• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III DESKRIPSI WILAYAN PENELITIAN

3.9 Standar Operasional Cinta Baca

Standar Operasional Cinta Baca antara lain:

3.9.1 Perpustakaan masyarakat

Setiap pusat pembelajaran masyarakat yang dibangun Cinta Baca memiliki perpustakaan dengan 3 tingkatan, yakni :67

a. Perpustakaan kota memiliki lebih dari 5000 judul buku dan benda benda di kota besar. Perpustakaan kota merangkap Kantor Regional dan dikelola oleh staf Cinta Baca. Tempat disediakan oleh Cinta Baca.

b. Taman Bacaan : memiliki minimal 1000-2000 judul buku, berada di kota kecil dan dikelola oleh staf lapangan Cinta Baca dibantu operator dari masyrakat lokal. Tempat disediakan oleh cinta baca.

c. Pos Baca : memiliki minimal 200 buku, berada di desa dan dikelola oleh masyarakat setempat dibantu operator lokal. Tempat disediakan masyarakat atau pemerintah setempat.

3.9.2 Pendidikan non formal

Pendidikan non formal yakni untuk mendorong dan meningkatkan minat baca dan membangun dunia pendidikan masyarakat indonesia Cinta Baca memfasilitasi mengembangkan program-program pendidikan non formal. Program pendidikan yang bersifat non formal yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat. Beberapa program yang dijalankan diantaranya : Kelompok Baca Keluarga, Kelompok Bermain dan Belajar

67 Dokumen Perpustakaan Cinta Baca.

Anak, Storytelling, Speak English Day, English Club (teacher/students), Pelatihan, Penyuluhan, Bimbingan Belajar dan lain-lain.68

3.9.3. Standar Koleksi

Perpustakaan memiliki jenis koleksi anak, koleksi remaja, koleksi dewasa, koleksi referensi anak, koleksi referensi remaja/dewasa, surat kabar, majalah. Seluruh buku atau koleksi di perpustakaan Cinta Baca harus bebas pornografi, tidak memicu konflik bernuansa SARA, bebas agenda partai politik, dan tidak mengeksploitasi kekerasan. Setiap perpustakaan Cinta Baca memiliki 70% buku anak-remaja dan 30% buku dewasa. Cinta Baca memiliki sistem basis data buku tersendiri dengan klasifikasi buku mengacu pada Dewey Decimal System.69

Cinta baca tidak menyediakan buku atau koleksi agama di karenakan :70 1. Tidak ingin terlibat dalam perbedaan ajaran dan aliaran yang

berpotensi dalam pengkotak-kotakan masyarakat

2. Tidak ingin menjadi saingan lembaga keagamaan, melainkan memberdayakannya melalui kerjasama berjejaring.

Cinta Baca memiliki sistem basis data tersendiri dengan klasifikasi buku mengacu pada Dewey Decimal System (DDC). Namun untuk membedakan pencarian buku bagi pengunjung yang umumnya masyarakat berpendidikan menengah ke bawah, maka dibuat pengkategorian buku tersendiri.

68 Dokumen Perpustakaan Cinta Baca.

69 Dokumen Perpustakaan Cinta Baca.

70 Dokumen Perpustakaan Cinta Baca.

Adapun kategori buku yang ada di perpustakaan dan sanggar Cinta Baca, yaitu :71

a. Buku Anak- Remaja : Bahan Belajar Anak, Buku Anak di Bawah Lima Tahun, Cerita Anak Bergambar, Cerita Ringan, Novel Anak-Anak, Novel Remaja, Komik Anak-Anak, Buku Non- Fiksi Anak-Anak, Majalah Anak dan Buku Refrensi Anak.

b. Buku Dewasa : Keluarga, Kesehatan, Keterampilan, Hobi, Pertanian, Bahasa, Pengetahuan Umum, Bahan Belajar Dewasa, Biografi, Novel, Bisnis, dan Keuangan, Budaya dan Kesenian , Non- Fiksi (motivasi, dan lain-lain). Majalah Keluarga dan Refrensi Dewasa.

