• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis elemen-elemen brand equity (kekuatan merek) kartu selular Esia prabayar. Elemen-elemen brand equity yang dianalisis adalah brand awareness (kesadaran merek), brand association (asosiasi merek), perceived quality (persepsi kualitas), dan brand loyalty (loyalitas merek). Dari keempat elemen tersebut akan dilihat bagaimana brand equity Esia prabayar serta implikasinya terhadap bauran pemasaran. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada gambar 9.

Gambar 9. Kerangka pemikiran penelitian Merek-merek

Kartu CDMA Prabayar

Analisis Brand Awareness (kesadaran merek) Analisis Perceived Quality (persepsi kualitas) Analisis Brand Association (asosiasi merek) Analisis Brand Loyalty (loyalitas merek) Analisis deskriptif Biplot Skala Semantic Differential Brand Switching Pattern Matrix Brand Equity Merek Esia Merek Flexi Merek Esia Merek Fren Merek StarOne Merek Flexi Merek Esia Merek Fren Merek StarOne Merek Flexi Merek Esia Merek Fren Merek StarOne

Implikasi Elemen-elemen Brand Equity terhadap bauran pemasaran

Merek Flexi Merek Esia Merek Fren Merek StarOne Analisis Deskriptif Brand Image Merek Esia UjiCochran

Melalui penyebaran kuesioner terhadap mahasiswa D3 dan S1 di tiga Perguruan Tinggi di Depok akan diketahui seberapa besar tingkat kesadaran merek responden terhadap kartu selular CDMA prabayar yang meliputi top of mind (puncak pemikiran), brand recall (pengingatan kembali merek), brand recognition (pengenalan merek), dan unaware brand (tidak menyadari merek). Hasil kesadaran merek ini diperoleh dengan analisis deskriptif. Kerangka pemikiran brand awareness dapat dilihat pada gambar 10.

Gambar 10. Kerangka pemikiran brand awareness

Dari pengenalan merek tersebut, dapat diketahui lebih lanjut bagaimana konsumen mengasosiasikan empat merek kartu CDMA prabayar, yaitu Flexi Trendy, Esia, Fren, dan StarOne secara deskriptif. Kemudian dilakukan pengujian Cochran terhadap merek Esia untuk mendapatkan asosiasi yang saling berhubungan sehingga terbentuk brand image produk Esia. Dalam penelitian ini, penentuan terhadap asosiasi-asosiasi yang diujikan dilakukan melalui studi literatur dan wawancara dengan pihak perusahaan. Kerangka pemikiran brand association dapat dilihat pada gambar 11. Brand Awareness Brand Recall Brand Recognition Brand Unaware Top of Mind Analisis Deskriptif

Gambar 11. Kerangka pemikiran brand association

Tahap selanjutnya adalah mengukur bagaimana persepsi pelanggan terhadap kualitas suatu merek produk. Perceived quality akan membentuk persepsi kualitas dari suatu produk di mata pelanggan. Dalam penelitian ini, penentuan atribut-atribut persepsi kualitas diperoleh berdasarkan studi

Brand Association

Suara jernih

Sinyal kuat

Jaringan luas

Produk mudah diperoleh

Ponsel pendukung bervariasi

Tarif SMS sesama operator murah

Tarif SMS ke operator lain murah

Tarif pembicaraan ke sesama operator murah

Tarif pembicaraan ke operator CDMA lain murah

Tarif pembicaraan ke operator GSM murah

Tarif pembicaraan ke PSTN (telepon rumah) murah

Tingkat kegagalan sambungan telepon rendah

Tingkat kegagalan SMS rendah

Sering memberikan bonus

Iklan menarik

Produk yang trendy

Mudah mendapatkan voucher isi ulang

Pusat pelayanan mudah ditemui Fren Flexi Esia StarOne Analisis Deskriptif Asosiasi Keempat Merek CDMA Brand Image Esia Uji Cochran Merek Esia

literatur dan informasi yang berasal dari pihak perusahaan. Kerangka pemikiran perceived quality dapat dilihat pada gambar 12.

