• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : TOPIK PENELITIAN

C. Metode Penyusutan Aktiva Tetap

Penyusutan adalah penurunan kemampuan aktiva tetap dalam meyediakan manfaat dalam rangka aktivitas operasional perusahaan.

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2002 : 53) “Pengalokasian harga pokok aktiva tetap selama masa penggunaannya”.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, (2004 : 16,2) “Alokasi sistematik jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aktiva sepanjang masa manfaat”.

Perlunya alokasi biaya harga perolehan melalui penyusutan ini adalah akibat berkurangnya manfaat secara periodik. Berkurangnya manfaat secara berkala ini sebagai akibat adanya penyusutan fisik dan penyusutan fungsional. Penyusutan fisik karena keausan dalam proses pemakaian maupun akibat pengaruh lingkungan. Penyusutan fungsional karena ketidaksesuaian dengan keadaan dan ketinggalan zaman.

Faktor-faktor yang menyebabkan penyusutan bisa diidentifikasi sebagai penyusutan fisik atau penyusutan fungsional. Penyusutan fisik terjadi dari kerusakan dan keausan ketika digunakan dan karena cuaca. Sedangkan penyusutan fungsional terjadi jika aktiva tetap yang dimaksud tidak lagi mampu menyediakan manfaat dengan tingkat seperti yang diharapkan.

Dalam menentukan jumlah beban penyusutan tahunan yang tepat ada empat faktor yang harus dipertimbangkan, yaitu :

a. Harga Perolehan

Harga perolehan suatu aktiva meliputi semua pengeluaran yang berhubangan dengan perolehan dan persiapan penggunaan aktiva tersebut. Harga

perolehan dikurangi dengan sisa, jika ada , adalah harga perolehan yang dapat disusutkan, atau dasar penyusutan, yaitu jumlah harga perolehan aktiva yang akan dibebankan pada periode –periode mendatang.

b. Nilai Sisa atau Nilai Residu

Nilai sisa (residu) suatu aktiva adalah jumlah rupiah yang dapat diharapkan dari pemberhentian aktiva tetap pada akhir umur ekonomisnya. Nilai residu ini berbeda dengan biaya pemindahan aktiva tetap. Apabila perusahaan memiliki aktiva tetap dengan maksud untuk digunakan sampai umur ekonomisnya habis, maka nilai residu adalah nilai rongsokan aktiva tetap yang harga pasarnya relative rendah.

Tetapi apabila perusahaan memiliki aktiva tetap dengan maksud akan digunakan untuk kepentingan lain walaupun umur ekonomisnya belum habis, maka nilai residu adalah harga pasar aktiva tetap (harga pasar aktiva tetap dikurangi dengan biaya pemberhentian) pada saat pemberhentian aktiva tetap, yang harga pasarnya masih relative tinggi.

c. Umur Ekonomis

Umur ekonomis aktiva tetap adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah unit atau jasa yang diharapkan dari aktiva tetap tersebut, sebelum aktiva tetap diberhentikan. Umur ekonomis dapat diukur dengan satuan waktu, seperti : tahun dan bulan, atau satuan kegiatan atau hasil, misalnya : jam mesin dan jumlah ton yang dihasilkan.

Faktor-faktor yang membatasi umur ekonomis aktiva tetap itu dapat dibagi menjadi dua kategori.

1. Sebab-Sebab Fisik

Sebab-sebab fisik ini meliputi keausan akibat pemakaian kerusakan dan sebagainya.

2. Sebab-Sebab Fungsional

Sebab-sebab fungsional ini sebagai akibat ketinggalan zaman dan tidak mencukupi.

d. Pola Penggunaan

Untuk mengaitkan harga perolehan aktiva dengan pendapatan, maka penyusutan periodik harus mencerminkan pola penggunaannya setepat mungkin. Jika aktiva tersebut menghasilkan pada pendapatan yang berbeda-beda, maka biaya penyusutannya harus berbeda-beda pula sesuai dengan penggunaannya.

Ada beberapa metode yang umumnya digunakan untuk menghitung penyusutan aktiva tetap, yaitu :

1. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)

Metode ini menghitung penyusutan berarti beban penyusutan dibebankan secara merata. Metode garis lurus menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama setiap tahun sepanjang umur manfaat suatu aktiva tetap.