3.9.4 Tenaga Pengelola

Tenaga Pengelola Cinta Baca adalah orang yang direkrut dan dilatih oleh manajemen Cinta Baca sebagai staf atau pekerja yang memenuhi kriteria dan standar operasional Cinta Baca dan sesuai dengan aturan tenaga kerja Indonesia. Disamping itu, Cinta Baca terbuka bagi masyarakat, baik dalam maupun luar negeri, yang ingin menjadi tenaga sukarela (volunteer) bagi pelayanan pendidikan di tengah masyarakat Indonesia.72

3.10. Sistem Layanan Perpustakaan Cinta Baca

Sistem layanan yang ada di Perpustakaan Cinta Baca sendiri memakai sistem layanan terbuka (Open Acces) yaitu layanan yang memberikan kesempatan kepada pengunjung perpustakaan untuk mengakses sumber informasi secara langsung ke tempat penyusunan koleksi atau memilih katalog untuk mengetahui

71 Dokumen Perpustakaan Cinta Baca.

72 Dokumen Perpustakaan Cinta Baca

sumber informasi yang di perlukan. Pengunjung bebas memilih koleksi yang ada.

Sistem layanan ini mempunyai kelebihannya yaitu pengunjung bisa diberikan kesempatan untuk bisa memilih apa yang diinginkan dan petugas dan petugas bisa lebih sedikit jumlahnya, karena mereka hanya bertugas mengawasi.73

3.11. Sumber Dana Perpustakaan Cinta Baca Palembang.

1. Dana yang di dapatkan untuk pengadaan koleksi dan penggajian Staf Cinta Baca Palembang berasal dari donasi-donasi berbagai pihak yang peduli akan literasi di Indonesia dan memahami Visi dan Misi Cinta Baca 2. Pengadaan koleksi buku Cinta Baca Palembang didapatkan dari donasi pribadi,CSR-CSR perusahaan-perusahaan dan lembaga-lembaga (baik pemerintah maupun non-pemerintah, profit dan non-profit), Melalui program donasi buku ( bisa lihat di website Cinta Baca www.cintabaca.org), kerja sama dengan pos indonesia (program bergerak), mengajak peran serta sekolah-sekolah dan universitas di sekitar Wilayah Perpustakaan Palembang.74

Perpustakaan Cinta Baca mengupayakan agar semua pemustaka dapat berlaku tertib dan disiplin maka diterbitkan tata tertib yang mengatur jalannya pelaksanaan kegiatan layanan Perpustakaan sebagai suatu pedoman atau petunjuk bagi pemustaka. Untuk menjaga keamanan dan kenyamanan sebuah perpustakaan perlu menerapkan aturan seperti:

73 Dokumen Perpustakaan Cinta Baca

74 Dokumen Perpustakaan Cinta Baca.

1. Jam Buka Layanan75

a. Perpustakaan Cinta Baca buka setiap hari kerja:

Senin-Sabtu : 09.00-17.00 WIB.

Istirahat

2. Jam Buka Layanan76

a. Perpustakaan Cinta Baca buka setiap hari kerja:

Senin-Sabtu : 09.00-17.00 WIB.

Istirahat

Senin, kamis dan sabtu : 12:00-13:00 WIB Jum’at : 11:30 -13:00

b. Tutup hari minggu dan libur nasional

3. Sebelum masuk perpustakaan, semua pengunjung harap memasukkan data diri ke buku pengunjung yang ada dipintu masuk sesuai petunjuk pengisian yang tersedia.

3.12 Sarana dan Prasarana

Adapun sarana dan prasarana yang di miliki oleh Perpustakaan Cinta Baca Palembang dalam menunjang kegiatan teknis pengelolaan perpustakaan maupun kegiatan teknis pengelolaan perpustakaan adalah sebagaimana pada tabel berikut ini:

75 Dokumentasi Perpustakaan Cinta Baca.

76 Dokumentasi Perpustakaan Cinta Baca.

Tabel.3. 1

3.13 Koleksi Perpustakaan Cinta Baca Tabel.3.2 Koleksi Dewasa

No. Jenis Koleksi Jumlah Eksmplar

1. Pertanian 263

Sumber : Dokumen Koleksi Perpustakaan Cinta Baca

Tabel. 3.3 koleksi Anak

No. Jenis Koleksi Jumlah Eksmplar

1. Ank-CERSDR 150

2. Ank-non fiksi 352

3. Batita 260

4. Fiksi Remaja 216

5. Novel Anak SD 95

6. Komik anak 375

7. Bahan belajar anak 360

8. Novel remaja 70

9. ilmu pengetahuan 432

10. Biografi 100

11. Cerita Bergambar 444

12. Majalah remaja 40

Jumlah 2.986

Sumber : Dokumen Koleksi Perpustakaan Cinta Baca

3.14 Layanan Anak di Perpustakaan dan Sanggar Cinta Baca

Jenis layanan yang di berikan Perpustakaan dan Sanggar Cinta Baca pada anak-anak adalah:

