• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN

6. Metode Penugasan/Resitasi

Metode resitasi pada hakekatnya adalah menyuruh anak didik untuk melakukan kegiatan (pekerjaan) belajar, baik berguna bagi dirinya sendiri maupun dalam proses memperdalam dan memperluas pengetahuan dan pengertian bidang studi yang dipelajarinya. Ada suatu asumsi yang mengatakan bahwa segala sesuatu yang terjadi disekolah tergantung pada pendidik, bagaimana pendidik itu bisa menumbuhkan motivasi anak didiknya dan sebagainya. Banyak ditemui berbagai macam pola pikir anak berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar guru menerapkan salah satu metode yang sekiranya bisa membantu anak didik serta guru juga harus paham (kelebihan, kekurangan, serta cara penerapanya dan masih banyak lagi) mengenai metode yang akan digunakan dalam metode pengajaran.33 Tugas dan resitasi merangsang siswa untuk aktif belajar baik secara individu maupun kelompok.

Menurut Mulyani Sumantri mengemukakan bahwa, “Metode pemberian tugas atau penugasan diartikan sebagai suatu cara interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan adanya tugas dari guru untuk dikerjakan peserta didik di sekolah ataupun di rumah secara perorangan atau berkelompok”. Imansyah Alipandie

32

Syaiful Bahri Djamarah, op. Cit., h. 167

33

Hilyah Alan Finandar, Efektifitas Metode Resitasi dalam Menumbuhkan Motivasi Belajar Peserta Didik, Jurnal Pendidikan. Volume17, No.3, Palembang:2012, h. 2

mengemukakan bahwa, “Metode resitasi adalah cara untuk mengajar yang dilakukan dengan jalan memberi tugas khusus kepada siswa untuk mengerjakan sesuatu di luar jam pelajaran. Pelaksanaannya bisa di rumah, di perpustakaan, di laboratorium, dan hasilnya dipertanggungjawabkan.”34

Berdasarkan pengertian di atas maka penulis dapat mendefinisikan bahwa yang dimaksud dengan metode resitasi adalah penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas kepada siswa baik lisan atau tulisan, kemudian siswa harus mempertanggungjawabkan dari apa yang ditugaskan guru kepada siswa. Metode ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran terlalu banyak sementara waktu sedikit. Artinya banyaknya bahan yang tersedia dengan waktu kurang seimbang. Agar bahan pelajaran selesai dengan waktu yang ditentukan, maka metode inilah yang biasanya guru gunakan untuk mengatasinya. Tugas dari resitasi ini tidak sama dengan pekerjaan rumah (PR) tetapi jauh lebih luas daripada itu.

Nana Sudjana membagi metode resitasi dalam tiga fase atau tahapan, yakni fase pemberian tugas, fase pelaksanaan tugas, dan fase mempertanggungjawabkan tugas.35

a. Fase Pemberian Tugas

Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut. Tujuan yang akan dicapai dalam pemberian tugas dan resitasi pada bidang studi matematika yaitu untuk memacu siswa agar selalu siap belajar tetapi jangan sampai terjadi kebiasaan siswa baru akan melakukan belajar jika metode ini akan diterapkan dalam pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Tugas yang diberikan harus sesuai dengan kemampuan siswa. Ada petunjuk atau sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa seperti buku paket dari guru atau lembar kerja siswa (LKS). Diharapkan siswa menyediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas.

34

I Wayan Laba, Upaya Pembelajaran dengan Metode Resitasi Tugas dalam Mata Pelajaran Matematika, Jurnal Ilmiah, Vol. 22, No. 5, 2011, h. 5

35

b. Fase Pelaksanaan Tugas

Langkah pelaksanaan tugas meliputi hal-hal sebagai berikut. Diberi bimbingan berupa penjelasan materi pada pokok bahasan tertentu dalam bidang studi matematika atau diberi pengawasan dalam pelaksanaan tugas oleh guru. Sebelum melaksanakan tugas seharusnya siswa diberikan dorongan sehingga siswa mau bekerja. Diusahakan dikerjakan oleh siswa sendiri tidak menyuruh orang lain. Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang telah dikerjakan dengan baik dan sistematik.

c. Fase Mempertanggungjawabkan Tugas

Hal-hal yang harus dikerjakan dalam fase mempertanggungjawabkan tugas adalah laporan siswa baik lisan maupun tulisan dari apa yang telah dikerjakan pada soal-soal matematika yang diberikan oleh guru. Ada tanya jawab atau diskusi kelas tentang soal-soal yang diberikan sehingga guru mengetahui apakah siswa mengerjakan tugas tersebut sendiri atau menyuruh orang lain. Penilaian hasil pekerjaan siswa dengan tes maupun non tes atau cara lainnya.36