Metode garis lurus ini mengalokasikan harga pokok menjadi biaya dalam jumlah yang sama setiap periode.

Cara menghitung besarnya penyusutan untuk tiap periode adalah:

D = n

Ns Hp

Keterangan:

D = Besarnya depresiasi untuk suatu periode Hp = Harga perolehan

Ns = Nilai sisa

n = Taksiran umur manfaat Contoh :

Sebuah mesin dibeli dengan harga Rp 360.000 taksiran nilai sebesar Rp 60.000 dan umur penggunaannya ditaksir selama 5 tahun. Beban penyusutan tiap tahun dihitung sebagai berikut :

D = n Ns Hp− = 5 000 . 60 000 . 360 Rp Rp − = Rp 60.000 per tahun

2. Metode Jumlah Angka Tahun (Sum Of The Year)

Metode jumlah angka tahun ini akan menghasilkan beban penyusutan yang menurun setiap periode yaitu dengan mengalikan harga pokok yang dialokasikan menjadi biaya (disusut) dengan jumlah pengali yang didasarkan atas jumlah angka tahun.

Contoh :

Pada tanggal 17 Juli 2008 dibeli mesin seharga Rp 300.000, umur mesin 5 tahun dan nilai sisa Rp 60.000, maka depresiasi setiap tahun adalah :

N = 2 1 + n n × = 2 1 5+ 5 × = 15

3.1 Tabel penyusutan mesin dengan metode jumlah angka tahun Tahun Harga Perolehan Beban

Penyusutan Akumulasi Penyusutan Nilai Buku 1 Rp 300.000 Rp 100.000 Rp 100.000 Rp 200.000 2 Rp 300.000 Rp 80.000 Rp 180.000 Rp 120.000 3 Rp 300.000 Rp 60.000 Rp 240.000 Rp 60.000 4 Rp 300.000 Rp 40.000 Rp 280.000 Rp 20.000 5 Rp 300.000 Rp 20.000 Rp 300.000 0 Keterangan : 1. 5/15 x Rp 300.000 = Rp 100.000 2. 4/15 x Rp 300.000 = Rp 80.000 3. 3/15 x Rp 300.000 = Rp 60.000 4. 2/15 x Rp 300.000 = Rp 40.000 5. 1/15 x Rp 300.000 = Rp 20.000

3. Metode Saldo Menurun (Declining Balance Method)

Metode saldo menurun adalah metode alokasi harga perolehan dengan tarif tetap, tarif penyusutan yang tetap tersebut dikalikan dengan nilai buku aktiva sehingga akan menghasilkan beban penyusutan periode menurun dari periode ke periode dan menghasilkan beban periodik yang terus menurun sepanjang estimasi umur manfaat aktiva. Perhitungan beban penyusutan dengan metode ini adalah

dengan mengalikan nilai buku aktiva tetap pada awal periode dengan pengali yang jumlahnya tetap.

Dengan demikian metode ini akan menghasilkan beban penyusutan yang menurun setiap periode, karena yang digunakan untuk menghitung beban penyusutan adalah nilai buku dan bukannya harga pokok yang disusut. Di dalam perhitungan beban penyusutan dengan metode ini, adanya nilai residu diabaikan tetapi penyusutan tidak sampai di bawah nilai residu.

Contoh :

Penyusutan saldo menurun tahunan atas suatu aktiva yang mempunyai umur manfaat 5 tahun dan biaya $ 24.000 dengan estimasi nilai residu $ 2.000 adalah sebagai berikut :

3. 2 Tabel penyusutan mesin dengan menggunakan metode saldo menurun Tahun Biaya Perolehan Akumulasi Penyusutan Awal Tahun Nilai Buku Awal Tahun Tarif Penyusutan Tahunan Nilai Buku Akhir Tahun 1 Rp 2.400.000 - Rp 2.400.000 40 % Rp 960.000 Rp 1.440.000 2 Rp 2.400.000 Rp 960.000 Rp 1.440.000 40 % Rp 576.000 Rp 864.000 3 Rp 2.400.000 Rp 1.536.000 Rp 864.000 40 % Rp 354.600 Rp 518.400 4 Rp 2.400.000 Rp 1.881.600 Rp 518.400 40 % Rp 207.300 Rp 311.000 5 Rp 2.400.000 Rp 2.088.900 Rp 311.100 - Rp 111.000 Rp 200.000

Dalam contoh diatas estimasi nilai residu adalah Rp 200.000 jadi penyusutan untuk tahun kelima adalah Rp 311.000 – Rp 200.000 = Rp 111.000.

