KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Metode Problem Solving
a. Pengertian Metode Pembelajaran
Penggunaan metode pembelajaran merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam pembelajaran. Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru untuk mengimplementasikan rencana pembelajaran yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai secara optimal. Aqib, dkk., (2014: 102) menyatakan bahwa secara khusus metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara atau pola yang khas dalam memanfaatkan berbagai prinsip dasar pendidikan. Selain itu, metode juga merupakan perpaduan berbagai teknik dan sumber daya terkait lainnya agar terjadi proses pembelajaran.
Prastowo (2013: 69) mendefinisikan metode pembelajaran sebagai cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan pembelajaran, sehingga kompetensi dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Suprihatiningrum (2013: 282) menyatakan hal serupa bahwa metode pembelajaran merupakan alat untuk mencapai tujuan
10
pembelajaran, operasionalisasi dan strategi pembelajaran dalam menyiasati perbedaan individual siswa, meningkatkan motivasi belajar, serta meningkatkan daya serap materi bagi siswa dan berdampak langsung terhadap pencapaian tujuan.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru untuk melaksanakan proses pembelajaran agar sesuai dengan rencana yang telah disusun. Metode pembelajaran juga digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.
b. Jenis-jenis Metode Pembelajaran
Terdapat beberapa jenis metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan pembelajaran. Majid (2015: 193) menguraikan berbagai jenis metode pembelajaran yaitu: metode ceramah, metode demonstrasi, metode diskusi, metode simulasi, metode tugas dan resitasi, metode tanya jawab, metode kerja kelompok, metode problem solving, metode sistem regu, metode latihan, metode karya wisata, metode ekspositori, metode inkuiri, dan metode pembelajaran kontekstual.
Fadillah (2014: 190-197) juga menyebutkan berbagai jenis metode pembelajaran yaitu metode ceramah, metode diskusi, metode tanya jawab, metode eksperimen, metode problem solving, dan metode keteladanan.
Hamzah dan Muhlisrarini (2014: 260) mengemukakan beberapa jenis metode yang dipakai dalam pembelajaran matematika karena keberadaannya dengan sifat dan karakteristik
berbeda-11
beda. Beberapa jenis metode pembelajaran tersebut yaitu metode ceramah, metode demonstrasi, metode tanya jawab, metode latihan dan praktik, metode pemberian tugas, metode diskusi, metode penemuan, metode pemecahan masalah, metode inkuiri, metode diskusi, metode penemuan, dan lain-lain.
Berdasarkan uraian tentang jenis-jenis metode pembelajaran di atas, maka peneliti menetapkan metode problem solving yang dicari pengaruhnya dalam pembelajaran di kelas. Hal ini karena metode
problem solving dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa dan dapat dipadukan dengan metode lain agar tujuan pembelajaran dan kompetensi yang diharapkan dapat tercapai.
c. Pengertian Metode Problem Solving
Metode problem solving termasuk salah satu metode untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis bagi siswa. Polya (dalam Aisyah, dkk., 2007: 2.19) mengartikan pemecahan masalah sebagai satu usaha mencari jalan keluar dari satu kesulitan guna mencapai satu tujuan yang tidak begitu mudah segera untuk dicapai. Majid (2015: 212) juga menyatakan bahwa metode problem solving bukan hanya sekadar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir karena dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai pada menarik kesimpulan.
Majid (2015: 213) menyatakan metode problem solving
merupakan pembelajaran berbasis masalah, yakni pembelajaran yang berorientasi “learner centered” dan berpusat pada pemecahan suatu
12
mengungkapkan metode problem solving adalah cara menyampaikan materi dengan guru memberikan suatu permasalahan tertentu untuk dipecahkan atau dicari jalan keluarnya oleh siswa.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa metode
problem solving adalah cara mengajar guru yang menyajikan masalah, kemudian siswa dituntut untuk berpikir kritis agar dapat memecahkan masalah tersebut secara individu maupun kerja kelompok. Metode
problem solving menekankan pada pemecahan masalah, sehingga siswa dituntut untuk lebih kreatif dan mandiri.
d. Kelebihan dan Kekurangan Metode Problem Solving
Setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dalam pelaksanaannya, begitu juga dengan metode
problem solving. Polya (dalam Sora, 2015: 2) menyatakan kelebihan dan kekurangan metode problem solving sebagai berikut.
a) Kelebihan metode problem solving
1. Problem solving merupakan pemecahan masalah yang bagus untuk memahami pelajaran.
2. Meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran.
3. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil.
4. Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif, menyeluruh, dan membiasakan siswa untuk berani berpikir lain daripada yang lain karena dalam proses belajarnya siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahan masalah. 5. Memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengaplikasi-kan pengetahuan yang mereka miliki dalam kehidupan sehari-hari.
6. Problem solving ini perlu dibiasakan pada diri siswa sebab kenyataan hidup manusia pada hakikatnya memerlukan
13
keahlian ini untuk memecahkan secara cerdas serangkaian masalah yang dihadapi.
b) Kekurangan metode problem solving
1. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini membutuhkan waktu yang lama dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain.
2. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya tidak sesuai dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolahan dan kelasnya.
3. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi berakar dengan banyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa. 4. Jika di dalam kelompok kemampuan anggotanya heterogen,
maka siswa yang pandai akan mendominasi diskusi sedangkan siswa yang kurang pandai menjadi pasif sebagai pendengar saja.
Hamiyah dan Jauhar (2014: 130-131) memaparkan beberapa kelebihan dan kekurangan metode problem solving sebagai berikut.
a) Kelebihan metode problem solving
1. Membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan lagi dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.
2. Dapat berpikir dan bertindak kreatif.
3. Dapat mengembangkan rasa tanggung jawab.
4. Para siswa dapat diajak untuk lebih menghargai orang lain. 5. Dapat memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis. 6. Dapat meningkatkan motivasi/minat belajar siswa.
b) Kekurangan metode problem solving
1. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran lain.
2. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman siswa memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.
3. Bagi siswa yang kurang memahami pelajaran tertentu, maka pengajaran dengan metode ini akan sangat membosankan dan menghilangkan semangat belajarnya.
Kesimpulan yang dapat peneliti ambil dari pendapat ahli di atas adalah bahwa kelebihan metode problem solving antara lain dapat memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari siswa, merancang perkembangan kemampuan berpikir kritis, berpikir dan bertindak
14
kreatif, melatih keberanian dan tanggung jawab, serta dapat membuat pembelajaran lebih aktif. Adapun kekurangan dari metode problem solving yaitu memerlukan alokasi waktu yang lebih lama, membutuhkan keterampilan guru untuk menentukan masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan pengetahuan siswa, serta siswa yang malas dan pasif akan tertinggal. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman guru untuk dapat melaksanakan metode ini dengan baik.
e. Langkah-langkah Metode Problem Solving
Metode problem solving memiliki langkah-langkah yang saling berkaitan dalam pelaksanaannya. Majid (2015: 213) menjelaskan langkah-langkah metode problem solving yaitu sebagai berikut.
a) Menyiapkan isu/masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya juga sesuai materi yang disampaikan dan kehidupan riil siswa/keseharian.
b) Menuliskan tujuan/kompetensi yang hendak dicapai.
c) Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya, dan lain-lain.
d) Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua di atas.
e) Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini, siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut betul-betul cocok dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban tersebut, tentu saja diperlukan metode-metode lainnya seperti demonstrasi.
f) Tugas, diskusi, dan lain-lain.
g) Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai pada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.
15
Polya (dalam Aisyah, dkk., 2007: 5.20-5.22) menguraikan langkah-langkah penerapan metode problem solving sebagai berikut.
a) Memahami masalah
Pada tahap ini kegiatan pemecahan masalah diarahkan untuk membantu siswa menetapkan apa yang diketahui pada permasalahan dan apa yang ditanyakan. Beberapa pertanyaan perlu dimunculkan kepada siswa untuk membantunya dalam memahami masalah. Pertanyaan-pertanyaan tersebut antara lain:
1. Apakah yang diketahui dari soal? 2. Apakah yang ditanyakan soal? 3. Apa saja informasi yang diperlukan? 4. Bagaimana akan menyelesaikan soal?
