• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II METODE SYARAH HADIS

B. Metode Syarah Hadis

44

selanjutnya. Aktivitas syarah hadis diarahkan kepada kitab-kitab hadis selain Kutub al-Tis`ah yang muncul sebagai karya fenomenal pada masa itu antara lain, kitab al-Badr al-Tama>m karya Al-H{usayn bin Muh{ammad al-Maghribi> (1048-119 H) dan kitab Subul al-Sala>m oleh S{an`a>ni (1182 H) keduanya merupakan syarh kitab Bulu>gh al-Mara>m dan kitab Nayl al-Aut{a>r syarh dari kitab Muntaqa> al-Akhba>r karya al-Shawka>ni> (1250 H).

3. Masa pensyarahan kitab-kitab hadis kontemporer, dimulai dari abad ke-13 H. Pada periode ini aktivitas syarah hadis masih mengadopsi metode-metode terdahulu. Di samping itu mulai bermunculan syarah hadis dalam konteks tematis dengan metode dan pendekatan yang baru dan beragam. Di mana syarah dilakukan karena adanya persolan yang memerlukan jawaban dari hadis atau sekedar untuk kepentingan akademis.

B. Metode Syarah Hadis

Dalam kitab syarah hadis dikenal ada beberapa metode ulama dalam mensyarahi hadis yakni; Ijma>li> (global), Tah{lili> (analitis), dan Muqa>rin (komparasi). Pembahasan rincinya akan diulas berikut ini:

1. Metode Tah{lili>

Tah{lili> berasal dari bahasa Arab H{allala Yuh{allilu Tah{li>l yang berarti menguraikan, menganalisis. Yang dimaksud dengan Tah{li>l di sini adalah mengurai, menganalisis dan menjelaskan makna-makna yang terkandung

45

dalam hadis Rasulullah SAW dengan memaparkan aspek-aspek yang terkandung di dalamnya sesuai dengan keahlian dan kecenderungan pensyarah.66

Kitab-kitab syarah yang menggunakan metode tah{lili> biasanya berbentuk ma’thu>r (ditandai dengan banyak riwayat dari sahabata, tabiin, atau ulama hadis) atau ra’y (ditandai dengan pemikiran rasional pensyarah). Adapun ciri kitab syarah yang menggunakan metode ini antara lain:67

a. Pensyarahan dilakukan dengan pola penjelasan makna yang terkandung di dalam hadis secara komprehensif dan menyeluruh b. Dalam pensyarahan, hadis dijelaskan kata demi kata, kalimat demi

kalimat secara berurutan serta tidak lupa penjelasan terkait asba>b al-wuru>d jika ada.

c. Uraian pemahaman-pemahaman yang pernah disampaikan oleh sahabat, tabi’in, dan para ahli syarah hadis lainnya dari berbagai disiplin ilmu.

d. Terdapat muna>sabah atau korelasi antara satu hadis dengan hadis lainnya.

e. Kadangkala, syarah dengan metode ini dipengaruhi oleh kecenderungan pensyarah pada salah satu mazhab tertentu, sehingga timbul berbagai corak pensyarahan, seperti corak fiqhi>, dan lainnya. Di antara kitab yang menggunakan metode ini antara lain; Fath{ al-Ba>ri> bi Sharh{ S{ah{i>h{ al-Bukha>ri> karya Ibn H{ajar al-`Asqala>ni>, Subul al-Sala>m

66 Suryadilaga, Metodologi Syarah.., 18-19.

67

46

karya al-S{an`a>ni>, al-Kawa>kib al-Darari> fi> Sharh{ S{ah{i>h{ al-Bukha>ri> karya Shams al-Di>n Muh{ammad bin Yu>suf bin `Ali> al-Kirma>ni>, dan lain-lain.68

Kitab syarah yang menggunakan metode ini memiliki beberapa kelebihan, di antaranya adalah:69

a. Ruang lingkup pembahasannya sangat luas. b. Memuat berbagai ide dan gagasan

Adapun kekurangan dari metode ini adalah:70

a. Menjadikan petunjuk hadis parsial. b. Melahirkan syarah yang subjektif. 2. Metode Ijma>li>

Yakni, penjelasan atau keterangan hadis-hadis sesuai dengan urutan dalam kitab yang ada dalam kutub al-sittah secara ringkas tetapi dapat merepresentasikan makna literal hadis dengan bahasa yang mudah dimengerti dan gampang difahami.71 Syarahnya cukup singkat dan tidak menyinggung hal yang ada di luar teks dan terkadang juga tidak menjelaskan asba>b al-wuru>d.72

Metode ini memiliki kemiripan dengan metode tah{lili> dari segi sistematika pensyarahan. Perbedaannya terletak pada segi uraian penjelasannya. Metode tah{lili> sangat terperinci dan panjang lebar sedangkan metode

68 M. Alfatih Suryadilaga, Metodologi Syarah Hadis Dari Klasik Hingga Kontemporer, cetakan pertama (Yogyakarta: Kalimedia, 2017), 17.