4. Metode Unit Produksi (Unit of Production Method)

Metode unit produksi menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama bagi setiap unit yang diproduksi atau setiap unit kapasitas yang digunakan oleh aktiva. Untuk menerapkan metode ini umur manfaat aktiva diekspresikan dalam istilah unit kapasitas produktif seperti jam atau mil.

Untuk menghitung besarnya tarif penyusutan per jam dihitung sebagai berikut : R (Per jam) = n Ns Hp− Contoh :

Sebuah mesin yang berbiaya Rp 50.000 dan estimasi nilai sisa Rp 5.000 diperkirakan memiliki estimasi umur manfaat Rp 10.000 jam operasi. Penyusutan per jam adalah sebagai berikut :

R (per jam) = 000 . 10 000 . 5 000 . 50 Rp Rp − = Rp 4,5 per jam

Dengan mengasumsikan bahwa mesin dioperasikan 2.500 jam selama satu tahun, maka penyusutan untuk tahun tersebut adalah Rp 11.250 (Rp 4,5 x 2.500 jam).

Pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, semua aktiva tetap disusutkan dengan menggunakan metode penyusutan garis lurus/straight line method. Dengan metode ini diasumsikan besarnya biaya penyusutan tiap periode akan tetap sama sepanjang aktiva tetap masih digunakan dalam operasi perusahaan. Nilai buku aktiva tetap akan semakin menurun akibat adanya alokasi, akan tetapi apabila terhadap aktiva tetap diadakan perbaikan yang dapat memperpanjang umur aktiva tetap tersebut, maka jumlah penyusutannya akan berubah.

D. Penggantian Aktiva Tetap

Perusahaan mengambil suatu kebijakan terkait penggantian aktiva tetap dikarenakan aktiva tetap tersebut tidak lagi dapat dipergunakan dalam kegiatan operasioanal perusahaan.

PSAP Nomor 7 Tentang Akuntansi Aset Tetap (2005 : Paragraf 76) “Suatu asset tetap dieliminasi dari neraca ketika dilepaskan atau bila asset secara permanent dihentikan penggunaannya dan tidak ada ekonomik masa yang akan datang”.

PSAP Nomor 7 Tentang Akuntansi Aset Tetap (2005 : Paragraf 77) “Aset tetap yang secara permanent dihentikan atau dilepas harus dieliminasi dari neraca dan diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan”.

PSAP Nomor 7 Tentang Akuntansi Aset Tetap (2005 : Paragraf 78) “Aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintahan tidak memenuhi definisi asset tetap dan harus dipindahkan ke pos asset lainnya sesuai dengan nilai tercatatnya”.

Aktiva tetap yang sudah tidak terpakai lagi dapat ditarik dari pemakaian. Penarikan (retirement) tersebut dapat dilakukan dengan tiga cara , yaitu :

1. Dengan Cara Dibuang

Suatu aktiva tetap dibuang disebabkan aktiva tetap tersebut sudah tidak lagi berguna untuk perusahaan, disertai tidak lagi memiliki nilai residu atau nilai pasar. Apabila suatu aktiva belum disusutkan sepenuhnya, maka penyusutan terlebih dahulu dicatat sebelum aktiva dibuang dan dihapus dari catatan akuntansi.

Ayat jurnal pencatatannya adalah :

Akumulasi penyusutan aktiva tetap xxx

Aktiva tetap xxx

2. Dengan Cara Dijual

Aktiva tetap yang sudah tidak terpakai lagi dapat dijual dengan cara lelang. Ayat jurnal untuk mencatat penjualan aktiva tetap sama dengan ayat jurnal yang telah diilustrasikan sebelumnya, kecuali bahwa kas atau aktiva lainnya yang diterima juga harus dicatat.

