3.1 Tempat Pengujian
Pengujian keseragaman kandungan digoksin dalam tablet dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dilakukan di Laboratorium Obat, Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Medan yang berada di Jalan Willem Iskandar Pasar V Barat I No. 2 Medan.
3.2 Alat
Alat yang digunakan adalahSeperangkat alat KCKT dengan kolom L1, 25 cm x 4,6 mm, detektor 218 nm; sonikator, penyaring membrane PTFE 0,45 um; erlemmeyer, penyaring vakum, timbangan analitik, beaker glass, batang pengaduk, labu tentukur 5 ml, 100 ml, membran filterukuran 0,45 μm.
3.3 Bahan
Bahan yang digunakan adalah akuabides, asetonitril P, etanol, dan baku pembanding digoksin.
3.4 Sampel
a. Nama contoh : Tablet Digoksin 0,25 mg b. No. Batch : A 1601 BP
d. Pabrik : Yarindo Farmatama e. Zat yang diuji : Digoksin
f. Komposisi : Digoksin 0,25 mg
3.5 Prosedur
3.5.1 Pembuatan Pereaksi 3.5.1.1 Fase Gerak
Dimasukkan campuran 740 ml air dan 260 ml asetonitril ke dalam erlenmeyer 1000 ml lalu sonikasi selama 30 menit.
3.5.2 Larutan Baku Pembanding 3.5.2.1 Digoksin
Ditimbang baku digoksin setara 4 mg, masukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, larutkan dengan etanol, sonikasi selama 30 menit dan dinginkan. Diaddkan dengan etanol hingga garis tanda, kemudian disaring dangan penyaring
membran 0,45 μm .
3.5.3 Larutan Uji
Diambil 10 tablet dan masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 5 ml, tambahkan sedikit air setetes demi setetes hingga tablet bisa larut kemudian tambahkan dengan etanol, lalu sonikasi selama 30 menit, dinginkan. Diaddkan dengan etanol hingga garis tanda, dan disaring dengan penyaring membran dengan porositas 0,45 µm ke dalam vial.
3.6 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi 3.6.1 Pengaturan Kondisi Sistem
Sistem diperiksa dan dicek untuk meyakinkan apakah sistem pengalir pelarut telah disambungkan dengan baik, kolom telah dipasang, tersedia cukup pelarut di dalam botol pelarut, sistem pengawasan pelarut bekerja dengan baik untuk menghilangkan gelembung udara, penyaring pelarut sudah dipasang, dan detektor yang sesuai sudah terpasang dengan benar.
3.6.2 Mengaktifkan Sistem
Setelah masing-masing sistem diatur, hubungkan setiap sistem dengan sumber arus listrik. Tekan tombol power pada pompa, detektor UV-VIS ke posisi ON dan CBM (Communication Bus Module) ke posisi ON.
3.6.3 Penentuan Garis Alas
Bila nilai absorbansi yang ditampilkan pada detektor UV-VIS telah menunjukkan 0,000 lalu biarkan beberapa menit sampai diperoleh garis alas yang relatif cukup lurus yang menandakan sistem telah stabil.
3.7 Cara Penetapan
Kemudian larutan uji dan baku diinjeksikan secara terpisah kedalam kolom kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dan dilakukan elusi dengan kondisi menggunakan kolom fase balik L1 (ODS berukuran 25 cm x 4,6 mm),
detektor dengan panjang gelombang 218 nm, dengan laju alir 3,0 ml/menit, dengan volume injeksi 10 µl, dengan fase gerak campuran 740 ml air, 260 ml asetonitril P dalam erlenmeyer 1000 ml, dan diinjeksikan kedalam KCKT.
Hasil yang diperoleh dapat dilihat dari terbentuknya puncak yang direkam oleh CBM (Communication Bus Module) yakni sejenis penghubung dengan sistem komputer yang dilengkapi dengan pencetak kromatogram.
Kromatogram larutan baku dan larutan uji dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 30 dan Lampiran 5 halaman 31.
3.8 Interpretasi Hasil
Keseragaman kandungan Digoksin dalam tablet dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dapat dihitung dengan rumus:
Keterangan:
Lu : Luas puncak larutan uji Lb : Luas puncak larutan baku
Bb : Bobot baku yang ditimbang dalam mg Fu : Faktor pengenceran larutan uji
Fb : Faktor pengenceran baku
Ke : Kadar Sulfametoksazol dan Trimetropim dalam setiap 5 ml suspensi Kb : Kemurnian baku
3.9 Persyaratan
Persyaratan Tablet menurut USP 36 tahun 2013 baik untuk keseragaman kandungan Digoksin keseragaman kandungan harus < 15,0 dari jumlah yang tertera pada etiket.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan pengujian yang dilakukan terhadap keseragaman kandungan tablet digoksin dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) diperoleh keseragaman kandungan digoksin sebesar 14,13.