1. Peminjaman Bahan Pustaka

Layanan ini merupakan layanan yang diberikan kepada pengguna perpustakaan yang ingin meminjam bahan pustaka yang dapat dibawa pulang dengan peraturang yang berlaku.

2. Layanan Storytelling

Gambar 3.3

Proses kegiatan storytelling Sumber : Dokumentasi Perpustakaan Cinta Baca

Layanan storytelling di Perpustakaan dan Sanggar Cinta Baca diselengarakan khusus bagi anak-anak. Layanan storytelling di Perpustakaan dan Sanggar Cinta Baca merupakan kegiatan bercerita kepada anak-anak mulai dari anak SD (sekolah dasar) sampai anak SMP (sekolah menengah pertama). Dengan memberikan layanan storytelling ini bearti Perpustakaan dan Sanggar Cinta Baca telah berupaya untuk menumbuhkan minat baca dan berkunjung anak-anak sedini mungkin untuk mengenal perpustakaan. Layanan storytelling biasanya dilaksanakan satu minggu sekali pada setiap hari selasa tepatnya pada jam 14.00- selesai. Dan ada juga kegiatan storytelling di luar seperti di pos baca dan tempat terbuka seperti taman kegiatan ini di adakan 1 bulan sekali ataupun 2 bulan sekali tergantug dari pos baca tersebut..77

77 Dokumentasi Perpustakaan Cinta Baca.

a. Pesiapan Storytelling di Perpustakaan dan Sanggar Cinta Baca

1) Pendongeng memilih dan menyiapkan cerita terlebih dahulu.

Pendogeng memilih cerita yang dapat mengandung imajinasi, inpirasi, dan kreativitas.

2) Berlatih sendiri dengan menceritakan dongeng tersebut di depan cermin, disertai dengan latihan vocal, gerak tubuh, dan mimik wajah.

3) Siapkan alat bantu bila memang diperlukan. Misalnya, boneka, topeng, atau kertas.

4) Menghafalkan garis besar ceritanya saja. dan mengunakan bahasa yang mudah di fahami anak-anak.

5) Perhatikan jumlah pesertanya, bila terlalu banyak akan sulit mengendalikanya.

6) Sebelum mulai mendongeng, kondisikan anak-anak untuk siap berkonsentrasi pada dongeng tersebut.

7) Dan yang terakhir jangan lupa libatkan rasa humor agar tida monoton supaya anak-anak terhibur.78

b. Jenis-Jenis Storytelling

Dalam menyampaikan storytelling ada beberapa macam jenis cerita yang dapat dipilih oleh pendongeng untuk didongengkan kepada audience.

Sebelum storytelling dimulai, biasanya pendongeng telah mempersiapkan terlebih dahulu jenis cerita yang akan disampaikan agar pada saat mendongeng nantinya dapat berjalan lancar. Menurut Asfandiyar

78 Dokumentasi Perpustakaan Cinta Baca.

storytelling digolongkan dalam beberapa jenis yaitu: dongeng tradisional, dongeng futuristik (modern), dongeng pendidikan, Fabel, dongeng sejarah, dan dongeng terafi (trumatic healing). Namun dalam hal ini Perpustakaan dan Sanggar Cinta Baca Sumatera Selatan membatasi jenis dongeng yang disampaikan yaitu:

1) Dongeng tradisional

Dongeng tradisional adalah dongeng yang berkaitan dengan cerita rakyat dan biasanya turun-temurun. Dongeng ini sebagian besar berfungsi untuk melipur lara dan menanamkan semangat kepahlawanan. Biasanya, dongeng tradisional disajikan sebagai pengisi waktu istirahat,dibawakan secara romantis, penuh homor, dan sangat menarik. Misalnya: maling kundang, calon arang, momotaro, jaka tingkir, sangkuriang, dan lain-lain.