Ayat jurnal pencatatannya adalah :

Beban penyusutan aktiva tetap xxx

Akumulasi penyusutan aktiva tetap xxx

3. Dengan Cara Ditukar dengan Aktiva Lain

Aktiva yang sudah tidak terpakai lagi ditukar dengan aktiva lain atau aktiva baru yang sejenis ataupun yang tidak sejanis yang manfaatnya sama dengan aktiva yang akan ditukar.

Keuntungan dari pertukaran yaitu :

Jika nilai tukar tambah melebihi nilai buku aktiva lama yang ditukarkan dan tidak ada keuntungan yang diakui, maka biaya atau harga pokok yang dicatat untuk aktiva tetap baru dapat ditentukan dengan salah satu cara berikut :

a. Biaya aktiva baru = Harga aktiva baru – Keuntungan yang tidak diakui b. Biaya aktiva baru = Harga aktiva baru + Keuntungan yang tidak diakui

Keuntungan pertukaran aktiva tetap sama tidak diakui untuk pelaporan keuangan dan untuk tujuan pajak penghasilan federal.

Kerugian dari pertukaran yaitu :

Kerugian pertukaran aktiva sejenis untuk tujuan pelaporan keuangan diakui jika nilai tukar tambah lebih rendah dari nilai buku peralatan lama. Apabila terjadi kerugian, biaya yang dicatat untuk aktiva baru adalah harga pasar aktiva tersebut.

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara melakukan penggantian aktiva tetap dengan beberapa cara yaitu :

1. Dengan Cara Dibuang

Dibuang dalam hal ini lebih dimaksudkan di non aktifkan. Hal ini dikarenakan aktiva tetap tersebut sudah tidak fungsional lagi untuk digunakan dalam menjalankan kegiatan opersional perusahaan serta sudah tidak memiliki nilai residu dan nilai pasar.

2. Dengan Cara Ditukar dengan Aktiva Lain

Pertukaran aktiva tetap dalam hal ini peralatan lama ditukar dengan peralatan baru yang sama penggunaannya. Nilai tukar tambah peralatan lama dikurangkan dari harga peralatan baru, dan sia yang terhutang dibayar sesuai persyaratan kredit. Jika nilai tukar lebih besar dari pada nilai buku, maka diperoleh keuntungan. Sebaliknya, jika nila tukar lebih kecil daripada nilai buku, berarti pertukaran tersebut mendatangkan kerugian.

E. Penggunaan Aktiva Tetap

Dalam penggunaannya aktiva tetap mengeluarkan berbagai macam biaya aktiva tetap yaitu :

1. Biaya reparasi, yaitu biaya untuk memperbaiki aktiva tetap menjadi baik kembali.

2. Biaya pemeliharaan, yaitu biaya untuk menjaga aktiva tetap tersebut tetap pada kondisi baik.

3. Biaya pergantian, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menggantikan sebagian dari aktiva tetap yang rusak.

F. Pengawasan Intern Aktiva Tetap 1. Pengertian Pengawasan Intern

Pengawasan intern merupakan kebijakan dan prosedur spesifik yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi manajemen bahwa sasaran dan tujuan perusahaan dan tujuan perusahaan dapat dipenuhi. Aktiva tetap memerlukan perencanaan dan pengawasan yang tetap agar tidak terjadi penggelapan, kecurangan ataupun penyelewengan terhadap aktiva tersebut. Penetapan sistem pengawasan intern yang baik dapat menunjang peningkatan efisiensi dan kualitas kegiatan operasional perusahaan.

Usaha ini dilakukan untuk memberikan keyakinan kepada manajemen bahwa kebijakan dan prosedur spesifik yang dirancang demi sebuah pencapaian tujuan dapat dipenuhi. Fungsi pengawasan dapat dilakukan dengan mengukur dan mengevaluasi kinerja dari setiap bagian kepala perusahaan kemudian mengambil tindakan perbaikan apabila diperlukan.

Pengawasan intern atau yang lebih dikenal dengan istilah pengendalian intern maupun internal check merupakan prosedur-prosedur mekanis dalam pemeriksaan ketelitian data-data administrasi misalnya, mencocokkan penjumlahan mendatar (horizontal) dengan penjumlahan menurun (vertikal).

Pengawasan atau pengendalian intern meliputi organisasi dan semua metode serta ketentuan-ketentuan yang terkoordinasi dalam suatu perusahaan untuk mengamankan kekayaan, memelihara kecermatan dan sampai seberapa jauh dapat dipercayanya data akuntansi.

