 diatas kita dapat melihat bahwa nilai signifikansi

untuk variabel ln earning per share adalah 0,392 (>0.05). nilai signifikansi

untuk variabel ln deviden per share adalah 0,265 (>0.05). Dari hasil ini maka

dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah heteroskedastisitas karena

variabel independennya memiliki signifikan lebih besar dari 0,05

3. Hasil Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model linear ada

korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode

t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah yang bebas dari

autokorelasi. Masalah autokorelasi umumnya terjadi pada regresi yang

datanya time series. Untuk mendeteksi masalah autokorelasi dapat dilakukan

dengan menggunakan uji Durbin Watson. secara umum panduan mengenai

angka Durbin-Watson dapat diambil patokan sebagai berikut:

1) angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif,

2) angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi,

Tabel 4.5

Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .143a .020 -.006 .42891 1.303

a. Predictors: (Constant), LN_Deviden_Pershare, LN_Earning_Per_Share

b. Dependent Variable: LN_Harga_Saham

Tabel 4.4 memperlihatkan nilai statistik D-W sebesar 1.303 Angka ini

terletak diantara -2 dan +2, dari pengamatan ini dapat disimpulkan bahwa

tidak terjadi autokorelasi positif maupun autokorelasi negatif dalam penelitian

ini.

4. Uji Multikolineritas

Menurut Ghozali (2005:91), “Uji multikolinearitas dilakukan untuk

menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel

bebas (independen)”. Adanya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari

tolerance value atau nilai Variance Inflation Factor (VIF). Batas tolerance

value adalah 0,1 dan batas VIF adalah 10. Apabila tolerance value < 0,1 atau

VIF > 10 = terjadi multikolinearitas. Apabila tolerance value > 0,1 atau VIF <

10 = tidak terjadi multikolinearitas. Hasil pengujian terhadap multikolinearitas

Tabel 4.6

Hasil Uji Multikolineritas Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .575 .187 3.067 .003

LN_Earning_Per_Share .067 .078 .281 .860 .392 .123 8.146E0

LN_Deviden_Pershare -.074 .066 -.366 -1.123 .265 .123 8.146E0

a. Dependent Variable: LN_Harga_Saham

Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa tidak ada satupun

variabel bebas yang memiliki nilai VIF lebih dari 10 dan tidak ada yang

memiliki tolerance value lebih kecil dari 0,1.Jadi dapat disimpulkan bahwa

penelitian ini bebas dari adanya multikolinearitas. Dari hasil analisis, didapat

nilai VIF untuk variabel earning per share adalah 8.146 (<10) dan nilai

tolerance sebesar 0.123 (>0,1), nilai VIF untuk variabel deviden per share

adalah 8.146 (<10) dan nilai tolerance sebesar 0.123 (>0.1). Hasil ini maka

dapat disimpulkan bahwa semua variabel bebas yang dipakai dalam penelitian

ini lolos uji gejala multikolinearitas.

C. Hasil Pengujian Hipotesis 1. Uji Koefisien Determinasi

Besarnya kontribusi antara sumbangan yang diberikan oleh variabel

earning per share dan dividen per share terhadap harga saham pada

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dapat diketahui dari nilai

koefisien determinasi ganda atau R2. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pengukuran dengan adjusted R2. Menurut Ghozali

(2005:83),”oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan

nilai pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti nilai

R2 ,nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam model”. Adjusted R2 pada intinya mengukur seberapa

jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Dalam hal ini adjusted R2 digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil pengukuran

koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 4.7 sebagai berikut:

Tabel 4.7

Hasil Pengujian Determinasi Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .143a .020 .006 .42891

a. Predictors: (Constant), LN_Deviden_Pershare, LN_Earning_Per_Share

b. Dependent Variable: LN_Harga_Saham

Besarnya Adjusted R2 berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan SPSS 16 diperoleh sebesar 0,006. Dengan demikian besarnya pengaruh yang

diberikan oleh variabel deviden per share dan earning per share terhadap

harga saham adalah sebesar 6%. Sedangkan sisanya sebesar 94 % adalah

dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

2. Hasil pengujian Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara

bersama-sama variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji F dapat dicaridengan

jugamembandingkan hasil dari probabilitas value. Jika probabilitas value >

0,05maka Ho ditolak dan jika probabilitas value < 0,05 maka Ha diterima.

berdasarkan tabel 4.8 dibawah ini terlihat bahwa:

Tabel 4.8 Hasil Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .287 2 .143 .779 .462a

Residual 13.798 75 .184

Total 14.084 77

a. Predictors: (Constant), LN_Deviden_Pershare, LN_Earning_Per_Share

b. Dependent Variable: LN_Harga_Saham

Pada tabel Anova dapat diketahui nilai dengan nilai probabilitas value dalam penelitian ini adalah 0,25 yang berarti angka ini berada diatas 0,05. Kesimpulan yang dapat diambil adalah variabel dividen per share dan earning per share

secara simultan (bersama) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

3. Hasil Pengujian Parsial (Uji t)

Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat yaitu antara dividen per share dan earning per share terhadap harga

saham dalam penelitian ini dilakukan pengujian terhadap koefisien regresi yaitu

dengan uji t. Berdasarkan perhitungan SPSS versi 16 for windows yang dapat dilihat pada tabel 4.9, dapat diketahui nilai probabilitas value masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Jika probabilitas value > 0.05 maka Ho ditolak dan dan jika probabilitas value < 0,05 maka Ha diterima.

Tabel 4.9 Hasil Uji t Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .575 .187 3.067 .003 LN_Earning_Per_Share .067 .078 .281 .860 .392 LN_Deviden_Pershare .074 .066 -.366 -1.123 .265

a. Dependent Variable: LN_Harga_Saham

Variabel earning per share berpengaruh positif dan tidak signifikan

terhadap terhadap harga saham. Hal ini dapat terlihat dari nilai signifikan

0.392 diatas (lebih besar) 0.05. Variabel dividen per share berpengaruh

negatif dan tidak signifikan terhadap harga saham. Hal ini dapat terlihat dari

nilai signifikan 0.265 diatas (besar) 0.05. Dari tabel 4.9 diatas dapat diperoleh

model persamaan regresi berganda sebagai berikut:

Y = 0.575 +0.067X1 +0.74 X2 +e

Keterangan:

a. Nilai konstanta adalah 0.575 artinya apabila variabel earning per share dan deviden per share bernilai nol (tidak ada) maka harga saham akan

bernilai sebesar sebesar 0.575,

b. Nilai koefisien earning per share adalah 0.067 artinya Setiap kenaikan

earning per share akan meningkatkan nilai harga saham sebesar 0.067. c. Nilai koefisien deviden per share adalah 0.74 artinya setiap kenaikan

Dokumen terkait