• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Metode Penyusutan Aktiva Tetap

Menurut Soemarso (2005 : 24) penyusutan adalah pengakuan adanya penurunan nilai aktiva tetap berwujud.

Menurut Sugiri (2009 : 158) penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu asset selama umur manfaatnya.

Penyusutan adalah proses pengalokasian harga perolehan, bukan proses penilaian aktiva tetap. Pengalokasian harga perolehan diperlukan agar dapat dilakukan perbandingan yang tepat antara pendapatan dengan biaya. Perubahan harga aktiva tetap yang terjadi di pasar, tidak perlu dicatat dalam pembukuan perusahaan karena aktiva tetap dimiliki perusahaan untuk digunakan, bukan untuk di jual kembali. Oleh karena itu nilai buku aktiva (harga perolehan dikurangi akumulasi depresiasi), biasanya sangat berbeda dengan harga pasar aktiva yang bersangkutan.

Selama masa pemakaian, kemampuan suatu aktiva untuk menghasilkan pendapatan dan jasa biasanya semakin menurun baik secara fisik maupun fungsinya. Penurunan karena faktor fisik terjadi karena pemakaian dan keausan, sehingga secara fisik aktiva tetap terlihat menurun. Penurunan dari segi fungsi adalah karena aktiva menjadi tidak memadai dan ketinggalan jaman. Suatu aktiva dikatakan tidak lagi memadai, jika aktiva tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan saat ini dan di masa datang.

Pengakuan atas depresiasi aktiva tetap tidak berakibat adanya pengumpulan kas untuk mengganti aktiva lama dengan aktiva yang baru. Saldo rekening akumulasi depresiasi menggambarkan jumlah depresiasi yang dibebankan sebagai biaya, bukan menggambarkan dana yang telah dihimpun.

Ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan besarnya biaya depresiasi setiap periode antara lain :

1. Harga Perolehan (Cost); Yaitu uang yang dikeluarkan atau hutang yang timbul dan biaya-biaya yang terjadi dalam pemerolehan suatu aktiva dan menempatkannya agar dapat digunakan.

2. Nilai Sisa (Residu); Nilai sisa suatu aktiva yang didepresiasi adalah jumlah yang diterima bila aktiva tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi, dikurangi dengan biaya-biaya yang terjadi pada saat menjual atau menukarnya.

3. Taksiran Umur; Taksiran umur kegunaan aktif dipengaruhi oleh cara-cara pemeliharaan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dianut dalam reparasi. Taksiran umur ini biasanya dinyatakan dalam satuan periode waktu, satuan hasil produksi atau satuan jam kerjanya.

Menurut Soemarso, ( 2005 : 25) ada dua faktor yang mempengaruhi besarnya penyusutan. Dua faktor itu adalah nilai aktiva tetap yang digunakan dalam penghitungan penyusutan (dasar panyusutan) dan taksiran manfaat. Ada beberapa cara untuk menghitung penyusutan, yaitu:

1. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)

2. Metode Saldo Menurun Ganda (Double Declining Balance Method)

3. Metode Jumlah Angka Tahun (Sum Of The Year Digit Method)

4. Metode Jumlah Unit Produksi (Productive Output Method)

Setiap metode tersebut digunakan sesuai dengan prinsip akuntansi yang bertema umum, dan manajemen dapat memilih salah satu dari metode yang dianggap paling sesuai. Apabila suatu metode tertentu telah dipilih, maka metode

tersebut harus diterapkan secara konsisten sepanjang masa aktiva yang bersangkutan, sehingga laporan keuangan dari periode ke periode dapat diperbandingkan. Apabila dalam satu periode dimana metode penyusutan berubah, pengaruh perubahan harus dikuantifikasikan dan alasan perubahan harus diungkapkan. Namun perusahaan tidak harus hanya menggunakan satu metode penyusutan saja untuk semua aktiva tetap yang dimiliki. Perusahaan dapat menggunakan metode garis lurus untuk salah satu kelompok aktiva tetap dan metode saldo menurun untuk kelompok aktiva yang lain.

1. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)

Metode ini merupakan metode perhitungan yang paling sederhana dan banyak digunakan oleh organisasi perusahaan. Cara ini memberikan beban depresiasi yang konstan pada setiap periode akuntansi selama masa manfaat dari aktiva tetap yang bersangkutan. Rumus untuk menghitung depresiasi dengan metode ini yaitu:

(HP - NS)

Depresiasi =

n

Keterangan:

HP = Harga Perolehan NS = Nilai Sisa n = Umur Ekonomis Contoh:

Harga perolehan aktiva adalah Rp. 1.000.000,- Umur ekonomis aktiva adalah 5 tahun

Maka perhitungan besarnya penyusutan aktiva per bulan adalah : Depresiasi = Rp. 1.000.000,- / (5 x 12)

= Rp. 1.000.000,- / 60

= Rp. 16.666,67

Perhitungan depresiasi dengan metode garis lurus ini didasarkan pada anggapan-anggapan berikut :

- Kegunaan ekonomis dari suatu aktiva akan menurun secara proporsional setiap periode.

