• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE PENELITIAN

3.4. Metode Perencanaan Lanskap Agrowisata

Metode perencanaan yang digunakan adalah metode survei yang mengikuti proses perencanaan yang dikemukakan oleh Gold (1980) yang dimodifikasi. Proses perencanaan ini meliputi (1) persiapan, (2) inventarisari, (3) analisis, (4) sintesis, dan (5) perencanaan.

Perencanaan dilakukan melalui proses-proses seperti pada Gambar 4.

No Jenis Data Bentuk Sumber Cara Pengambilan Hasil 1 Aspek biofisik

Letak dan luas Sekunder BAPPEDA, Institusi desa

Studi pustaka Peta, Deskripsi Tata guna lahan Sekunder Institusi desa,

Google earth

Studi pustaka Peta

Tanah dan kemiringan Sekunder BAPPEDA Studi pustaka Deskripsi, Peta

Hidrologi Primer Tapak Pengamatan lapang Deskripsi

Mikroklimat Sekunder BMKG Studi pustaka Deskripsi

Potensi visual Primer Tapak Pengamatan lapang Deskripsi

2 Objek dan atraksi wisata Primer Tapak Pengamatan lapang,

wawancara

Deskripsi

3 Aksesibilitas Primer,

Sekunder

Institusi desa, Tapak Studi pustaka, pengamatan lapang

Peta

4 Infrastruktur wisata Primer Tapak Pengamatan lapang,

wawancara

Deskripsi

5 Aspek sosial, ekonomi, dan budaya Primer, Sekunder

Tapak, Institusi Desa Studi pustaka, Wawancara

Deskripsi Tabel 3. Jenis, Bentuk, Sumber, Cara Pengambilan dan Hasil Bentuk Data yang Didapatkan

3.4.1. Persiapan

Pada tahap ini dilakukan penetapan lokasi dan batasan penelitian, persiapan alat, dan pengurusan perijinan. Pengurusan perijinan dilakukan ke Kantor Kesatuan Bangsa Kecamatan Karang Tengah, Kabupaten Cianjur untuk dapat melakukan penelitian di Kampung Karangsari, Desa Sindangasih. Selanjutnya perijinan diteruskan ke Kantor Kecamatan Karang Tengah dan Balai Desa Sindangasih.

3.4.2. Inventarisasi

Tahap inventarisasi merupakan tahap pengumpulan data kondisi awal tapak. Data yang dikumpulkan berupa data fisik dan sosial. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung (observasi lapang) dan wawancara, sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi pustaka. Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan mendapatkan data yang berhubungan dengan kawasan agrowisata dan dibutuhkan dalam proses perencanaan.

Observasi lapang merupakan survei ke dalam tapak secara langsung untuk mendapatkan data tentang kondisi fisik, aksesibilitas, kondisi area pertanian terpadu, dan aspek wisata berupa fasilitas dan utilitas yang tersedia pada tapak sebagai kawasan agrowisata. Wawancara dilakukan kepada masyarakat sekitar, termasuk petani, aparat pemerintah, pengusaha, dan tokoh-tokoh penting desa untuk mengetahui kebijakan dan peraturan yang berlaku pada tapak. Selain itu, wawancara juga untuk mendapatkan data sosial berupa persepsi dan dukungan masyarakat terhadap kawasan agrowisata, kepemilikan lahan, potensi atraksi yang berasal dari masyarakat, dan pengelolaan lahan. Wawancara dengan kuisioner dilakukan kepada 15 orang petani di sekitar kampung Karangsari yang diambil secara acak.

Selain observasi lapang dan wawancara, juga dilakukan studi pustaka mengenai agrowisata dan pertanian terpadu untuk mengetahui standar-standar dan metode perencanaan agrowisata. Data ini diperlukan sebagai standar dan pedoman dalam perencanaan untuk menciptakan suatu kawasan agrowisata yang aman, nyaman, dan indah.

20

Pengambilan data batasan tapak dan tata guna lahan menggunakan citra yang diambil dari Google Earth, digabungkan dengan peta yang didapatkan dari institusi desa, kemudian diproses menggunakan perangkat lunak ArcView GIS dan AutoCAD. Data mengenai aksesibilitas tapak didapatkan dari hasil pengamatan lapang dan dari institusi desa yang hasilnya berupa peta jalur sirkulasi. Data mengenai topografi, ketinggian, dan kemiringan lahan didapatkan dari BAPPEDA Cianjur. Data iklim diambil dari BMKG yang diambil dari stasiun PT. Fasung, hal ini dikarenakan stasiun terdekat dari tapak sudah tidak berfungsi.

Untuk menentukan penempatan dan jenis atraksi-atraksi wisata, diperlukan data potensi objek wisata yang ada. Objek-objek yang dapat dijadikan sebagai atraksi wisata didapatkan dengan pengamatan langsung dan disusun dalam bentuk spasial dan deskriptif. Objek wisata yang diutamakan berupa kegiatan pertanian, sedangkan objek nonpertanian dapat berupa kesenian dan budaya dari kehidupan setempat. Informasi mengenai nilai budaya setempat didapatkan melalui wawancara langsung dengan penduduk dan studi literatur.

3.4.3. Analisis

Analisis yang dilakukan berupa analisis deskriptif dan spasial dari data yang diperoleh pada tahap inventarisasi untuk menentukan potensi dan kendala pada tapak, dan kesesuaian area sebagai area wisata pertanian terpadu. Potensi dan kendala yang ada dikembangkan dan ditingkatkan sehingga dapat mendukung kawasan lanskap agrowisata. Sebaliknya, kendala dihilangkan atau dikurangi dengan dicari cara pemecahan masalah yang efektif dan efisien.

