• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan penelitian dibagi dalam 2 tahapan berdasarkan waktu kegiatan, yaitu :

1) Pelaksanaan penelitian lapangan selama 2 bulan (September - Oktober 2005), yaitu pengambila n data primer dan sekunder secara langsung di lapangan. 2) Pelaksanaan analisis pengolahan data dan penyusunan tesis selama 4 bulan

(November 2005- F ebruari 2006 ).

Penelitian ini dilakukan di wilayah P rovinsi Maluku Utara , yang berlokasi pada beberapa daerah tertentu diantaranya: Pulau Moti yang berada dalam wilayah Kota Ternate, Pulau Kayoa yang berada dalam wilayah Kabupaten Halmahera Selatan dan Pulau Tidore berada dalam wilayah Kota Tidore Kepulauan. Dipilihnya daerah-daerah tersebut menjadi lokasi penelitian karena pada ketiga daerah ini terdapat a ktivitas alat tangkap mini purse seine

yang sangat dominan dalam kegiatan penangkapan ikan pelagis kecil dibandingkan dengan daerah-daerah lain dan wilayah tersebut merupakan pusat kegiatan usaha perikanan mini purse seine di Provinsi Maluku Utara. Peta wilayah Maluku Utara dan lokasi penelitian (Lampiran 1).

3.2 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey dan observasi lapangan. Data yang dikumpulkan diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu data primer dan data sekunder.

Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dan pengisian kuesioner. Responden yang dituju adalah pemilik unit penangkapan purse seine

(pajeko), nelayan mini purse seine (juru mudi dan ABK) dan pegawai Dinas Perikanan Propinsi Maluku Utara. Jenis data primer yang dikumpulkan berupa: Dimensi dan konstruksi kapal dan alat tangkap mini purse seine, daerah operasi penangkapan mini purse seine, komposisi dan hasil tangkapan (produksi) dari setiap unit penangkapan mini purse seine, jumlah trip operasi penangkapan, penggunaan keperluan produksi (bahan bakar, es dan garam) dalam operasi penangkapan, penggunaan tenaga kerja atau anak buah kapal (ABK) yang digunakan dalam pengoperasian alat tangkap dan kapal, sistem bagi hasil dalam usaha perikanan mini purse seine, biaya investasi dan operasional dalam kegiatan usaha penangkapan serta data aspek kelembagaan dalam usaha perikanan mini purse seine.

Data sekunder yang diambil berupa data produksi perikanan ikan pelagis kecil selama 10 tahun terakhir (tahun 1995-2004) dari Dinas Perikanan Provinsi Maluku Utara, jumlah unit mini purse seine yang beroperasi dan data harga masing-masing jenis ikan hasil tangkapan.

3.3 Metode Analisis Data 3 .3.1 Analisis fungsi produksi

Analisis fungsi produksi yang serig dilakukan oleh para peneliti untuk memperoleh informasi hubungan antara faktor produksi dapat digunakan dengan fungsi Cobb Douglass, fungsi linear atau fungsi kuadratik. Umumnya yang sering dipakai adalah fungsi linear dengan analisis regresi (Steel and Torrie 1981). Peubah Y disebut sebagai peubah tidak bebas, sedangkan peubah X disebut peubah bebas. Apabila lebih dari satu peubah maka disebut dengan garis regresi linear berganda. Hubunga n antara faktor -faktor produksi dengan produksi unit

penangkapan minipurse seine dalam penelitian ini akan dianalisis menggunakan persamaan regresi linear berganda (Steel and Torrie 1981) dengan persamaan sebagai berikut:

Y = bo+b1X1+ b2X2+b3X3+…….bnXn+e dimana :

Y = nilai dugaan produksi atau nilai variabel tak bebas bo = peubah pengganggu (intersep)

bi = koefisien regresi

Xi = koefisien produksi yang digunakan

n = jumlah variabel e = kesalahan

Variabel-variabel yang ditentukan dan diukur di la pangan adalah: 1. Variabel tak bebas : hasil tangkapan (Y)