2) Dongeng Pendidikan

Dongeng pendidikan adalah dongeng yang diciptakan dengan suatu misi pendidikan bagi dunia anak-anak. Misalnya menggungah sikap hormat pada orang tua.

3) Fabel

Fabel adalah dongeng tentang kehidupan binatang yang digambarkan bisa becara seperti manusia. Cerita-cerita fabel sangat luwes digunakan untuk menyindir perilaku manusia tanpa membuat manusia tersinggung. Misalnya: dongeng kancil, kelinci, kura-kura dan lain-lain.

4) Dongeng Sejarah

Doengeng sejarah biasanya terkait dengan suatu peristiwa sejarah.

Dongeng ini banyak bertemakan kepahlawanan. Misalnya: kisah-kisah para sahabat Rasulullah SAW, sejarah perjuangan indonesia, sejarah pahlawan tokoh-tokoh, dan sebaginya.79

3.15 Jumlah Pengunjung Perpustakaan dan Sanggar Cinta Baca Sumatera Selatan Tahun 2015-2017

Jumlah Pengunjung Tahun 2015 Tabel. 3.4

Bulan Kategori

Jumlah Anak-Anak Remaja Dewasa

Januari 614 64 25 703

Febuari 687 69 19 775

Maret 572 65 26 663

Afril 1017 37 5 1059

Mei 820 36 13 869

Juni 772 50 3 825

Juli 530 59 2 591

Agustus 573 66 639

September 635 100 9 744

Oktober 536 45 20 601

November 971 62 18 1051

Desember 291 17 3 311

Jumlah 8018 670 143 8831

Sumber: Dokumen Data Pengunjung Perpustakaan dan Sanggar Cinta Baca

79 Andi Yudha Asfandiyar, ”Cara Pintar Mendongeng” Jakarta: Mizan, 2007 h. 85-87

Jumlah Pengunjung Tahun 2016

Sumber: Dokumen Data Pengunjung Perpustakaan dan Sanggar Cinta Baca Jumlah Pengunjung Tahun 2017

Sumber: Dokumen Data Pengunjung Perpustakaan dan Sanggar Cinta Baca Dari penjelasan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa data jumlah anak-anak berkunjung ke perpustakaan dari tahun 2015 sampai tahun 2017 mengalami peningkatan secara terus menerus setiap tahunnya. Berdasarkan hasil wawancara

dengan Kristin B.R.S, selaku koordinator Perpustakaan dan Sanggar Cinta Baca.

Bahwa minat siswa berkunjung ke perpustakaan mulai meningkat secara pesat seiring dengan aktiftnya kegiatan storytelling yang dilakukan di Perpustakaan dan Sanggar Cinta Baca.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk melihat pengaruh kegiatan storytelling terhadap minat kunjung anak di Perpustakaan dan Snggar Cinta Baca Sumatera Selatan peneliti menyebarkan angket kepada anak-anak dengan mengajukan 20 item pertanyaan kepada 30 resopnden. Dilihat dari karakteristik dan usia anak-anak yang dijadikan responden dalam penelitian ini, maka penulis mengunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti untuk mempermudah responden dalam memahami maksud dari pertanyaan yang diberikan. Angket ini digunakan untuk mendapatkan data dan kemudian akan diolah atau diteliti, hasil jawaban pemustaka/responden tersebut selanjutnya direkapitulasi dan dianalisis dengan presentase menggunakan rumus sebagai berikut:

Rumus : P =𝐹

𝑁

x 100

Keterangan : P = Presentase F = Frekuensi N = Jumlah sampel

4.1 Proses Kegiatan Storytelling di Perpustakaan dan Sanggar Cinta Baca Sumatera Selatan

Saat terpenting dalam proses storytelling adalah pada tahap storytelling berlangsung saat akan memasuki sesi acara storytelling, pendongeng harus menunggu kondisi hingga audience siap untuk menyimak dongeng yang akan disampaikan. Jangan memulai storytelling jika audience masih belum siap. Acara storytelling dapat dimulai dengan menyapa terlebih dahulu audience, ataupun

membuat sesuatu yang dapat menarik perhatian audience. Kemudian secara perlahan pendongeng dapat membawa audience memasuki cerita dongeng. Pada saat mendongeng ada beberapa faktor yang dapat menunjang berlangsungnya proses storytelling agar menjadi menarik untuk disimak antara lain:80 Tempat storytelling, posisi duduk, bahasa dongeng, intonasi pendongeng, pemunculan toko toko, penampakan emosi, peniruan suara, alat peraga, gerak tubuh81.