Gambar 12. Kerangka pemikiran perceived quality

Tahap akhir adalah mengukur brand loyalty yang merupakan suatu ukuran tingkat kesetiaan pelanggan terhadap suatu merek, meliputi switcher (berpindah-pindah), habitual buyer (pembeli yang bersifat kebiasaan), satisfied buyer (pembeli yang puas), liking the brand (menyukai merek),dan committed buyer (pembeli yang setia). Kerangka pemikiran brand loyalty dapat dilihat pada gambar 13.

Gambar 13. Kerangka pemikiran brand loyalty

Suara Sinyal Customer Service Jaringan Kegagalan sambungan telepon Kegagalan SMS Pusat pelayanan (gerai) Fren Flexi Esia StarOne Perceived quality kartu CDMA prabayar Analisis Biplot

Skala Semantic Differential

Brand Loyalty

Switcher

Habitual buyer

Satisfied buyer

Liking the brand

Committed buyer

Brand Switching Pattern Matrix

Analisis deskriptif

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April 2007 sampai bulan Juni 2007 pada tiga Perguruan Tinggi yang ada di Depok, yaitu Universitas Indonesia, Universitas Gunadarma, dan Politeknik Negeri Jakarta.

3.3. Metode Penelitian

3.3.1. Pengumpulan Data

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui survey dan wawancara kepada pihak PT Bakrie Telecom, Tbk. Metode survey dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden dengan format pertanyaan yang telah disusun. Format pertanyaan tersebut terkait dengan karakteristik responden, brand awareness (kesadaran merek), brand association (asosiasi merek), perceived quality (persepsi kualitas), dan brand loyalty (loyalitas merek). Bentuk pertanyaan terdiri atas pertanyaan tertutup (close ended questions) dan pertanyaan terbuka (open ended questions).

Data sekunder diperoleh melalui studi literatur terhadap berbagai sumber yang relevan dengan topik yang akan diteliti, termasuk data-data dari perusahaan dan media internet.

3.3.2. Penentuan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik judgement sampling. Berdasarkan teknik judgement sampling, responden yang dipilih adalah pengguna kartu CDMA prabayar. Responden yang diambil adalah mahasiswa dari tiga Perguruan Tinggi di Depok (Universitas Indonesia, Universitas Gunadarma, dan Politeknik Negeri Jakarta). Pemilihan responden dari kalangan mahasiswa terkait dengan target pasar PT BTEL terhadap produk Esia, yaitu usia 18 hingga 34 tahun sehingga mahasiswa termasuk dalam target pasar PT BTEL.

Penentuan jumlah sampel dilakukan berdasarkan rumus Slovin (Umar, 2003), yaitu:

n = 2 ) ( 1 N e N + ... (1) Keterangan: n = jumlah contoh N = jumlah populasi

e = nilai kritis yang digunakan, yaitu 7,5%

Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Pendidikan Universitas Indonesia, jumlah mahasiswa program Sarjana dan Diploma Universitas Indonesia Depok (2006/2007) adalah sebanyak 18.796 orang. Jumlah mahasiswa program Sarjana dan Diploma Universitas Gunadarma Depok berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (2006/2007) sebanyak 20.726 orang. Sedangkan jumlah mahasiswa program Diploma Politeknik Negeri Jakarta berdasarkan data yang diperoleh dari Bagian Akademik Politeknik Negeri Jakarta Depok (2006/2007) adalah sebanyak 4.049 orang.

Dengan nilai kritis 7,5% maka didapatkan jumlah sampel sebanyak 177 orang, namun untuk memenuhi kebutuhan data di lapangan dibulatkan menjadi 200 orang responden.

Tabel 1. Data jumlah sampel tiap Perguruan Tinggi

Perguruan Tinggi Jumlah

Mahasiswa Proporsi

Jumlah Sampel Universitas Indonesia 18.796 0,43 86

Universitas Gunadarma 20.726 0,48 96

Politeknik Negeri Jakarta 4.049 0,09 18

Total 43.571 1,00 200

Sumber: Diolah dari berbagai sumber, 2007 3.4. Pengolahan dan Analisis Data

3.4.1. Uji Validitas

Menurut Ancok dalam Singarimbun (1995), validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Kuesioner yang dikatakan valid memiliki butir-butir pertanyaan kuesioner yang saling berhubungan dengan

konsep-konsep yang diinginkan. Bila ada pertanyaan yang tidak berhubungan, maka pertanyaan tersebut tidak valid dan akan dihilangkan atau diganti dengan konsep pertanyaan lain yang lebih shahih (Umar, 2003). Teknik yang digunakan adalah teknik korelasi Product Moment. Teknik korelasi product moment digunakan pada pengujian elemen perceived quality. Uji validitas digunakan untuk menghitung nilai korelasi (r) antara masing-masing pertanyaan dengan skor total, yang dilakukan dengan teknik korelasi Pearson product moment (Umar, 2003), yaitu :