Hasil tangkapan yang dimaksud adalah jumlah hasil tangkapan yang diperoleh dalam satu tahun. Satuan ukuran yang digunakan dalam hasil tangkapan adalah ton/tahun

2 . Variabel bebas (X)

Variabel bebas yang digunakan sebagai faktor-faktot teknis produksi dalam penangkapan pukat cincin (mni purse seine) adalah juumlah tenaga karja (ABK), jumlah bahan bakar, panjang pukat cincin (mini purse seine), tinggi pukat cincin (mini purse seine), jumlah hari tangkapan dan ukuran kapal. a. Jumlah tenega karja (X1)

Tenaga karja yang dimaksud adalah jumlah jumlah nelayam yamg ikut dalam kegiatan penangkapan. Tenaga kerja merupakan satu unsur utama dalam operasi penangkapan, sehingga dimasukkan dalam faktor teknis produksi.

b. Jumlah bahan bakar (X2)

Bahan bakar merupakan salah satu faktor pada kegiatan penangkapan ikan yang dipakai dalam motorisas i. Bahan bakar yang dihitung adalah jumlah rata-rata bahan bakar yang digunakan tiap trip dalam satu tahun. Satuan yang digunakan adalah liter/tahun.

c. Panjang pukat cincin (mini purse seine) (X3)

Panjang pukat cincin (mini purse seine) yang dimaksud adalah panjang ukuran pukat cincin sebelum digunakan di dalam air. Panajang pukat cincin (mini purse seine) diduga mempunyai hubungan yang nyata terhadap hasil tangkapan. Pengukuran panjang pukat cincin (mini purse seine) dengan satuan meter.

d. Tinggi pukat cincin (mini purse seine) (X4)

Tinggi pukat cincin (mini purse seine) yang dimaksud adalah ukuran tinggi pukat cincin (mini purse seine) bukan di dalam air. Tinggi pukat cincin diduga mempunyai hubungan yang nyata terhadap hasil tangkapan. Pengukuran tinggi pukat cincin dengan satuan meter.

e. Jumlah hari tangkapan (X5)

Jumlah hari tangkapan yang dimaksud adalah jumlah trip operasi penangkapan pukat cincin (mini purse seine) yang menggunakan satuan hari.

f. Ukuran kapal (X6)

Ukuran kapal merupakan bobot kapal yang dinyatakan dalam gross tonage

(GT). Menurut Nomura and Yamazaki (1997) pengukuran gross tonage

kapal menggunakan rumus: GT = L x B x D x C x 0,353 Keterangan :

L = panjang kapal (meter); B = lebar kapal (meter); D = dalam kapal (meter); dan

C = konstanta bahan kapal (kayu = 0,55).

Penggunaan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi, diuji dengan pengujian hipotesis yang menggunakan uji statistik. Pengujian yang dilakukan terhadap pengaruh faktor produksi sebagai berikut : Pengujian pengaruh bersama -sama faktor teknis produksi yang digunakan terhadap produksi (Y) di lakukan dengan uji F yaitu :

H0 : bi= 0 (untuk i=1,2,3,...,n). Ini berarti antara hasil tangkapan (Y) dengan faktor teknis produksi (Xi) tidak ada hubungan yang nyata.

H1 : minimum salah satu bi0 (untuk i= 1,2,3,...,n). Ini berarti bahwa hasil tangkapan (Y) tergantung terhadap faktor teknis produksi (Xi) seca ra bersama-

sama.

Jika : F hitung > Ftabel H0 ditolak F hitung < Ftabel H0 diterima

Pengujian pengaruh masing-masing faktor teknis produksi dilakukan dengan uji t- student yaitu :

H0 : bi = 0 (untuk i = 1,2,3,...,n)

Ini berarti antara hasil tangkapan (Y) dengan faktor teknis produksi (Xi) tidak ada

hubungan yang nyata.