b) Membuat rencana untuk menyelesaikan masalah
Dalam perencanaan pemecahan masalah, siswa diarahkan untuk dapat mengidentifikasi strategi-strategi pemecahan masalah yang sesuai untuk menyelesaikan masalah. Dalam mengidentifikasi strategi-strategi yang perlu diperhatikan adalah apakah strategi tersebut berkaitan dengan permasalahan yang akan dipecahkan.
c) Melaksanakan rencana yang dibuat pada langkah kedua (melaksanakan penyelesaian soal)
Jika siswa telah memahami permasalahan dengan baik dan sudah menentukan strategi pemecahannya, langkah selanjutnya adalah melaksanakan penyelesaian soal sesuai apa yang telah direncanakan. Kemampuan siswa dalam memahami substansi dan keterampilan siswa dalam menghitung akan sangat membantu siswa untuk melaksanakan tahap ini.
d) Memeriksa ulang jawaban yang diperoleh
Langkah ini merupakan langkah terakhir dan penting dilakukan untuk memeriksa apakah hasil yang diperoleh sudah sesuai dengan ketentuan dan tidak terjadi kontradiksi dengan yang ditanya. Ada empat langkah yang dapat dijadikan pedoman untuk melaksanakan tahap ini, yaitu:
1. Mencocokkan hasil yang diperoleh dengan hal yang ditanyakan.
2. Menginterpretasikan jawaban yang diperoleh.
3. Mengidentifikasi adakah cara lain untuk mendapatkan penyelesaian masalah.
4. Menuliskan kesimpulan dari jawaban yang diperoleh. Dari beberapa langkah di atas, maka peneliti mengadopsi langkah penerapan metode problem solving dari Polya yaitu: (a) memahami masalah, pada tahap ini siswa harus dapat menentukan hal-hal atau apa
16
yang diketahui dan hal-hal atau apa yang ditanyakan, (b) membuat rencana penyelesaian, pada tahap ini siswa dapat menentukan strategi yang sesuai untuk memecahkan masalah tersebut, (c) melaksanakan rencana pemecahan atau melaksanakan penyelesaian soal, serta (d) memeriksa ulang jawaban yang diperoleh dan membuat kalimat kesimpulan dengan menyertakan hasil akhir penyelesaian yang tepat. Adapun indikator pada efektivitas penggunaan metode problem solving
antara lain: (1) siswa mampu berpikir dan bertindak kreatif, (2) siswa mampu memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis, (3) melatih siswa mendesain suatu penemuan, (4) siswa mampu menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan, dan (5) menumbuhkan motivasi/minat belajar.
2. Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital dan secara terus menerus akan dilakukan selama manusia tersebut masih hidup. Melalui proses belajar, anak yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu atau anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil. Kasmadi dan Sunariah (2014: 31) mendefinisikan belajar sebagai suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk mencapai tujuan tertentu berdasarkan yang dialaminya sehingga memperoleh pengetahuan tentang suatu objek tertentu.
Susanto (2013: 4) juga mendefinisikan belajar sebagai suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar
17
untuk memperoleh konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang mengalami perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak. Hamdani (2011: 21) memaparkan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya. Selain itu, belajar akan lebih baik jika subjek belajar mengalami atau melakukannya.
Berdasarkan paparan para ahli tersebut, peneliti menyimpulkan belajar adalah suatu rangkaian proses kegiatan yang dilakukan individu secara sengaja dengan tujuan adanya perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman. Perubahan yang dialami dapat berupa perubahan pemahaman, sikap, maupun keterampilan.
b. Pengertian Pembelajaran
Istilah pembelajaran merupakan perkembangan dari istilah pengajaran karena memiliki makna yang hampir sama. Cahyo (2013: 18) menyatakan pengertian keduanya yaitu pengajaran merupakan kegiatan yang dilakukan guru dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Sedangkan pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membantu siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Thobroni (2015: 19) menyatakan upaya yang dilakukan guru tersebut tidak semata-mata dilakukan dalam waktu singkat. Karena pembelajaran merupakan suatu proses belajar yang berulang-ulang dan
18
menyebabkan adanya perubahan perilaku yang disadari dan cenderung bersifat tetap.