( ) ( )

∑ ∑

∑ ∑ ∑

− − − = 2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n rxy ...(2)

Keterangan : rxy = korelasi antar X dan Y n = jumlah responden

X = skor masing-masing pertanyaan Y = skor total

Uji validitas dilakukan terhadap 30 responden pada tingkat signifikansi (α) sebesar 0,05. Pengujian validitas diolah dengan menggunakan Software Microsoft Excell.

3.4.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah uji keterandalan instrumen yang digunakan dalam riset. Instrumen riset yang terandal akan mampu mengungkapkan informasi yang sebenarnya di lapangan. Tersedia berbagai jenis metode uji reliabilitas yang secara umum dibedakan untuk untuk jumlah butir ganjil atau genap. Instrumen yang reliabel akan menghasilkan data yang sesuai dengan kenyataannya, dalam arti berapa kali pun penelitian diulang dengan instrumen tersebut akan tetap diperoleh kesimpulan yang sama (Durianto, dkk, 2004). Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan metode Alfa Cronbach dan metode Hoyt. Metode Alfa Cronbach digunakan pada pengujian elemen perceived quality. Rumus yang digunakan adalah:

⎪⎭ ⎪ ⎬ ⎫ ⎪⎩ ⎪ ⎨ ⎧ − − =

2 2 1 ) 1 ( t t i s s k k r ... (3) Keterangan: ri = reliabilitas instrumen k = mean kuadrat antara subjek

st2 = mean kuadrat kesalahan st2 = varians total

Rumus untuk varians total dan varians item adalah:

( )

2 2 2 2 n x n x st =

t

i ... (4) 2 2 n Jk n Jk s i s i = − Keterangan:

Jki = Jumlah kuadrat seluruh skor item Jks = Jumlah kuadrat subjek

Pengujian reliabilitas menggunakan metode Alfa Cronbach diolah dengan software SPPS (Statistical Product and Service Solution) versi 12. 0 for Windows.

Sedangkan untuk elemen brand association digunakan metode Hoyt. Metode Hoyt dapat digunakan untuk jumlah pertanyaan dengan butir yang ganjil atau genap. Tahap-tahap dalam pengujian reliabilitas dengan metode Hoyt adalah sebagai berikut:

1. Mencari jumlah kuadrat responden (JKr), dengan rumus: JKr = kN X k Xt2 (∑ t)2 ∑ ... (5) Keterangan:

JKr = jumlah kuadrat responden k = banyaknya butir pertanyaan N = banyaknya responden Xt = skor total setiap responden

2. Mencari Jumlah Kuadrat Butir (JKb) dengan rumus: JKb = kN X N B2 (∑ t)2 − ∑ ... (6) Keterangan:

JKb = jumlah kuadrat butir

∑B2 = jumlah kuadrat jawab benar (ya) seluruh butir (∑Xt)2 = kuadrat dari jumlah skor total

3. Mencari Jumlah Kuadrat Total (JKt) dengan rumus: JKt = ) ( ) ( ) )( ( S B S B ∑ + ∑ ∑ ∑ ... (7) Keterangan :

JKt = jumlah kuadrat total

∑B = jumlah jawab benar (ya) seluruh butir

∑S = jumlah jawab salah (tidak) seluruh butir 4. Mencari Jumlah Kuadrat Sisa (JKs) dengan rumus:

JKs = JKt – JKr – JKb ... . (8) 5. Mencari varians responden, varians butir, dan varians sisa dengan

rumus: Vr = r t db JK ... . (9) Vb = b b db JK ... .(10) Vs = s s db JK ... .(11) Keterangan: Vr = varians responden Vb = varians butir Vs = varians sisa