- Biaya reparasi dan pemeliharaan tiap-tiap periode jumlahnya relatif tetap - Kegunaan ekonomis berkurang karena lewatnya waktu.

- Penggunaan (kapasitas) aktiva tiap-tiap relatif tetap.

2. Metode Saldo Menurun Ganda (Double Declining Balance Method)

Pada metode ini, biaya depresiasi dari tahun ke tahun semakin menurun.

Hal ini terjadi karena perhitungan biaya depresiasi periodik didasarkan pada nilai buku (harga perolehan dikurangi dengan akumulasi depresiasi) aktiva yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Metode ini merupakan metode depresiasi yang dihitung dengan mengalihkan nilai buku aktiva pada awal periode dengan dua kali tarif garis lurus. Nilai buku pada awal tahun pertama adalah sama dengan harga perolehan aktiva, sedangkan pada tahun-tahun berikutnya, nilai buku adalah selisih antara harga perolehan dengan akumulasi depresiasi pada awal tahun.

Berbeda dengan metode lainnya, pada metode ini nilai residu tidak

diperhitungkan. Akan tetapi, nilai residu akan menjadi batas jumlah depresiasi yang akan dilakukan. Depresiasi akan berakhir apabila nilai buku telah mencapai jumlah yang sama dengan atau mendekati taksiran nilai residu.

Rumus untuk menghitung depresiasi dengan metode ini yaitu:

Contoh :

CV. Matahari Fajar membeli peralatan pada tanggal 3 Januari 2007 seharga Rp. 50.000.000,- dengan nilai sisa diperkirakan sebesar 5% dari harga perolehan.

Umur ekonomis 4 tahun ( nilai sisa tidak digunakan hanya jebakan saja).

100%

Penyusutan Saldo Menurun = x 2 4

= 50 %

Untuk tahun berjalan penyusutannya dapat dilihat pada tabel, sbb :

Tabel 2.1

Metode Penyusutan Saldo Menurun Ganda

Angka

{ (100%/umur ekonomis) x 2 } x Nilai Perolehan/Nilai Buku

3. Metode Jumlah Angka Tahun (Sum Of The Year Digit Method)

Metode jumlah angka tahun akan menghasilkan biaya depresiasi yang lebih pada tahun-tahun awal dan semakin kecil pada tahun-tahun akhir. Oleh karena itu, metode ini juga termasuk dalam metode depresiasi yang dipercepat.

Metode ini disebut jumlah angka-angka tahun karena tarif depresiasinya didasarkan pada suatu pecahan yang:

- Pembilangnya adalah tahun-tahun pemakaian aktiva yang masih tersisa sejak awal tahun ini.

- Penyebutnya adalah jumlah tahun-tahun sejak tahun pertama hingga tahun pemakaian akhir.

Rumus metode jumlah angka tahun :

Depresiasi =

Sisa usia aktiva tetap pada tahun

penggunaan x (HP – NS) Jumlah angka tahun usia aktiva tetap

Keterangan:

HP = Harga Perolehan NS = Nilai Sisa

Jumlah angka tahun aktiva tetap dapat dihitung menggunakan rumus:

dimana, n adalah umur ekonomis aktiva tetap Contoh:

Pada tanggal 10 Juli 2000 dibeli sebuah mesin dengan harga perolehan Rp. 6.500.000,-. Taksiran usia ekonomis 5 tahun dan nilai residu Rp 500.000,-.

n (n+1)/2

Jumlah angka tahun = 5 (5 + 1) / 2 = 15 Jumlah yang harus disusutkan :

= Rp 6.500.000,- – Rp 500.000,- = Rp 6.000.000,-

Penyusutan tiap tahun penggunaan mesin dari data di atas, dihitung sebagai berikut:

Tabel 2.2

Metode Penyusutan Jumlah Angka Tahun

Angka tahun Sisa umur Perhitungan Penyusutan Penyusutan

1 5 5/15 x Rp 6.000.000,- Rp 2.000.000,-

2 4 4/15 x Rp 6.000.000,- Rp 1.600.000,-

3 3 3/15 x Rp 6.000.000,- Rp 1.200.000,-

4 2 2/15 x Rp 6.000.000,- Rp 800.000,- 5 1 1/15 x Rp 6.000.000,- Rp 400.000,-

Pada periode 2000, mesin dioperasikan selama 6 bulan, yaitu sejak bulan Juli sampai dengan Desember 2000. Dalam hal ini aktiva tetap yang dioperasikan 15 hari atau lebih pada bulan pertama, bulan pertama dapat dianggap dioperasikan satu bulan penuh. Dengan demikian beban penyusutan periode 2000 adalah sebesar:

6/12 x Rp 2.000.000,- = Rp 1.000.000,-

sedang beban penyusutan tahun 2001 dihitung :

dari tahun ke 1: 6/12 x Rp 2.000.000,- = Rp1.000.000,- dari tahun ke 2: 6/12 x Rp 1.600.000,- = Rp 800.000,- Jumlah Rp1.800.000,-

Demikian pula beban penyusutan tahun 2002 dihitung seperti diatas. Beban untuk setiap periode, setelah dihitung seperti diatas, akan tampak seperti dalam tabel berikut ini:

1. 2000 6/12 x Rp2.000.000 Rp1.000.000 Rp1.000.000 Rp5.500.000

2 2001

6/12 x Rp2.000.000 6/12 x Rp1.600.000

Rp1.800.000 Rp2.800.000 Rp3.700.000

3 2002

6/12 x Rp1.600.000 6/12 x Rp1.200.000

Rp1.400.000 Rp4.200.000 Rp2.300.000

4 2003

6/12 x Rp1.200.000 6/12 x Rp 800.000

Rp1.000.000 Rp5.200.000 Rp1.300.000

5 2004

6/12 x Rp 800.000 6/12 x Rp 400.000

Rp 600.000 Rp5.800.000 Rp 700.000

6 2005 6/12 x Rp 400.000 Rp 200.000 Rp6.000.000 Rp 500.000

Jumlah-jumlah pada kolom beban penyusutan akan dicatat debit pada akun

“Beban Penyusutan Mesin” dan kredit pada akun “Akumulasi Penyusutan Mesin”

setiap akhir periode masing-masing. Dengan demikian saldo akun “Akumulasi Penyusutan Mesin” akan bertambah setiap akhir periode, sehingga setelah habis masa penggunaan mesin akun tersebut akan menunjukkan saldo kredit sebesar Rp 6.000.000,-.

4. Metode Jumlah Unit Produksi (Productive Output Method)

Dalam metode suatu hasil, masa pemakaian aktiva yang dinyatakan dengan jangka waktu, melainkan dengan jumlah satuan (unit) yang dapat dihasilkan oleh aktiva yang bersangkutan. Metode ini cocok digunakan untuk depresiasi mesin pabrik, karena hasil suatu mesin dapat diukur satuannya. Metode ini dapat juga didasarkan pada jam kerja mesin atau jam kerja operator yang menangani mesin. Metode ini dapat digunakan juga untuk peralatan angkutan (diukur dengan jarak yang ditempuh) atau peralatan kantor tertentu (diukur dengan jam pemakaian). Namun demikian metode ini tidak tepat digunakan pada gedung atau mebel, karena untuk aktiva semacam ini depresiasi lebih merupakan fungsi waktu (bukan kegiatan), dan satuan hasilnya sukar untuk diukur. Oleh karena itu dalam metode ini yang perlu ditaksir adalah jumlah satuan hasil yang diperkirakan dapat dihasilkan oleh aktiva. Taksiran satuan hasil ini dipakai untuk membagi harga perolehan depresiasi, sehingga dapat ditentukan depresiasi per tahun hasil. Angka depresiasi per unit hasil ini kemudian dikalikan dengan jumlah satuan hasil sesungguhnya pada satu tahun, sehingga dapat diterapkan depresiasi untuk tahun yang bersangkutan.

Rumus untuk menghitung metode tersebut adalah hasilnya sebagai berikut:

Tarif depresiasi = Harga perolehan-nilai sisa/kapasitas produksi

Contoh :

PT Garuda Nusantara membeli mesin penggilingan padi seharga Rp.10.000.000,- dengan kapasitas produksi 50 ton beras, umur 4 tahun. Adapun perincian pemakaian selama 4 tahun tersebut :

Tahun 1 : 15 ton Tahun 2 : 10 ton Tahun 3 : 20 ton Tahun 4 : 5 ton Jawab :

Penyusutan Kapasitas Produksi = Rp.10.000.000,-/50 ton = Rp. 200.000,- Depresiasi tahun.ke1 = Rp. 200.000,- x 15 ton = Rp. 3.000.000,- Untuk tahun berjalan penyusutannya dapat dilihat pada tabel, sbb :

Tabel 2.4

Metode Penyusutan Jumlah Unit Produksi

Angka tahun

Perhitungan Penyusutan

Akumulasi

Penyusutan Nilai Buku 1 Rp 200.000,- x 15 ton = Rp 3.000.000,- Rp 3.000.000,- Rp 7.000.000,- 2 Rp 200.000,- x 10 ton = Rp 2.000.000,- Rp 5.000.000,- Rp 5.000.000,- 3 Rp 200.000,- x 20 ton = Rp 4.000.000,- Rp 9.000.000,- Rp 1.000.000,- 4 Rp 200.000,- x 5 ton = Rp 1.000.000,- Rp 10.000.000,- --

Dokumen terkait