Menurut Mulyadi (2002 : 180) pengawasan intern adalah :

Suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan karyawan lainnya yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga tujuan berikut :

1. Laporan keuangan yang dapat diandalkan

2. Kepatuhan terhadap hukuman peraturan yang berlaku 3. Efektivitas dan efisiensi operasi perusahaan.

Sedangkan menurut Warren, Carl S., James M. Reeve dan Philip E. Fees (2005 : 229) “Pengawasan intern adalah kebijakan dan prosedur yang melindungi aktiva dari penyalahgunaan, memastikan bahwa informasi usaha akurat, memastikan bahwa perundang-undangan serta peraturan dipatuhi sebagaimana mestinya”.

Lebih lanjut AICPA (American Institute of Certified Public Accounts) memberi definisi sebagai berikut :

Sistem pengawasan intern meliputi struktur organisasi, semua metode dan ketentuan-ketentuan yang terkoordinasi yang dianut dalam perusahaan untuk melindungi harta kekayaan, memeriksa ketelitian dan seberapa jauh akuntansi dapat dipercaya, meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijaksanaan perusahaan yang telah ditetapkan”. (Bambang Hartadi : 1990 : 121-122).

Sukrisno Agoes (2004 : 81) menyebutkan pengawasan intern dengan kata aktivitas pengendalian “Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan bahwa arahan manajemen dilaksanakan”.

Sedangkan Ikatan Akuntansi Indonesia (2002 : 29) mendefenisikan pengawasan intern sebagai berikut :

Pengawasan intern meliputi organisasi serta semua metode ketentuan yang terkoordinasi yang dianut dalam suatu perusahaan untuk melindungi harta milik perusahaan, mencek kecermatan dan keandalan data akuntansi, meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijakan manajemen yang telah digariskan.

Ada tiga jenis pengawasan aktiva tetap yang seharusnya dilakukan oleh suatu perusahaan :

a. Pengawasan Administratif

Pengawasan ini dapat dilakukan dengan dua sasaran yaitu :

1. Yang menyangkut dan berhubungan dengan masalah sistem dan prosedur penyelenggaraan inventarisasi.

2. Yang menyangkut dan berhubungan dengan masalah teknik atau materi inventarisasi, buku induk barang atau buku lainnya.

b. Pengawasan Fisik

Pengawasan ini dilakukan untuk mengetahui keadaan/keberadaan fisik atas aktiva tetap di lapangan apakah sesuai dengan apa yang ada dengan catatan inventaris.

c. Pengawasan Penggunaan

Pengawasan ini dilakukan untuk mengetahui apakah suatu barang atau inventaris benar digunakan dengan memperhatikan aspek efisiensi penggunaannya atau tidak.

3. Tujuan Pengawasan Intern Aktiva Tetap

Pengeluaran untuk aktiva tetap dilakukan untuk penambahan aktiva baru, penggantian atau pemeliharaan harta lama yang telah ada. Berbagai pengeluaran ini tidak dapat ditunda apabila operasi ingin dilanjutkan. Pengendalian terhadap

pengeluaran aktiva tetap mempunyai tujuan untuk memberikan persetujuan pembelian harta hanya setelah pertimbangan yang cermat mengenai keperluan atau keharusannya dilakukan dan sesuai dengan ketersediaan dana yang direncanakan.

Adapun tujuan dari pengawasan terhadap aktiva tetap adalah :

1. Membatasi pengeluaran modal dalam batas-batas yang disetujui dengan kebutuhan perusahaan.

2. Memajukan penggunaan aktiva tetap dengan cara lebih efisien dan efektif dalam kegiatan operasional perusahaan.

3. Menetapkan prosedur-prosedur yang memberikan perlindungan dan pemeliharaan fisik untuk aktiva tetap.

4. Menekankan bahwa aktiva tetap merupakan fasilitas yang sangat diperlukan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan.

5. Mendorong usaha penelaahan mengenai jenis perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan cara yang paling menguntungkan untuk membiayai aktiva tetap.