Agar metode ini dapat berhasil mencapai tujuan pengajaran sebaik-baiknya, maka ada beberapa faktor yang harus diingat, yaitu: Materi pelajaran yang akan dilatihkan dengan metode ini harus bermakna. Metode ini jangan sampai menimbulkan verbalisme (menyebutkan sesuatu yang benar tetapi tidak tahu artinya atau “membeo”). Latihan atau tugas diberikan secara sistematis dan teratur. Buatlah suasana kelas gembira atau santai. Buatlah pertanyaan yang tidak saja menggali fakta (jawaban yang reproduktif) tetapi juga yang meminta penalaran atau logika dan pemikiran

36 Siti Masruroh,”Pengaruh Penggunaan Tugas dan Resitasi terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 2 Semester 2 Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel SMP Islam Sultan Agung I Semarang Tahun Pelajaran 2005/2006”, Skripsi pada Universitas Negeri Semarang, (Semarang: 2006), h. 11

d. Jenis Penugasan

Terdapat dua macam penugasan, yakni penugasan terstruktur dan penugasan tak terstruktur. Penugasan terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang didesain oleh pendidik untuk menunjang pencapaian tingkat kompetensi dan atau kemampuan lainnya pada kegiatan TM. Waktu penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh pendidik. Penugasan terstruktur termasuk kegiatan perbaikan, pengayaan, dan percepatan. Bagi sekolah yang menerapkan sistem paket, kegiatan tugas terstruktur tidak dicantumkan dalam jadwal pelajaran namun dirancang oleh guru dalam silabus maupun RPP (Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran). Oleh karena itu pembelajaran dilakukan dengan strategi diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti penugasan, observasi lingkungan, atau proyek.

Sekolah yang menerapkan sistem SKS, kegiatan tugas terstruktur dirancang dan dicantumkan dalam jadwal pelajaran meskipun alokasi waktunya lebih sedikit dibandingkan dengan kegiatan tatap muka. Kegiatan tugas terstruktur merupakan kegiatan pembelajaran yang mengembangkan kemandirian belajar peserta didik, peran guru sebagai fasilitator, tutor, teman belajar. Strategi yang disarankan adalah diskoveri inkuiri dan tidak disarankan dengan strategi ekspositori. Metode yang digunakan seperti diskusi kelompok, pembelajaran kolaboratif dan kooperatif, demonstrasi, eksperimen, observasi di sekolah, ekplorasi dan kajian pustaka atau internet, atau simulasi.

Penugasan tak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang didesain oleh pendidik untuk menunjang pencapaian tingkat kompetensi mata pelajaran atau lintas mata pelajaran atau kemampuan lainnya yang waktu penyelesaiannya diatur sendiri oleh peserta didik.37

37

Anonim,Juknis Pengembangan Pembelajaran TM, PT, dan KMTT di SMA., (Direktorat Pmebinaan SMA, 2010), h. 52

Sudirman N. membagi berbagai jenis tugas yang dapat diberikan kepada siswa antara lain: Tugas membuat rangkuman (report) beberapa halaman, topik, bab,atau buku seperti; merangkum beberapa halaman atau suatu topik merangkum satu bab (chapter report); Merangkum suatu buku atau beberapa buku; tugas membuat makalah; tugas menjawab pertanyaan atau menyelesaikan soal-soal tertentu; tugas mengadakan observasi atau wawancara; tugas mengadakan latihan; tugas mendemontrasikan sesuatu; tugas menyelesaikan proyek.38

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka penulis

menyimpulkan bahwa tugas yang diberikan kepada siswa itu banyak ragamnya, dan tentunya di dalamnya bukan hanya metode resitasi saja, akan tetapi ada metode-metode lainnya.

Jenis-jenis tugas pada dasarnya dapat dibagi pada jenis tugas dalam bentuk lisan, tugas dalam bentuk tulisan dan dalam bentuk motorik, namun jenis-jenis tugas yang diberikan kepada siswa tersebut tentunya harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai, materi kemampuan siswa, kematangan siswa dan waktu yang tersedia. Karena hal ini akan menunjang pada pencapaian tujuan yang diharapkan.

e. Teknik Pemberian Tugas

Teknik pemberian tugas atau resitasinya biasanya digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan dalam melaksanakan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi. Hal ini terjadi disebabkan siswa mengalami situasi atau pengalaman yang berbeda, waktu menghadapi masalah-masalah baru. Adanya kegiatan melaksanakan tugas siswa aktif belajar dan merasa terangsang untuk meningkatkan belajar yang lebih baik, memupuk inisiatif dan berani bertanggungjawab sendiri.

38

Setelah siswa memahami tujuan dan makna tugas, maka mereka akan melaksanakan tugas dengan belajar sendiri, atau mencari nara sumber sesuai dengan tujuan yang telah digariskan dan penjelasan dari guru. Pada proses ini guru perlu mengontrol pelaksanaan tugas itu, apakah dikerjakan dengan baik, apakah dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak dikerjakan oleh orang lain, maka perlu diawasi dan diteliti.