Kegiatan storytelling di Perpustakaan dan Sanggar Cinta Baca Sumatera Selatan biasanya dilaksanakan satu minggu sekali pada setiap hari selasa tepatnya pada jam 14.00- selesai. Ada beberapa kendala yang dihadapi pada saat storytelling seperti kurangnya tenaga relawan untuk becerita (volunter), serta ruangan khusus untuk melakukan kegiatan storytelling tersebut. Storytelling biasa diadakan di lantai satu perpustakaan yang mana ruang koleksi yang sekaligus menjadi tempat untuk storytelling dikarenakan perpustakaan tersebut belum mempunyai ruangan khusus untuk kegiatan storytelling dapat dilihat pada gambar dibawah.

Gambar 4.1

Kegiatan Storytelling

Sumber : Dokumentasi Perpustakaan Cinta Baca Palembang

80 Andi Yudha Asfandiyar, “Cara Pintar Mendongeng” Jakarta: Mizan, 2007 h. 25

81 Majid, Abdul Azis, “Mendidik Dengan Cerita” Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001, h. 57

1. Ruangan yang digunakan untuk storytelling sangat menarik

Ruangan yang digunakan untuk bercirita di Perpustakaan dan Sanggar Cinta Baca sangat menarik di mana pengelola perpustakaan tersebut mengambar dinding-dinding perpustakaan dengan gambar kartun yang disukai anak-anak.

Gambar 4.2

Rugan Perpustakaan

Sumber : Dokumentasi Perpustakaan Cinta Baca

Tabel 4.1

No Pernyataan Pilihan jawaban

angket

F P

1. Ruangan yang digunakan untuk storytelling sangat menarik

Sangat Setuju 12 40%

Setuju 17 57%

Tidak Setuju 1 3%

Sangat Tidak Setuju

Jumlah N=30 100 %

Sumber dari hasil olahan data

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 12 (40%) dari 30 responden menjawab sangat setuju, 17 (57%) dari 30 responden yang menyatakan setuju, 1 (3%) dari 30 responden menyatakan tidak setuju. Hasil tabel tersebut menunjukan banyak yang sangat setuju dan setuju bahwa ruangan yang digunakan untuk storytelling sangat menarik.

2. Pencerita memiliki gerak tubuh yang bagus pada saat storytelling Pada saat menyampaikan cerita pencerita mempunyai gerak tubuh yang sesuai dengan cerita yang disampaikan misalkan pada saat cerita tersebut ada yang terperangkap di jaring pencerita berperan seolah-olah menjadi tokoh yang terperangkap dalam cerita tersebut.

Tabel 4.2

No Pernyataan Pilihan jawaban

angket

F P

2. Pencerita memiliki gerak tubuh yang bagus pada saat menyatakan setuju, 1 (3%) dari 30 responden menyatakan tidak setuju. Hasil tabel tersebut menunjukan banyak yang sangat setuju dan setuju bahwa pencerita (volunter) memiliki gerak tubuh yang bagus pada saat storytelling di Perpustakaan dan Sangar Cinta Baca.

3. Alat peraga yang gunakan saat storytelling sudah sesuai dengan tema yang dibawakan

Pencerita menggunakan alat peraga sangat disukai anak-anak karena mereka menjadi lebih bisa mengimajinasikan para tokoh yang memainkan cerita.

Hal ini disebabkan melalui alat peraga yang lucu seperti boneka tangan cerita

yang disampaikan lebih sampai ke pada anak-anak yang mendengarkan cerita seperti pada tema cerita sikancil dan rubah yang baik hati.

