METABOLISME BAKTERI
D. METODE STERILISASI 1. Metode fisika
a. Pemanasan basah
Teknik pemanasan basah terdiri atas : 1) Uap bertekanan
Panas dalam bentuk uap jenuh bertekanan adalah sarana yang paling praktis dan dapat diandalakan untuk steriliasi. Uap bertekanan menghasilkan suhu jauh diatas titik didh dan mempunyai beberapa keunggulan, yaitu pemanasan dapat berlangsung dengan cepat dan mempunyai daya tembus yang diperoleh dari kelembapan yang tinggi. Semua ini akan memprmudahkan koagulasi protei dalam mikroorganisme. Alat sterilisasi yang menggunakan uap dengan tekanan yang dapat diatur adalah autoklaf. Saat penggunaan autoklaf, harus diusahakan agar seluruh udara dalam ruangan autoklaf diganting
dengan uap jenuh. Udara yang masih tersisa dalam ruang autoklaf menyebabkan suhu dalam ruangan tersebut akan turun jauh dibawah suhu yang dicapai oleh uap jenuh murni pada tekanan yang sama. Tekanan uap tidak mematikan mikroorganisme, tetapi suhu tinggi dari uap itulah yang dapat mematikan mikroorganisme. Autoklaf umumnya dioperasikan pada tekana 1,5 atm dan suhu 1210C. Waktu yang diperlukan untuk sterilisasi bergantung pada sifat bahan atau media yang disterilkan, tipe wadah dan volume wadah. Bahan zat yang tidak dianjurkan untuk disterilkan dengan autoklaf. Sebagai contoh, zat-zat yang tidak bercampur dengan air, seperti lemak dan minyak, tidak dapat ditembus oleh uap sehingga mikroorganisme yang terkandung didalamnya akan bertahan hidup .Selain itu, beberapa substansi yang berubah atau rusak apabila terpapar suhu yang tinggi tidak dianjurkan untuk disterilkan dengan autoklaf. Oleh karena itu, harus disterilkan dengan cara lain (Radji, 2010).
2) Sterilisasi bertahap
Beberapa media bakteri dan zat kimia dapat dipanaskan diatas duhu 1000C. Namun, untuk bahan yang tidak tahan terhadap pemanasan diatas 1000C, dapat dilakukan sterilisasi bertahap.
Dalam proses ini, bahan ini dipanaskn pada suhu 1000C selama 3 hari berturut-turut dan diselangi dengan periode inkubasi diantaranya. Spora-spora yang resisten terhadap pemanasan akan berkecambah selam inkubasi. Sel-sel vegatatif kemudian dapat dihancurkan pada pemasan berikutnya (Radji, 2010).
3) Air mendidih
Sel-sel vegetatif mikroorganisme akan terbunuh dalam waktu 10 menit dalam air mendidih. Namun, beberapa spora bakteri dapat bertahan dalm kondisi tersebut selama berjam-jam. Merebus peralatan didalam air mendidih dalam waktu yang singkat
cendrung menghasilkan desinfeksi daripada sterilisasi (Radji, 2010).
4) Pasteurisasi
Pertama dilakukan oleh Pasteur, Digunakan pada sterilisasi susu Membunuh kuman: Mycobacteruimtuberculosis, brucella, Streptokokus, Staphilokokus, Salmonella, Shigella dan difteri (kuman yang berasal dari sapi/pemerah) dengan Suhu 650C/ 30 menit(Radji, 2010).
b. Pemanasan kering
Teknik pemanasan kering terdiri atas : 1) Sterilisasi dengan udara panas
Strilisasi dengan panas kering dianjurkan jika tidak dikehndaki pnggunaan uap bertekana atau jika tidak terkehendaki terjadi kontak antara uap bertekanan dan benda yang akan disterilkan.
Prosedur ini dianjurkan untuk peralatan laboratoriumdan dibutuhkan suhu 160-1800C selama 30 menit (Radji, 2010).