Siswa bila telah selesai melaksanakan atau mempelajari tugas, maka mereka harus membuat laporan (fase resitasi) yang bentuknya juga telah ditentukan sesuai dengan tujuan tugas. Guru harus sudah menyiapkan alat evaluasi, agar dapat menilai hasil kerja siswa dan dapat memberi gambaran yang objektif mengenai usaha siswa melaksanakan tugas itu. Evaluasi ini penting untuk siswa karena dapat menumbuhkan semangat kerja yang lebih baik, dan meningkatkan hasrat belajar.

Ralph Tyler mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Definisi yang lebih luas dikemukakan oleh Cronbach dan Stufflebeam yang menyatakan bahwa evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tercapainya suatu tujuan, tetapi digunakan untuk membuat keputusan.39

Berdasarkan pengertian evaluasi tersebut di atas, maka evaluasi dalam metode resitasi diperlukan dan perlu dilaksanakan, karena dengan dilaksanakannya evaluasi, kita dapat mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai.

Penggunaan teknik resitasi ini siswa mempunyai kesempatan untuk saling membandingkan dengan hasil pekerjaan orang lain, dapat mempelajari dan mendalami hasil uraian orang lain, dengan demikian akan memperluas, memperkaya, dan memperdalam, serta menambah pengalaman siswa. Tugas yang dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan di dalam kelas,

39

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 2011), h. 3

halaman, perpustakaan, bengkel, di rumah siswa itu sendiri, atau dimana saja asal tugasitu dapat dilaksanakan.

Hal-hal tertentu yang harus diperhatikan oleh guru sebelum memberikan tugas kepada anak didik, supaya siswa tidak merasa jenuh dan siswa termotivasi untuk mengerjakannya. Adapun hal-hal yang harus dipertimbangkan itu di antaranya tugas itu bermanfaat atau tidak bagi siswa, tugas itu wajar diberikan tanpa membebankan siswa, selama siswa melaksanakan tugas dapat berjalan biasa, serta dapat dilaksanakan pengawasan yang baik, dipikirkan kemungkinan-kemungkinan yang dapat mengganggu siswa.

Metode tugas dan resitasi mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan sebagai berikut. Kelebihan metode tugas dan resitasi, yaitu: Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual ataupun kelompok. Dapat mengembangkan kemandirian siswa diluar pengawasan guru. Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa. Siswa bersungguh-sungguh mempelajari materi pelajaran karena mereka akan ditanyai tentang materi tersebut. Dengan pertanyaan-pertanyaan dari guru akan memperkuat asosiasi. Dapat mengembangkan kreatifitas siswa. Memperkuat kepercayaan diri akan kemampuan bila siswa mampu menjawab pertanyaan dari guru. Memupuk kesiapan pengetahuan yang dimiliki siswa.

Kekurangan tugas dan resitasi, yaitu: Pekerjaan siswa sulit dikontrol (apakah benar ia yang mengerjakan tugas atau orang lain). Khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota lainnya tidak berpartisipasi. Tidak mudah memberikan tugas dengan perbedaan individu siswa. Sering memberikan tugas yang monoton dapat menimbulkan kebosanan siswa. Siswa hanya akan belajar jika ada perintah dari guru. Ada suasana takut dari

siswa bila akan menghadapi metode ini, khususnya bagi siswa yang tidak siap.40

f. Tujuan dan Prinsip-prinsip Pemberian Tugas

Agar pemberian tugas memberikan efek yang baik, maka guru dalam memberikan tugas perlu memperhatikan, mengarahkan dan membimbing siswa sehingga maksud dan tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Adapun maksud dan tujuan pemberian tugas antara lain: Untuk memelihara dan memantapkan tingkah laku yang telah dipelajari. Untuk melatih keterampilan, konsep, dan prinsip yang baru saja dikembangkan untuk memperoleh pengertian yang lebih dalam tentang konsep itu. Untuk mengingatkan kembali dan memelihara topik-topik yang telah dipelajari sebelumnya.

Menurut Hartono Kasmadi pemberian tugas mempunyai maksud dan tujuan sebagai berikut. Latihan dan keterampilan, serta untuk menambah kecepatan belajar dan keakuratan belajar. Membaca, meresapkan, dan meringkas apa yang dipelajari. Mendorong siswa untuk bertanggung jawab terhadap pelajaran. Mengembangkan belajar mandiri.41

Menurut I wayan Laba dalam catatan harian penelitiannya menyatakan maksud dan tujuan dari pemberian tugas antara lain untuk memelihara dan memantapkan tingkah laku yang dipelajari, melatih keterampilan, konsep, dan prinsip yang baru saja dikembangkan untuk memperoleh pengertian yang lebih dalam tentang konsep itu, dan terakhir adalah mengingatkan kembali serta memelihara topik-topik yang sudah dipelajari.42

Dari uraian diatas, maka dapat penulis katakan bahwa tujuan dari pemberian tugas ini diharapkan mematangkan konsep yang dipelajari siswa serta memeliharanya dan mengingatkannya.

40

Siti Masruroh, op cit., h. 13

41

Ibid., h. 17

42

Dokumen terkait