Sumantri (2015: 3) mengemukakan lebih lanjut bahwa pembelajaran adalah rangkaian kegiatan yang dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarsiswa, siswa dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran dapat terwujud melalui metode pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada siswa.
Wenger (dalam Huda, 2014: 2) menyatakan bahwa pembelajaran bukanlah aktivitas, sesuatu yang dilakukan oleh seseorang ketika ia tidak melakukan aktivitas lain. Pembelajaran juga bukanlah sesuatu yang berhenti dilakukan oleh seseorang. Lebih dari itu, pembelajaran bisa terjadi dimana saja dan pada level yang berbeda-beda, secara individual, kolektif, ataupun sosial. Singkatnya, pembelajaran merupakan fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh banyak faktor.
Berdasarkan kajian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari guru membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar. Perubahan itu berupa kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama karena adanya usaha untuk memperolehnya.
c. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan suatu hal yang diperoleh dari proses belajar mengajar. Melalui hasil belajar, tujuan pembelajaran dapat
19
diukur apakah sudah tercapai atau belum tercapai. Rahman dan Amri (2014: 44) mengemukakan hasil belajar sebagai perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Terjadinya perubahan perilaku tersebut dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan siswa sebagai hasil belajar dan proses interaksi dengan lingkungannya yang diwujudkan melalui pencapaian hasil belajar. Thobroni (2015: 22) menyatakan hal serupa bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya kemampuan yang dimiliki harus dipandang secara komprehensif bukan secara terpisah.
Gagne (dalam Sagala, 2013: 18) mendefinisikan hasil belajar adalah hasil dari proses kognitif yang terdiri dari informasi verbal yaitu kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa baik lisan maupun tertulis, keterampilan intelek yaitu kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang, strategi kognitif yaitu kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri, keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, dan sikap yaitu kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Kunandar (2013: 277) menjelaskan hasil belajar siswa adalah hasil nilai ulangan harian siswa yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran. Ulangan harian dilakukan setiap akhir proses pembelajaran dalam satuan bahasan atau kompetensi tertentu.
Pada penelitian ini fokus hasil belajar yang dilihat adalah hasil belajar pada ranah kognitif (pengetahuan). Berdasarkan taksonomi Bloom, aspek kognitif terdiri atas enam tingkat yaitu: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application),
20
analisis (analysis), sintesis (syntehesis), dan evaluasi (evaluation).
Tingkatan tersebut dikenal dengan ranah kognitif C1 sampai dengan C6. Hasil belajar yang dilihat dalam penelitian ini dibatasi pada tingkatan C2 dan C3 yaitu tingkatan pemahaman dan penerapan. Beberapa kegiatan belajar yang menunjukkan tingkatan tersebut dijabarkan Supardi (2015: 152) sebagai berikut.
a) Pemahaman (comprehension)
Kegiatan belajar yang menunjukkan pemahaman antara lain: mengungkapkan gagasan, menceritakan kembali, mendeskripsi dengan kata-kata sendiri, menjelaskan gagasan pokok, membedakan, dan membandingkan. Kata kerja operasional yang menunjukkan tingkatan pemahaman yaitu menjelaskan, mencirikan, membandingkan, menghitung, mengubah, menguraikan, menjumlah, menjalin, membedakan, mendiskusikan, menggali, mencontohkan, mengemukakan, menyimpulkan, merangkum, dan menjabarkan.
b) Penerapan (application)
Kegiatan belajar yang menunjukkan penerapan antara lain: menggunakan istilah atau konsep, memecahkan suatu masalah, menghitung kebutuhan, melakukan percobaan, membuat bagan/grafik, merancang strategi, dan membuat peta. Kata kerja operasional yang menunjukkan tingkat penerapan yaitu mengurutkan, menentukan, menerapkan, menyesuaikan, membangun, menggali, mengoperasikan, menyusun, mengaitkan, memecahkan, dan melakukan.
Dengan demikian, peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku dan kemampuan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran secara keseluruhan. Hasil belajar yang diamati merupakan hasil belajar yang diambil dari nilai pretest, posttest, dan peningkatannya (N-Gain). Hasil belajar yang diamati pada penelitian ini difokuskan pada ranah kognitif dengan kata kerja operasional menghitung (C2) dan menerapkan (C3).