Kromatogram hasil pengujian dari kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dapat dilihat pada lampiran 4 dan 5 hal 30 dan 31 sedangkan perhitungan keseragaman kandungan digoksin dalam tablet dengan metode KCKT dapat dilihat pada Lampiran 6 hal 33.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengujian keseragaman kandungan digoksin tablet dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT), diperoleh hasil bahwasanya tablet digoksin yang diuji tersebut memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh USP edisi ke-36 tahun 2013, yaitu kurang dari 15 jumlah yang tertera pada etiket, yaitu keseragaman kandungan digoksin 14,13.
Digoksin dalam sediaan tablet dapat ditetapkan keseragaman kandungannya dengan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) karena analisis dengan KCKT cepat, daya pisah baik, peka, penyiapan sampel yang mudah, dan dapat dihubungkan dengan detektor yang sesuai. Panjang gelombang analisis yang
dipilih adalah 218 nm, karena pada panjang gelombang tersebut digoksin memberikan respon puncak yang baik.
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, dapat dinyatakan bahwa pengujian keseragaman kandungan digoksin tablet dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dengan menggunakan prinsip kromatografi partisi metode kolom fase terbalik merupakan metode yang cukup baik dalam uji keseragaman kandungan digoksin tablet, dan dapat diterapkan pada pengujian tablet digoksin lainnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan keseragaman kandungan digoksin tablet dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi, diketahui bahwa keseragaman kandungan tablet digoksin yang diperoleh adalah 14,13 dimana tablet digoksin yang diuji tersebut memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh USP edisi XXXVI tahun 2013, yaitu kurang dari 15.
5.2Saran
Pengujian keseragaman kandungan sediaan obat sebaiknya dilakukan berbagai metode lain agar dapat dibandingkan hasilnya. Untuk pengujian keseragaman kandungan dengan cara menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) sebaiknya menggunakan sampel lebih dari satu agar dapat dibandingkan hasilnya sehingga dapat diperoleh keseragaman kandungan yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. (2007). Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal: 92-93
Ansel, C. (2005). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI Press. Hal: 244-245
DitJen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal: 5-6, 1002
Dewi, H.S. (2011). Jurnal Kardiologi Indonesia. Jakarta: Niniversitas Indonesia. Hal: 37
Gandjar, I. G., dan A.Rohman. (2007). Metode Kromatografi Untuk Analisis Makanan . Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar. Hal: 13-15
Gunawan, S. G. (2007). Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Gaya Baru. Hal: 309
Johnson, E.L., dan Stevenson, R. (1991). Basic Liquid Chromatography. Penerjemah Kosasih Padmawinata. Dasar Kromatografi Cair. Bandung: Penerbit ITB. Hal: 1, 3, 4, 5, 9
Katzung, B, G. (2010). Pharmacology Examination & Board Review. Edisi VIII. Penerbit Buku Kedokteran ECG. Jakarta: Hal: 113 – 114
Mulja, M., dan Suharman. (1995). Analisis Instrumental. Surabaya: Airlangga University Press. Hal: 248.
Tjay, T.H., dan Rahardja, K. (2002). Obat-Obat Penting. Edisi V. Cetakan ke-2. Jakarta: PT. Gramedia. Hal: 559-560
Widodo. (1998). Kumpulan Data Klinik Farmakologik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Hal: 190
Winter, M.E. (2013). Farmakokinetika Klinis Dasar (Basic Clinical Pharmacokinetics). USA: Buku kedokteran EGC. Hal: 200
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 6 - KK1=
× × ×
97,545= 96,0304 - KK2=× × ×
97,545= 90,9191 - KK3=× × ×
97,545= 95,5957 - KK4=× × ×
97,545= 91,3110 - KK5=× × ×
97,545= 92,0197 - KK6=× × ×
97,545= 92,9286 - KK7=× × ×
97,545= 87,4338 - KK8=× × ×
97,545= 92,8702 -- KK9=× × ×
97,545= 86,5499 - KK10=× × ×
97,545= 90,8024 KK =× × ×
Kb- KKrata-rata= = = 91,65 SD = = = = = 3,03 AV = 98,5 – KKrata-rata + K.S AV = 98,5 – 91,64+ (2 × 3,03) = 14,13