2) Pembakaran
Pembakaran bahan yang mengandung mikroorganisme berarti juga membasmi mikroorganisme itu. Pembakaran digunakan untuk memusnahkan bangkai, hewan-hewan percobaan yang terinfeksi dan bhan terinfeksi lain yang perlu dibuang. Pemusnahan mikroorganisme dengan pembakaran juga selalu dilakukan di laboratorium untuk mensterilkan jarum sengkelit, yaitu dengan dipijarkan di atas alat pmbaran api bunsen (Radji, 2010).
3) Sinar radiasi
Prinsipnya adalah radiasi menembus dinding sel dengan langsung mengenai DNA dari inti sel sehingga mikroba mengalami mutasi. Digunakan untuk sterilisasi bahan atau produk yang peka terhadap panas (termolabil). Ada dua macam radiasi yang digunakan yakni gelombang elektromagnetik (sinar x, sinar γ) dan arus partikel kecil (sinar α dan β). Sterilisasi dengan radiasi
digunakan untuk bahan atau produk dan alat-alat medis yang peka terhadap panas (termolabil) ( Babu, 2011).
2. Metode kimia
Bahan kimia yang digunakan untuk membunuh mikroorganisem disebut desifektan. Cairan desinfektan biasanya digunakan untuk memusnahakan mikroorganisme dilantai, ruangan, peralatan medis, pakaian, dan benda-benda mati lain. Desinfektan sangat penting untuk rumah sakit dan klinik sebab dapat membantu mencegah pasien mengalami infeksi dari peralatan rumah sakit yang digunakan.
a. Penggolongan desinfektan berdasarkan jenis bahan.
Beberapa jenis desinfektan yang dapat digunakan adalah fenol dan senyawa fenolik, bisfenol, golongan biguanida, golongan alkohol, golongan aldehida, surfaktan,Klorsilenol.
1) Fenol dan snyawa fenolik
Lister adalah orang pertama yang menggunakan fenol untuk mencegah terjadi infeksi diruang operasi. Fenol skarang jarang digunakan sbagai desinfektan karena mengiritasi kulit dan memuliki bau yang tidak disukai. Fenol terkadang digunakan sebagai antiseptik lokal untuk pelega tenggorokan, tetapi mempunyai sedikit efek antimikroba pada konsentrasi rendah. Pada konsentrasi 1%, fenol mempunyai efek antibakteri yang signifikan.
Disinfetan yang mngandung derivatfenol disebut fenolik, yaitu desinfektan yang mengandung molekul fenol yang telah dimodifikasi sedemikian rupa scara kimiawi untuk menurunkan efek iritasinya atau menambah efek antibakterinya dan dikombinasi dngan sabun dan detergen(Radji, 2010).
2) Bisfenol
Bisfenol adalah deivat fenol yang mengadung dua fenolik.
Salah satu contoh bisfenol adalah heksaklorofen, yang sering digunakan untuk mengatasi kontaminasi diruang operasi dan dirumah sakit. Bakteri gram negatif ssperti staphylococcus dan streptococcus yang sering menyebabkan infeksi kulit pada bayi
baru lahir sangat snsitif terhadap heksaklorofen. Akan tetapi, penggunaan bisfenol yang berlebihan (misalnya memandikan bayi dengan bisfenal beberapa hari sekali ) dapat memicikan kurusakan saraf.
Bisfenol lainyang sering digunakan triklosanyang merupakan bahan yang terkandung dalam sabun antiseptik dan sabunpasta gigi. Trklosan menghambat enzim yang dibutuhka untuk biosintesis asam lemak hingga menujukkan efek terhadap keutuhan membran plasma. Triklosan terutama efektif terhadap bakteri Gram-posotof, tetapi juga bekerja dngan baik untuk jamur dan bakteri Gram-negatif. Beberapa bakteri, misanya Pseudomonas aeruginosa, sangat resisten terhadap triklosan dan beberapa golongan antiseptik lainnya (Radji, 2010).