H1= bi 0 (untuk i = 1,2,3,...,n)

Ini berarti bahwa hasil tangkapan (Y) memiliki hubungan yang nyata terhadap faktor teknis produksi (Xi)

Jika t hit > t tab H0 ditolak t hit < ttab H0 diterima

Hal ini berarti bahwa jika H0 ditolak pada selang kepercayaan tertentu, faktor

teknis produksi (Xi) yang bersangkutan berpengaruh nyata terhadap perubahan

produksi (Y). Sebaliknya, jika H0 diterima pada selang kepercayan tertentu, faktor

teknis produksi (Xi) yang bersangkutan tidak berpengaruh nyata terhadap

perubahan produksi (Y).

Uji- F digunakan untuk mengetahui pengaruh seluruh faktor produksi (Xi)

secara bersama-sama terhadap produksi (Y), sedangkan untuk pengujian hipotesis mengenai koefisien regesi parsial digunakan uji t-student.

3.3.2 Pendugaan parameter biologi

Metode surplus produksi merupakan salah satu metode untuk menentukan tingkat upaya penangkapan optimum, yaitu kegiatan penangkapan yang menghasilkan tangkapan maksimum tanpa mempengaruhi prtoduktivitas populasi ikan dalam waktu panjang. Hubungan hasil tangkapan dengan upaya penangkapan dilihat dengan menggunakan metode surplus produksi Schaefer (Sparre and Venema 1999).

Hubungan fungsi tersebut adalah : Y = α + βx + e

dimana : Y = peubah tak bebas (CPUE) dalam kg/unit x = peubah bebas (effort) dalam unit kapal e = simpangan

a,ß = parameter regresi penduga nilai a dan b. Kemudian diduga dengan fungsi dugaan, yaitu : Y= a + bx

Nilai a dan b dapat ditentukan menggunankan rumus : n x b y a =

∑ ∑ ∑

=

2 2

)

(

x

n

y

x

xy

n

b

Selanjutnya dapat ditentukan dengan persamaan berikut : 1) Hubungan antara CPUE dengan upaya penangkapan (f), CPUE=abf

2) Hubungan antara hasil tangkapan (C) dengan upaya penangkapan (f), C =afbf

3) Upaya penangkapan optimum (fopt) diperoleh dengan cara menyamakan

turunan pertama hasil tangkapan terhadap upaya penangkapan sama dengan nol sebagai berikut :

b a f bf a C bf af C opt /2 0 2 ' = = − = − =

4) Produksi maksimum lestari (MSY) diperoleh dengan cara mensubstitusikan nilai upaya penangkapan optimum ke dalam persamaan (2)

Cmax =a(a/2b)−b(a2/4b2

MSY=a2/4b

5) CPUE optimum diperoleh dengan cara menyamakan turunan pertama hasil tangkapan terhadap CPUE sama dengan nol

3 .3.3 Pendugaan parameter ekonomi

Model bio-ekonomi penangkapan dalam penelitian ini diduga dengan menggunakan model Gordon Schaefer, dengan berdasarkan pada mode l biologi Schaefer (1975) dan model ekonomi Gordon (1954). Model bio-ekonomi yang digunakan adalah model bio-ekonomi statik dengan harga tetap. Model ini disusun dari model parameter biologi , biaya penangkapan dan harga ikan.

Berdasarkan asumsi bahwa harga ikan per kg (p) dan biaya penangkapan per unit upaya tangkap adalah konstan, maka total penerimaan nelayan dari usaha penangkapan (TR) adalah :

TR = p.C

dimana :

TR = total revenue (penerimaan total)

P = harga rata -rata ikan hasil survey per kg (Rp) C = jumlah produksi ikan (kg)

Total biaya penangkapan (TC) dihitung dengan persamaan : TC =c.E

dimana :

TC = total cost (biaya penangkapan total)

c = total pengeluaran rata -rata unit penangkapan ikan (Rp)

E = jumlah upaya penangkapan untuk menangkap sumberdaya ikan (unit) maka keuntungan bersih usaha penangkapan ikan (π) adalah :

π=TRTC π = p.Yc.E

π = p(aEbE2)−cE 3.3.4 Analisis kelayakan usaha

Ada dua macam analisis yang biasa digunakan dalam mengevaluasi kelayakan usaha, yaitu analisis finansial dan ekonomi (Kadariah 1978). Pada analisis finansial yang diperhatikan adalah hasil untuk modal yang ditanam untuk kepentingan badan atau orang yang langsung berkepentingan dengan proyek usaha tersebut. Pada analisis ekonomi yang diperhatikan adalah hasil total atau

keuntungan yang diperoleh dari semua sumberdaya yang digunakan dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian secara keseluruhan.