21
3. Matematika
a. Pengertian Matematika
Istilah matematika memiliki beberapa pengertian bergantung cara pandang orang yang melaksanakannya. Schoenfeld (dalam Hendriana dan Soemarmo, 2014: 3) menyatakan istilah matematika sebagai ilmu tentang pola perlu dikembangkan lebih lanjut. Matematika memuat pengamatan dan pengkodean melalui representasi yang abstrak, dan peraturan dalam dunia simbol dan objek.
Hamzah dan Muhlisrarini (2014: 48) menyatakan matematika adalah ilmu yang membahas angka-angka dan perhitungannya, membahas masalah-masalah numerik, mengenai kuantitas dan besaran, mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur, sarana berpikir, kumpulan sistem, struktur dan alat. Sedangkan Susanto (2013: 185) memaparkan matematika sebagai disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berdasarkan paparan para ahli di atas, peneliti menyimpulkan matematika adalah suatu mata pelajaran yang mempelajari tentang berbagai ilmu dan teori tentang bilangan. Matematika mengajarkan siswa untuk belajar bagaimana cara berpikir secara logika dan menghitung angka-angka bilangan dengan baik dan benar sesuai dengan pemahaman yang dimiliki.
22
b. Pembelajaran Matematika di SD
Pembelajaran matematika di sekolah dasar merupakan proses belajar mengajar untuk mendapatkan pemahaman konsep, fakta, operasi, prinsip tentang matematika. Susanto (2013: 187) menyatakan pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi matematika. Muhsetyo, dkk., (2008: 1.26) memaparkan pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada siswa melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga siswa memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari.
Dalam mengajarkan matematika, guru harus memahami bahwa kemampuan setiap siswa berbeda, serta tidak semua siswa menyenangi mata pelajaran matematika. Sundayana (2014: 3) mengemukakan dalam pembelajaran matematika guru masih kesulitan memberikan gambaran konkret dari materi yang disampaikan, sehingga hal tersebut berakibat langsung kepada rendah dan tidak meratanya kualitas hasil yang dicapai oleh siswa. Hal ini juga berkaitan dengan materi pembelajaran matematika yang bersifat abstrak.
Dengan demikian, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar yang menggunakan kemampuan berpikir kritis, karena berkaitan dengan
23
simbol dan angka. Selain itu, dalam penyampaiannya perlu strategi yang tepat agar materi yang sulit dipahami siswa dapat dijelaskan secara konkret dan bermakna.
c. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD
Pada umumnya, tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah agar siswa mampu menggunakan konsep berhitung dalam kehidupan sehari-hari. Secara lebih rinci tujuan pembelajaran matematika tercantum dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (2006: 417) yaitu sebagai berikut.
(1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah, (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, dan (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Depdiknas (dalam Susanto, 2013: 189-190) menguraikan kompetensi atau kemampuan umum pembelajaran matematika di sekolah dasar sebagai berikut.
a) Melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian beserta operasi campurannya, termasuk yang melibatkan pecahan.
b) Menentukan sifat dan unsur berbagai bangun datar dan bangun ruang sederhana, termasuk penggunaan sudut, keliling, luas dan volume.
24
d) Menggunakan pengukuran: satuan, kesetaraan antarsatuan, dan penafsiran pengukuran.
e) Menentukan dan menafsirkan data sederhana, seperti: ukuran tertinggi, terendah, rata-rata, modus, mengumpulkan, dan menyajikan.
f) Memecahkan masalah, melakukan penalaran, dan mengomunikasikan gagasan secara matematika.
Heruman (2008: 2) menjelaskan bahwa tujuan akhir pembelajaran matematika di sekolah dasar yaitu agar siswa terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, untuk menuju tahap keterampilan tersebut harus melalui langkah-langkah yaitu: (1) penanaman konsep dasar, (2) pemahaman konsep, dan (3) pembinaan keterampilan.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar tidak hanya sekadar pemberian pengetahuan tentang operasi hitung. Tetapi juga siswa dituntut untuk meningkatkan kemampuan berpikirnya agar mampu memecahkan masalah dan menalar terhadap materi matematika.