6. Memasukkan nilai varians yang diperoleh ke rumus: r11 = 1-r s V V ... .(12)

Nilai reliabilitas yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai dari tabel r product moment. Jika │r11│< r product moment dapat disimpulkan bahwa instrumen yang digunakan tidak reliabel. Sebaliknya jika │r11│> r product moment dapat disimpulkan bahwa instrumen yang digunakan reliabel dan penelitian dengan menggunakan instrumen yang sama dapat dilanjutkan. 3.4.3. Skala Likert dan Rata-rata

Skala Likert merupakan skala yang dapat memperlihatkan tanggapan konsumen terhadap karakteristik suatu produk (sangat setuju, setuju, biasa saja, tidak setuju, sangat tidak setuju). Informasi yang diperoleh dengan skala likert berupa skala pengukuran ordinal, oleh karenanya terhadap hasilnya hanya dapat dibuat rangking tanpa dapat diketahui berapa besarnya selisih antara satu tanggapan ke tanggapan lainnya. Misalnya jika diberikan 5 alternatif jawaban kepada responden, maka rentang skala yang digunakan adalah 1 sampai 5. contoh pemetaan bobot penilaian adalah sebagai berikut: 1=sangat jelek, 2=jelek, 3=cukup, 4=baik, 5=sangat baik.

Penggolongan kategori berdasarkan nilai (score) yang diperoleh dilakukan dengan cara mengalikan besarnya bobot pada kategori tertentu yang telah ditetapkan dengan jumlah responden yang masuk dalam kategori yang sama. Kemudian dari data yang diperoleh dicari nilai rata-ratanya untuk mengetahui ukuran pemusatan tanggapan responden dengan rumus:

Rata-rata (x) = n fi xi. ∑ ... .(13) Hasil dari nilai rata-rata kemudian dipetakan ke rentang skala yang mempertimbangkan informasi interval berikut:

Interval = kelas banyaknya terendah nilai tertinggi nilai ... .(14) = 0,8 5 1 5 = −

Setelah besarnya interval diketahui, kemudian dibuat rentang skala sehingga dapat diketahui dimana letak rata-rata penilaian

responden terhadap setiap unsur diferensiasinya dan sejauh mana variasinya. Rentang skala tersebut adalah:

1,00-1,80 = sangat jelek 1,80-2,60 = jelek 2,60-3,40 = cukup 3,40-4,20 = baik 4,20-5,00 = sangat baik 3.4.4. Analisis Deskriptif

Analisis data mengenai profil responden, brand awareness, dan brand association dilakukan dengan cara menabulasikan data yang diperoleh. Terhadap data profil responden dan brand awareness dilakukan perhitungan persentase, sedangkan terhadap data perceived quality dan brand loyalty dilakukan perhitungan rata-rata. 3.4.5. Uji Cochran

Uji Cochran digunakan pada data dengan skala pengukuran nominal untuk informasi dalam bentuk terpisah dua (dikotomi), misalnya informasi “ya” atau “tidak”. Uji Cochran dalam penelitian ini digunakan untuk menguji signifikansi hubungan setiap asosiasi dalam merek Esia. Asosiasi yang saling berhubungan akan membentuk brand image dari merek Esia.

Rumus yang digunakan adalah:

Q = 2 2 2 ). 1 ( ). 1 ( i j R CN N C C C C ∑ − − − ∑ − ... .(15) Keterangan :

C = banyaknya variabel (asosiasi) Ri = jumlah baris jawaban “ya” Cj = jumlah kolom jawaban “ya” N = total besar

Jika diperoleh nilai Q < X2 tabel (α, db), maka H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa semua asosiasi yang diuji saling berhubungan membentuk brand image (citra merek). Jika diperoleh nilai Q > X2 tabel (α, db), maka dapat disimpulkan belum cukup bukti

untuk menerima H0 yang berarti bahwa tidak semua asosiasi merupakan penyusun brand image, sehingga pengujian dilanjutkan ke tahap ke dua dengan cara mencari asosiasi yang memiliki jumlah kolom terkecil yang selanjutnya akan dikeluarkan dari komponen asosiasi pembentuk brand image. Kemudian nilai Q dihitung kembali dan dibandingkan kembali dengan nilai X2 tabel (α, db) sampai didapat nilai Q < X2 tabel (α, db), maka pengujian dihentikan, yang berarti brand image terbentuk dari asosiasi-asosiasi sisanya yang belum diuji dan asosiasi terakhir yang diuji.