UNIDO (1978) mengemukakan bahwa diantara bermacam-macam kriteria maka analisis biaya manfaat (Cost- Benefit Analysis) sangat sering digunakan. Kriteria yang digunakan dalam studi biaya -manfaat baik secara finansial maupun ekonomi. Kriteria -kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut :

1) Net Present Value (NPV)

Net present value (NPV) digunakan untuk menilai manfaat investasi, yaitu berapa nilai kini (present value) dari manfaat bersih proyek yang dinyatakan dalam rupiah . Proyek dinyatakan layak untuk dilanjutkan apabila NPV > 0, sedangkan apabila NPV< 0 , maka investasi dinyatakan tidak menguntungkan yang berarti proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Pada keadaan ini nilai NPV = 0 maka berarti pada proyek tersebut hanya kembali modal atau tidak untung dan juga tidak rugi. Rumus yang digunakan untuk menghitung NPV adalah :

= + − = n t t t i C B NPV 1 (1 )

dimana : B = benefit; C = coast; i = discount rate dan t = periode. 2) Internal Rate Return (IRR)

IRR merupakan suku bunga maksimal sehingga NPV bernilai sama dengan nol, jadi keadaan batas untung rugi. IRR dapat disebut juga sebagai nilai

discount rate (t) yang membuat NPV dari suatu proyek sama dengan nol. Oleh karena itu IRR juga dianggap sebagai tingkat keuntungan bersih atau investasi, dimana benefit bersih yang positif ditanam kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan yang sama dan diberi bunga selama sisa umur proyek. Dengan demikian IRR dapat dirumuskan sebagai berikut:

      − − + = − + + − + + NPV NPV NPV i i i IRR NPV ( NPV NPV )

dimana : i = discount rate; iNPV+ =discount rate dimana NPV masih positif

3) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)

Net benefit-cost ratio (Net B/C) merupakan perbandingan dimana sebagai pembilang terdiri atas present value total yang bernilai positif, sedangkan sebagai penyebut terdiri atas present value total yang bernilai negatif, yaitu biaya kotor lebih besar daripada manfaat(benefit) kotor.

12 1 ) ( ) 1 ( t t t t t B C i C B − − − > 0

12 1 ) ( ) 1 ( t t t t t B C i C B − − − < 0 dimana : B = benefit; C = cost; i = discount; t = periode

Persamaan ini menunjukkan bahwa nilai B/C akan terhingga bila paling sedikit ada satu nilai Bt-Ct yang bernilai negatif. Pada saat NPV = 0 maka nilai

Net B/C = 1, dan apabila NPV > 0 maka Net B/C akan bernilai > 1. Dengan demikian apabila Net B/C = 1 menunjukkan bahwa suatu proyek layak untuk dilanjutkan, sedangkan bila Net B/C < 1 merupakan tanda tidak layaknya suatu proyek.

4) Break Even Point (BEP)

Break Even Point dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu; 1. Atas Unit, dan 2. Atas dasar nilai jual dalam rupiah (Riyanto 1991).

(1) Analisis Break Even Point atas dasar produksi (banyaknya hasil tangkapan) dapat dilakukan dengan rumus :

Biaya tetap x produk si BEP (Kg) =

Hasil penjualan - Biaya variabel

(2) Analisis Break Even Point atas dasar harga jual dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Net B-C ratio = BEP (Rp) = Biaya tetap Biaya variabel 1 - Hasil penjualan

5) Payback Period

Payback Perio d (PP) dimaksud untuk penghitungan perkiraan waktu pengembilan modal (investasi) uang ditanamkan (Edris 1983). Penghitungan

Payback Period (PP) menggunakan rumus : PP = x LB I 1 tahun dimana : PP = Paybeck Period LB = Laba Bersih I = Jumlah Investasi

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

Dokumen terkait