69

Suryadilaga, Metodologi Syarah.., 26-27.

70 Ibid., 27-28.

71 Ibid., 30.

72

47

ijma>li> sangat ringkas dan sangat umum. Meskipun demikian, penggunaan metode ijma>li> tidak menutup kemungkinan adanya uaraian yang panjang lebar mengenai suatu hadis tertentu. Akan tetapi, penjelasan tersebut tidak seluas metode tah{lili>.73

Di antara kitab-kitab syarah yang menggunakan metode ini antara lain; Sharh{ Suyu>t{i> li Sunan Nasa>’i> karya Jala>l Di>n Suyu>t{i>, Qu>t Mughtazi> `ala Ja>mi` Turmudhi> karya Jala>l Di>n Suyu>t{i>, `Awn al-Ma`bu>d Sharh{ Sunan Abi> Da>wu>d karya Muh{ammad bin Ashraf bin `Ali> Haydar al-Siddi>qi> al-`A>z{i>z Aba>di>, dan lain-lain.74

Kelebihan dari kitab yang menggunakan metode ini adalah:75 a. Ringkas dan padat

b. Bahasa mudah

Sedangkan, kekurangannya antara lain:76

a. Gaya bahasa yang digunakan tidak jauh berbeda dengan matan hadisnya sehingga terkadang menyulitkan pembaca untuk memilah mana yang hadis dan mana yang syarah.

b. Menjadikan petunjuk hadis bersifat parsial.

c. Tidak ada ruang untuk mengemukakan analisis yang memadai. 3. Metode Muqa>rin

73 Suryadilaga, Metodologi Syarah.., 30.

74

Suryadilaga, Metodologi Syarah Hadis Dari Klasik Hingga Kontemporer, cetakan pertama (Yogyakarta: Kalimedia, 2017), 28-29.

75 Suryadilaga, Metodologi Syarah.., 43.

76

48

Nama lainnya adalah metode komparatif.77 Metode muqa>rin adalah metode memahami hadis dengan cara: 1) membandingkan hadis yang memiliki redaksi yang sama atau mirip dalam kasus yang sama atau memiliki redaksi yang berbeda dalam kasus yang sama. 2) membandingkan berbagai pendapat ulama syarah dalam mensyarahi hadis.78

Ciri-ciri metode ini antara lain:79

a. Membandingkan analitis redaksional dan perbandingan periwayat-periwayat, kandungan makna dari masing-masing hadis yang diperbandingkan.

b. Membahas perbandingan berbagai hal yang dibicarakan oleh hadis tersebut.

c. Perbandingan pendapat para pensyarah mencakup ruang lingkup yang sangat luas karena uraiannya membicarakan berbagai aspek, baik menyangkut kandungan atau makna hadis maupun muna>sabah atau korelasi antar hadis.

Di antara kitab yang menggunakan metode ini antara lain; S{ah{i>h{ Muslim bi> Sharh{ al-Nawawi> karya Ima>m al-Nawawi>, `Umdah al-Qa>ri> Sharh{ S{ah{i>h{

77 Muhtador, “Sejarah Perkembangan...” 268

78 Suryadilaga, Metodologi Syarah.., 48.

79

49

al-Bukha>ri> karya Badr al-Di>n Abu> Muh{ammad Mah{mu>d al-`Ayni>, dan lain-lain.80

Di antara kelebihan dari metode ini antara lain:81

a. Memberikan wawasan pemahaman yang relatif lebih luas kepada para pembaca bila dibandingkan dengan metode lain.

b. Membuka pintu untuk selalu bersikap toleran terhadap pendapat orang lain yang terkadang jauh berbeda.

c. Pemahaman dengan metode ini sangat berguna bagi mereka yang ingin mengetahui berbagai pendapat tentang sebuah hadis.

d. Pensyarah didorong untuk mengkaji berbagai hadis serta pendapat-pendapat para pensyarah lainnya.

Adapun kekurangannya antara lain:82

a. Metode ini tidak relevan dengan pembaca syarah pemula sebab pembahasan yang dikemukakan terlalu luas sehingga sulit untuk menentukan pilihan.

b. Metode ini tidak dapat diandalkan untuk menjawab persoalan sosial yang berkembang di tengah masyarakat, karena pensyarah lebih mengedepankan perbandingan dari pada pemecahan masalah.

c. Metode ini terkesan lebih banyak menelusuri pemahaman yang pernah diberikan dari pada mengemukakan pendapat baru.

80

M. Alfatih Suryadilaga, Metodologi Syarah Hadis Dari Klasik Hingga Kontemporer, cetakan pertama (Yogyakarta: Kalimedia, 2017), 46.

81 Suryadilaga, Metodologi Syarah.., 58-59.

82

50