3.4.6. Skala Semantic Differential

Metode ini digunakan untuk pengukuran perceived quality. Skala ini merupakan salah satu dari skala faktor yang dikembangkan untuk menganalisis masalah pengukuran populasi yang multidimensi dan pengungkapan dimensi yang belum dikenal atau belum diketahui (Durianto, dkk, 2004). Metode skala ini dikembangkan khususnya untuk mengukur arti psikologis dari suatu objek di mata seseorang dengan menentukan pilihan dua kata yang akan ditempatkan dalam titik-titik kutub/ekstrem.

Contoh:

Lemah (1) ____:____:____:____:____:____:____ (7) Kuat Aktif (7) ____:____:____:____:____:____:____ (1) Pasif Menarik (7) ____:____:____:____:____:____:____ (1)Tidak menarik

Lambat (1) ____:____:____:____:____:____:____ (7) Cepat Rata-rata skor jawaban responden dan diplotkan dalam suatu grafik yang akan menggambarkan kecenderungan positif atau negatif.

3.4.7. Analisis Biplot

Biplot merupakan grafik yang merepresentasikan informasi dari data matriks berukuran nxp, dimana n menunjukan jumlah contoh (pengamatan) dan p menunjukan jumlah peubah (Johnson & Winchern, 2002). Metode ini tergolong dalam analisis eksplorasi peubah ganda yang ditujukan untuk menyajikan data peubah ganda dalam peta dua dimensi, sehingga perilaku data mudah dilihat dan

diinterpretasikan. Biplot adalah teknik statistika deskriptif yang dapat menyajikan secara simultan n objek pengamatan terhadap p peubah dalam ruang dua dimensi, sehingga ciri-ciri peubah dan objek pengamatan serta posisi relatif antar objek pengamatan dengan peubah dapat dianalisis (Jollife, 2002).

Informasi dan interpretasi yang diperoleh dari Biplot (Sartono, 2003) adalah hubungan (korelasi) antar peubah, keragaman peubah, kedekatan antar objek, dan nilai peubah pada suatu objek. Biplot merupakan upaya membuat gambar di ruang berdimensi banyak menjadi gambar di ruang berdimensi dua. Pereduksian dimensi ini mempunyai konsekuensi berkurangnya informasi yang terkandung dalam Biplot. Biplot yang mampu memberikan informasi sebesar 70% dari seluruh informasi dianggap cukup mewakili dari karakteristik populasi yang ada (Sartono, 2003). Penggunaan metode ini dibantu dengan menggunakan software Statistical Analysis System (SAS) versi 9.1

3.4.8. Brand Switching Pattern Matrix

Alat analisis ini digunakan pada pengukuran brand loyalty. Analisis ini digunakan untuk menghitung Possibility Rate of Transition (kemungkinan perpindahan merek) dari merek-merek yang diteliti (Durianto, dkk, 2004). Formula yang digunakan adalah :

ProT = t At AL Ln t x x ×100%× 1 ... .(16) Keterangan :

ProT = kemungkinan tingkat perpindahan suatu merek

ALx = konsumen yang tetap setia atau loyal terhadap merek “X” Atx = total konsumen yang diteliti dari merek “X”

t = banyaknya/jumlah penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

PT Bakrie Telecom, Tbk (PT BTEL) merupakan salah satu perusahaan operator telekomunikasi berbasis CDMA (Code Division Multiple Access) di Indonesia. Perusahaan ini berdiri pada bulan Agustus 1993 dengan nama PT Ratelindo sebagai anak perusahaan PT Bakrie & Brothers, Tbk yang bergerak dalam bidang telekomunikasi. Pada awal berdirinya, PT Ratelindo memperkenalkan telepon tetap tanpa kabel dengan menggunakan teknologi ETDMA (Extended Time Division Multiple Access). Sejak September 2003, PT Ratelindo berubah menjadi PT Bakrie Telecom, Tbk dan kemudian beralih dari teknologi ETDMA ke CDMA (Code Division Multiple Access) 2000 1X dan mulai memperkenalkan layanan limited mobility wireless atau layanan mobilitas jaringan tanpa kabel yang dibatasi dalam satu kode area dengan merek Esia.