Gambar 4.3

Storytelling Menggunakan Alat Peraga Sumber : Dokumentasi Perpustakaan Cinta Baca

Tabel 4.3

No Pernyataan Pilihan jawaban

angket

F P

3. Alat peraga yang gunakan saat storytelling sudah sesuai dengan tema yang dibawakan

Sangat Setuju 14 46,66%

Setuju 14 46,66%

Tidak Setuju 2 6%

Sangat Tidak Setuju

Jumlah N=30 100 %

Sumber dari hasil olahan data

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 14 (46,66%) dari 30 responden menjawab sangat setuju, 14 (46,66%) dari 30 responden yang menyatakan setuju, 2 (6%) dari 30 responden menyatakan tidak setuju. Hasil tabel tersebut menunjukan banyak yang sangat setuju dan setuju bahwa alat peraga yang digunakan dalam storytelling sudah sesuai dengan tema yang dibawakan kepada anak-anak di Perpustakaan dan Sangar Cinta Baca.

4. Storytelling adalah salah satu cara agar anak-anak lebih sering untuk mengunjungi perpustakaan dan memanfaatkan layanan yang ada di perpustakaan

Pengelola perpustakaan berkeyakinan dengan storytelling anak-anak akan sering datang untuk berkunjung ke perpustakaan karena pada saat storytelling tidak hanya bercerita tetapi banyak kegiatan lain yang dilakukan seperti bermain game yang sesuai dengan tema yang dibawakan pada saat storytelling.

Tabel 4.4

No Pernyataan Pilihan jawaban

angket

F P

4. Storytelling adalah salah satu cara agar anak-anak kegiatan storytelling adalah salah satu cara agar anak-anak lebih termotivasi untuk mengunjungi perpustakaan guna untuk memanfaatkan layanan perpustakaan

5. Suara pencerita pada saat mendongeng sudah sangat jelas dan sudah sesuai sebagai seorang pencerita

Pencerita dituntut untuk serba bisa dimana begitu banyak tema cerita yang dibawakan jadi seorang pencerita terus berlatih supaya pada saat menyampaikan cerita pencerita bisa meniru suara toko yang di bawakan supaya anak-anak tidak kecewa dengan cerita yang disampaikan.

Tabel 4.5

No Pernyataan Pilihan jawaban

angket responden menjawab sangat setuju, 18 (60%) dari 30 responden yang menyatakan setuju, 4 (13,33%) dari 30 responden menyatakan tidak setuju. Hasil tabel tersebut menunjukan banyak yang sangat setuju dan setuju bahwa kemampuan suara pada saat mendongeng sudah jelas dan sudah sesuai dengan profesi sebagai seorang pencerita di Perpustakaan Dan Sangar Cinta Baca

6. Pencerita saat menyampaikan cerita berperan seolah-olah menjadi tokoh dalam cerita tersebut

Pada saat menyampaikan cerita pencerita berperan menjadi toko dalam cerita tersebut agar cerita tersebut benar-benar sampai ke pada anak-anak dan pencerita benar-benar menghayati perannya tersebut sebagai seorang pencerita supaya anak-anak merasa terhibur.

Tabel 4.6

No Pernyataan Pilihan jawaban

angket

Jumlah N=30 100 % Sumber dari hasil olahan data

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 4 (13,33%) dari 30 responden menjawab sangat setuju, 23 (46,66%) dari 30 responden yang menyatakan setuju, 2 (6%) dari 30 responden menyatakan tidak setuju, 1 (3%) dari 30 responden menyatakan sangat tidak setuju. Hasil tabel tersebut menunjukan banyak yang sangat setuju dan setuju bahwa pencerita pada saat menyampaikan storytelling berperan seolah-olah menjadi tokoh dalam cerita tersebut.

7. Posisi duduk yang di sediakan untuk anak-anak saat storytelling sangat nyaman sehinga penyampaian cerita akan sampai ke pada anak-anak

Pada saat bercerita ada beberapa hal yang harus diperhatikan salah satunya ialah posisi duduk anak-anak pendongeng memposisikan anak-anak dengan posisi yang baik untuk mendengarkan dongeng. pencerita harus melihat tempat agar mereka tetap berkonsentrasi misalnya, pencerita mengusahakan agar anak-anak tidak dekat dengan mainan supaya anak-anak tetap konsentrasi mendengarkan cerita.