3) Golongan biguanida
Klorheksidin merupakan contoh dari biguanid yang digunakan secara luas dalam bidang kedokteran gigi sebagai antiseptik dan kontrok plak, misalnya 0,4% larutan pada detergen digunakan pada surgical scrub (Hibiscrub), 0,2% klorheksidin glukonat pada larutan air digunakan sebagai bahan antiplak (Corsodyl) dan pada konsentrasi lebih tinggi 2% digunakan sebagai desinfeksi geligi tiruan. Zat ini sangat aktif terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif. Efektivitasnya pada rongga mulut terutama disebabkan oleh absorpsinya pada hidroksiapatit dan salivary mucus(Radji, 2010).
4) Golongan halogen
Hipoklorit dan povidon-iodin adalah zat oksidasi dan melepaskan ion halide.Walaupun murah dan efektif, zat ini dapat menyebabkan karat pada logam dan cepat diinaktifkan oleh bahan organik (misalnya Chloros, Domestos, dan Betadine). Antiseptik ini bekera untuk semua jenis bakteri, endospora, berbagai jenis jamur dan virus.
5) Golongan alkohol
Alkohol sangat efektif untuk membunuh bakteri dan jamur, tetapi tidak efektif untuk endospora dan virus yang tidak bersimpai.
Mekanisme kerja alkohol biasanya dengan mendenaturasi protein, tetapi alkohol juga dapat menganggu membran dan melarut lemak terhadap lipid yang merupakan komponen utama simpai virus.
Keunggulan alkohol adalah dapat bekerja cepat dan menguap dengan cepat tanpa meninggalkan residu. Dua jenis alkohol yang sering dihunakan adalah etanol dan isopropanolol(Radji, 2010).
6) Golongan aldehida
Glutaraldehid merupakan salah satu desinfektan yang populer pada kedokteran gigi, baik tunggal maupun dalam bentuk kombinasi.
Aldehid merupakan desinfektan yang kuat. Glutaraldehid 2% dapat dipakai untuk mendesinfeksi alat-alat yang tidak dapat disterilkan, diulas dengan kasa steril kemudian diulas kembali dengan kasa steril yang dibasahi dengan aquades, karena glutaraldehid yang tersisa pada instrumen dapat mengiritasi kulit/mukosa, operator harus memakai masker, kacamata pelindung dan sarung tangan heavy duty. Larutan glutaraldehid 2% efektif terhadap bakteri vegetatif seperti M. tuberculosis, fungi, dan virus akan mati dalam waktu 10-20 menit, sedang spora baru alan mati setelah 10 jam (Radji, 2010).
b. Penggolongan desinfektan berdasarkan pemakaian di rumah sakit Dalam pemakaiannnya di rumah sakit, desinfektan digolongkan menjadi :
1) Desinfektan yang tidak dapat membunuh virus HIV dan hepatitis B, misalnya : klorheksidin, Setrimida, dan Fenolik. Desinfektan ini tidak aman bila digunakan untuk : membersihkan cairan tubuh (darah, urine, feses, dan dahak), membersihkan peralatan yang terkena cairan tubuh, misanya sarung tangan yang terkena darah.
2) Desinfektan yang membunuh HIV dan hpatiti B, misalnya :
a) Desinfektan yang melepaskan klorin, yaitu natrium hipoklorit, kloramin T, natrium dikloroisosianurat, dan kalsium hipoklorit.
b) Desinfektan yang melepas iodin, yaitu povidon iodin.
c) Golongan alkohol, yaitu isopropil alkohol, spiritus termetilasi, dan etanol.
d) Golongan aldehida, yaitu formaldehida (formalin) dan glutaraldehida, dan golongan lainnya(Radji, 2010).
BAB VI