Hingga Juli 2007, wilayah operasi PT BTEL mencakup 20 wilayah di provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. PT BTEL tengah mempersiapkan diri untuk memperluas wilayah operasional di 17 kota di Indonesia yang terdiri atas Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat. PT BTEL dipimpin oleh seorang Presiden Direktur yakni Anindya N Bakrie. Kantor pusat PT BTEL berada di Wisma Bakrie, Jalan HR Rasuna Said Kav. D-1, Jakarta Selatan 12920.

4.1.1. Produk PT Bakrie Telecom, Tbk

PT BTEL memiliki tiga macam produk telekomunikasi berbasis teknologi CDMA, yaitu Esia, Wifone, dan Wimode. Esia diperuntukkan bagi telepon bergerak terbatas (FWA), Wifone khusus untuk telepon tetap tanpa kabel (Fixed Wireless Phone), dan Wimode merupakan produk akses data dan internet.

Esia mulai diperkenalkan pada September 2003. Esia merupakan layanan telekomunikasi yang menggunakan sistem telepon selular digital CDMA 2000 1X dengan frekuensi 800 Mhz. Esia memiliki lisensi Fixed Wireless Access (FWA). Dengan lisensi

tersebut, maka layanan Esia merupakan layanan limited mobility, yaitu layanan mobilitas jaringan tanpa kabel yang dibatasi dalam satu kode area sehingga mirip dengan telepon rumah yang dikenal dengan PSTN (Public Service Telephone Network). Lisensi FWA menjadikan tarif Esia lebih murah, namun juga membatasi jangkauan pengguna FWA hanya pada area tertentu (home area). PT BTEL juga mengeluarkan produk Esia-Tel yang merupakan kios telepon prabayar dari Esia.

Pada bulan September 2006, PT BTEL mengeluarkan produk Wifone. Wifone merupakan sejenis telepon rumah tanpa kabel yang menggunakan teknologi CDMA 1X. Wifone dilengkapi dengan berbagai fasilitas, diantaranya internet, SMS, memori buku telepon, alarm, dan radio FM. Wifone tersedia dalam dua jenis layanan, yaitu prabayar dan pascabayar.

April 2007, PT BTEL memperkenalkan produk Wimode. Wimode adalah layanan internet berkecepatan tinggi yang dapat diakses di dalam wilayah jaringan PT BTEL. Secara fisik, Wimode adalah modem berbentuk mini dengan kemampuan akses internet dan penyimpan data seperti sebuah flashdisk. Wimode menggunakan port USB sehingga dapat terhubung dengan notebook atau personal computer dan langsung dapat digunakan untuk koneksi internet. Wimode juga dilengkapi dengan fasilitas telepon dan SMS. Wimode tersedia dalam tiga jenis layanan, yaitu pascabayar regular, pascabayar paket internet, dan prabayar.

4.1.2. Visi dan Misi PT Bakrie Telecom, Tbk

Keberhasilan suatu perusahaan tidak terlepas dari pandangan dan panduan yang dianut perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Begitu juga dengan PT BTEL. Dengan visi “menjadi suatu bagian yang tak terpisahkan bagi kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia sehari-hari” PT BTEL berharap suatu saat sebagian besar masyarakat Indonesia dapat menikmati jasa PT BTEL .

Untuk mencapai visi tersebut, PT BTEL merumuskan langkah-langkah yang tertuang dalam misi perusahaan, yaitu :

1. Menjalankan strategi disruptive innovation atau inovasi merusak pasar. Maksudnya adalah inovasi-inovasi yang dilakukan oleh PT BTEL merupakan suatu hal yang baru dan unik bagi industri telekomunikasi di Indonesia.