Tabel 4.7

No Pernyataan Pilihan jawaban

angket

F P

7. Posisi duduk yang di sediakan untuk anak-anak saat

Sumber dari hasil olahan data

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 15 (50%) dari 30 responden menjawab sangat setuju, 14 (46,66%) dari 30 responden yang menyatakan setuju, 1 (3%) dari 30 responden menyatakan tidak setuju. Hasil tabel tersebut menunjukan banyak yang sangat setuju dan setuju bahwa posisi duduk yang di sediakan untuk anak-anak saat storytelling sangat nyaman sehingga penyampaian cerita akan sampai ke pada anak-anak di Perpustakaan dan Sangar Cinta Baca.

8. Bahasa yang digunakan pada saat storytelling mudah dimengerti pencerita pada saat bercerita harus menyesuaikan bahasa yang mereka sampiakan pada saat bercerita guna anak-anak tahu apa yang disampaikan pencerita kepada mereka misalkan, mengunnakan bahasa asing tetapi tetap menyebutkan arti dari kata-kata tersebut sekaligus mengenalkan merka bahasa asing.

Tabel 4.8

No Pernyataan Pilihan jawaban

angket

F P

8. Bahasa yang digunakan pada saat storytelling mudah menyatakan setuju, 1 (3%) dari 30 responden menyatakan tidak setuju. Hasil tabel

tersebut menunjukan banyak yang sangat setuju dan setuju bahwa bahasa yang digunakan pada saat storytelling mudah dimengerti.

9. Pemunculan tokoh-tokoh yang ditampilkan saat storytelling (bercerita) sangat mirip dengan toko aslinya

Dalam becerita libatkan perasaan, saat cerita sedih, tampakkan kesedihan saat ketawa, kaget, marah. Karena anak-anak yang mendengarkan cerita melihat wajah bukan kaki, jadi ekpresi wajah dan suara akan diikuti terus. Misalnya, suara hewan, suara pintu yang bergerak dan lain sebagainya. Ketika ekspresi dihayati maka cerita akan sampaikan ke pada anak-anak.

Tabel 4.9

No Pernyataan Pilihan jawaban

angket pemunculan tokoh-tokoh yang ditampilkan saat storytelling sangat mirip dengan tokoh aslinya di Perpustakaan dan Sangar Cinta Baca.

10. Nada suara pada saat storytelling (bercerita) sangat jelas sehinga cerita yang disampaikan dapat dipahami

Pencerita harus mempunyai suara yang latang dan jelas agar cerita yang disampaikan terdengar atau sampai ke anak-anak dan pencerita harus menyesuaikan nada suaranya pada saat sedih rendah, kaget tinggi, dan saat ketawa, nada suara yang digunakan berbeda-beda.

Tabel 4.10

No Pernyataan Pilihan jawaban

angket menyatakan setuju, 1 (3%) dari 30 responden menyatakan tidak setuju. Hasil tabel tersebut menunjukan banyak yang sangat setuju dan setuju bahwa nada suara pada saat storytelling sangat jelas sehingga storytelling yang disampaikan dapat dipahami.

Dari hasil perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa proses kegiatan storytelling yaitu variabel X responden menyatakan banyak setuju bahwa proses kegiatan storytelling tersebut menarik dan memenuhi kriteria yang diinginkan seperti gerak tubuh yang bagus sesuai dengan cerita yang disampaikan, alat peraga yang digunakan sesuai dengan tema yang dibawakan yang mana dengan semakin menarik nya kegiatan storytelling yang di sampaikan membuat anak-anak senang untuk mengunjungi perpustakaan.

4.2. Minat Kunjung Anak di Perpustakaan dan Sanggar Cinta Baca Sumatera Selatan

Menurut Sutarno N.S, indikator sesorang berkunjung ke perpustakaan ialah:

1. Tahu arti dan manfaatnya.

2. Mereka membutuhkan sesuatu di Perpustakaan.

3. Tertarik dengan Perpustakaan.

4. Merasa senang dengan Perpustakaan.

5. Dilayani dengan baik82

Dari pendapat yang dikemukakan Sutarno N.S, ada lima indikator orang yang sering ke perpustakaan di antaranya: Pertama tahu arti dan manfaatnya

Dari pendapat yang dikemukakan Sutarno N.S, ada lima indikator orang yang sering ke perpustakaan di antaranya: Pertama tahu arti dan manfaatnya