Pada dasarnya tujuan pengawasan intern terhadap aktiva tetap bagi suatu perusahaan adalah untuk mengamankan harta benda organisasi, memperoleh data akuntansi yang tepat dan dapat dipercaya meningkatkan efisiensi usaha serta mendorong kepatuhan terhadap kebijaksanaan pimpinan.

BAB IV PENUTUP

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya penulis dapat mengambil kesimpulan dan saran yang mungkin akan sangat berguna bagi para pimpinan dan seluruh pihak yang berkepentingan dengan perusahaan/instansi serta para mahasiswa yang berminat pada topik permasalahan yang diuraikan.

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Metode penyusutan yang dipakai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara adalah metode garis lurus (straight line method).

2. Pengendalian intern atas aktiva tetap pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara masih kurang memadai karena Fakultas tidak memiliki kartu aktiva tetap, tidak adanya pengawasan maupun pengendalian yang teratur atas aktiva tetap.

3. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara memperoleh aktiva tetap yaitu dengan cara pembelian tunai, melalui donasi, hibah, sumbangan, bantuan-bantuan, dan dari APBN.

4. Dalam struktur organisasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dapat dilihat bahwa seorang pegawai yang bertanggung jawab dibidang administrasi juga mengurusi bidang keuangan, akuntansi, dan sebagian fungsi HRD. Hal ini membuktikan masih adanya tugas rangkap di dalam Fakultas.

5. Dalam struktur organisasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dapat dilihat bahwa seorang pegawai yang bertanggung jawab dibidang administrasi juga mengurusi bidang keuangan, akuntansi, dan sebagian fungsi HRD. Hal ini membuktikan masih adanya tugas rangkap di dalam Fakultas. 6. Aktiva tetap yang telah habis masa manfaatnya ditarik dari kegiatan

operasional perusahaan dengan cara dijual.

B. SARAN

Dari uraian sebelumnya terhadap pengawasan aktiva tetap, maka penulis mencoba memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Penyajian catatan dan pembukuan aktiva tetap harus lebih transparansi sehingga pengawasan intern aktiva tetap dapat dilakukan lebih baik.

2. Untuk memperkecil terjadinya kesalahan dan penyelewengan terhadap aktiva tetap maka perlu membuat prosedur dan pengawasan yang lebih efektif dan efisien lagi.

3. Sebaiknya ada batasan wewenang dan tanggung jawab dari setiap bagian yang ada dalam organisasi sehingga dapat ditetapkan secara jelas dan masing-masing bagian dapat bekerja dengan baik.

4. Hendaknya pengawasan intern aktiva tetap agar selalu ditingkatkan, mengingat semakin berkembangnya kemajuan disegala bidang, terutama dibidang tekhnologi.

5. Dalam hal penghapusan, aktiva tetap sebelum dijual atau dimusnahkan sebaiknya diperiksa terlabih dahulu apakah aktiva tetap tersebut masih dapat dimanfaatkan oleh divisi lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno, 2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) Untuk Kantor Akuntan Publik, Edisi Ketiga, FE UI, Jakarta.

Harahap, Sofyan Syafri, 2002. Akuntansi Aktiva Tetap, Edisi Satu, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Harnanto, Drs, 2002. Akuntansi Keuangan Menengah, Buku Satu, BPFE UGM, Yogyakarta.

Hartadi, Bambang, 1990. Auditing Suatu Pedoman Pemeriksaan Akuntansi Tahap Pendahuluan, Edisi Satu, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi, Yogyakarta. Ikatan Akuntan Indonesia, 2002. Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat,

Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2004. Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, Salemba Empat, Jakarta.

Mc, Mas’ud and Hadi, Kumala, 1983. Akuntansi Intermediate, BPFE, Yogyakarta.

Mulyadi, 2002. Auditing, Buku Satu Edisi Keenam, Salemba Empat, Jakarta. Niswonger, C. Rollin and Fess, Philip E, 1994. Accounting Principles, 16 th

edition, Erlangga, Jakarta.

Ronald J, Thanker, 1987. Dasar-dasar Akunting, Cetakan Pertama Edisi Kedua, PT. Aksara Persada Indonesia.

Simamora, Henry, 2000. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis, Salemba Empat, Jakarta.

Warren, Carl S, Reeve, James M and Fees, Philip E, 2005. Accounting Pengantar Akuntansi, Edisi 21 Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta.

Dokumen terkait