2. Memberikan produk dengan tarif yang terjangkau

3. Melebarkan coverage area (wilayah jangkauan) PT BTEL Dengan misi tersebut, PT BTEL berusaha untuk selalu memberikan yang terbaik sesuai harapan pelanggan, yakni produk dan pelayanan terbaik dengan harga yang terjangkau.

4.2. Bauran Pemasaran Esia

Esia merupakan merek layanan operator yang dikeluarkan oleh PT. Bakrie Telecom Tbk dengan layanan limited mobility, yaitu layanan mobilitas jaringan tanpa kabel yang dibatasi dalam satu kode area. Esia merupakan produk telekomunikasi berupa jasa utama yang disertai dengan barang berwujud (RUIM card). Berdasarkan kontak pelanggan dengan organisasi jasa, maka Esia termasuk ke dalam jasa kontak rendah. Artinya dalam proses pengoperasian jasa, sangat sedikit bahkan tidak ada kontak langsung antara pelanggan dan penyedia jasa. Kontak langsung hanya terjadi antara jika pelanggan membutuhkan layanan pelanggan perusahaan. 4.2.1. Produk (Product)

PT BTEL memposisikan produk Esia sebagai produk telekomunikasi yang memiliki tarif terjangkau dengan talk time (waktu bicara) yang paling lama. Hal ini terkait dengan segmen pasar yang dibidik perusahaan, yaitu kalangan menengah ke bawah dengan tingkat usia 18 tahun hingga 34 tahun. Esia tersedia dalam dua pilihan layanan, yaitu Esia prabayar dan Esia pascabayar. Esia prabayar merupakan layanan Esia yang menggunakan sistem pembayaran di awal melalui pengisian talk time, sedangkan Esia pascabayar adalah layanan Esia yang memberikan keleluasaan bagi pelanggannya untuk melakukan panggilan tanpa mengisi ulang kartu

karena biaya pemakaian akan ditagihkan pada bulan berikutnya. Terdapat dua jenis pilihan untuk mendapatkan layanan Esia, yaitu dengan menggunakan kartu perdana Esia yang biasa disebut Removable User Identity Module (RUIM) atau nomor (inject) Esia yang dipasangkan dengan handset tipe CDMA yang memiliki frekuensi 800 MHZ.

Esia menyediakan berbagai macam fitur, yang merupakan standard services dan fitur-fitur tambahan yang meliputi:

1. Voice mail

Fitur ini berfungsi untuk merekam pesan yang masuk ke telepon saat pelanggan tidak dapat dihubungi.

2. Internet

Esia menyediakan fasilitas untuk mengakses internet sampai 153 kbps sehingga pelanggan dapat menkmati akses internet dengan mobilitas tinggi selama masih dalam layanan Esia. Layanan ini khusus untuk pelanggan pascabayar.

3. WAP

Wireless Application Protocol (WAP) merupakan layanan untuk mengakses informasi melalui telepon, mirip dengan browsing pada sebuah halaman website.

4. SMS

Short Messages Services (SMS) merupakan fasilitas untuk mengirim dan menerima pesat text.

5. Call Forwarding

Fitur ini berguna untuk mengalihkan panggilan yang masuk ke nomor lain.

6. Voice

Layanan ini digunakan untuk melakukan panggilan. 7. Call Waiting

Fitur ini berfungsi untuk mengetahui panggilan lain yang masuk saat pelanggan sedang melakukan percakapan di telepon.

8. DV8.88

Layanan DV8.88 adalah layanan voice portal yang menyediakan layanan dalam bentuk audio, yang terdiri atas layanan nada sambung, feature artist (lagu-lagu, biografi, serta berita terbaru dari artis), greeting messaging services (mengirimkan pesan bersama lagu yang dipilih), music jukebox (layanan download ringtone monophonic dan poliphonic), layanan doa, ramalan bintang, dan cerita-cerita lucu.

9. Mobile Cash

Layanan untuk melakukan penarikan uang tunai diseluruh ATM Permata tanpa kartu, tetapi dengan menggunakan nomor Esia. 10.SMS Banking

SMS Banking merupakan layanan yang disediakan Bank, menggunakan sarana SMS untuk melakukan transaksi keuangan dan permintaan informasi keuangan seperti cek saldo, dan mutasi rekening. Bank yang merupakan mitra Esia dalam

Dokumen terkait