Hasil dari tahap inventarisasi yang berupa peta orientasi, penutupan lahan, hidrologi, potensi akustik dan visual, dan aksesibilitas digunakan dalam tahap ini. Selain itu, digunakan juga grafik dari data mikroklimat dan foto-foto untuk interpretasi kondisi tapak pada saat ini. Beberapa data diuraikan secara deskriptif, demikian juga dengan peta, grafik, dan foto yang didapatkan.

Untuk analisis suhu dan kelembaban, digunakan standar kesesuaian iklim untuk pertanian menggunakan klasifikasi berdasarkan jumlah bulan basah (BB) dan bulan kering (BK) yang dibatasi oleh peluang hujan, hujan efektif, dan kebutuhan air tanaman menurut konsep yang dikemukakan oleh Oldeman

(Koesmaryono dalam Handoko, 1995). Bulan basah (BB) merupakan bulan dengan curah hujan > 200 mm, sedangkan bulan lembab (BL) memiliki curah hujan 100 – 200 mm. Bulan kering (BK) merupakan bulan dengan curah hujan < 100 mm. Menurut Schmidht – Ferguson, BK merupakan bulan dengan CH < 60 mm, BL memiliki CH antara 60 – 100 mm, dan BB adalah bulan dengan CH > 100 mm.

Selain itu, untuk kenyamanan pengguna tapak dilakukan perhitungan THI (Temperature Humidity Index). Untuk daerah tropis, apabila nilai THI antara 21 - 27, iklim tergolong nyaman (Fandeli, 2009). Rumus yang digunakan adalah

THI = 0,8 T + [Rh x (T/500)] dengan

T = suhu rata-rata

Rh = kelembaban relatif (%).

Analisis tanah dilakukan menggunakan studi pustaka sifat fisik dan kimia tanah. Kedua aspek tersebut mempengaruhi kesesuaian tumbuh tanaman pertanian. Selain itu, juga dapat diketahui tanaman yang cocok sehingga dapat dipertahankan atau ditambahkan di tapak. Untuk aksesibilitas, dilakukan pemetaan jalur dan pintu masuk dan keluar, keefektifan, dan keefisienan jalur yang akan disesuaikan dengan aktivitas. Tapak akan dibagi berdasarkan pola penggunaan lahan. Pada tiap zonasi akan dilakukan analisis untuk mendapatkan objek dan atraksi yang dapat digunakan untuk kegiatan agrowisata. Objek dan atraksi berasal dari aktivitas pertanian dan sumber daya pertanian yang ada.

Selain itu dilakukan analisis untuk mengetahui daya dukung yang akan dikembangkan. Daya dukung yang dihitung adalah daya dukung pengunjung berdasarkan rata-rata dalam m2 per orang (Boulon dalam Nurisjah, Pramukanto, dan Wibowo, 2003).

DD = A / S Keterangan:

DD = Daya dukung (orang) A = Area yang digunakan (m2)

22

3.4.4. Sintesis

Hasil analisis yang telah didapatkan kemudian digabungkan pada tahap ini. Data spasial yang dihasilkan pada tahap analisis melalui proses overlay menjadi peta zonasi ruang yang dialokasikan untuk pengembangan agrowisata. Sedangkan hasil analisis deskriptif akan dijabarkan secara lebih rinci dan digunakan untuk menentukan solusi dari kendala dan pemanfaatan dari potensi yang ada di tapak.

3.4.5. Perencanaan Lanskap

Tahap perencanaan lanskap merupakan tahap terakhir dalam penelitian ini. Dari proses sebelumnya dapat ditentukan konsep dasar tapak berdasarkan objek dan atraksi wisata yang akan dikembangkan. Konsep yang disusun meliputi ruang, aktivitas, fasilitas, sirkulasi dan touring plan. Konsep tersebut kemudian dituangkan dalam bentuk spasial berupa blok ruang agrowisata. Hasil yang diperoleh dari tahapan akan dikembangkan untuk perencanaan lanskap.

Dalam tahap ini konsep yang telah disusun di tahap sintesis diterapkan ke tapak dan dituangkan dalam bentuk spasial. Selain itu, juga dikembangkan lebih lanjut berupa rencana ruang dan aktivitas, rencana jalur wisata, dan rencana fasilitas. Hasil akhir dari tahap perencanaan adalah berupa site plan beserta paket wisata yang ditawarkan di kawasan wisata pertanian terpadu.

a. Rencana Ruang dan Aktivitas

Rencana ini meliputi perencanaan alokasi ruang wisata dan aktivitas yang sesuai di dalamnya. Selain itu, ditentukan objek dan atraksi utama pada tiap ruang wisata.

b. Rencana Jalur Wisata

Rencana jalur wisata adalah merencanakan jalur dan paket wisata yang dapat diambil wisatawan. Pada tahap ini juga direncanakan jalur sirkulasi yang dapat menunjang kemudahan aktivitas antarruang wisata.

c. Rencana Fasilitas

Untuk menunjang kelancaran dan kenyamanan kegiatan agrowisata, diperlukan penempatan fasilitas dan utilitas yang efektif dan efisien. Oleh karena itu diperlukan perencanaan penempatan fasilitas dan utilitas di tahap ini.

4.1. Data dan Analisis

Dokumen terkait