• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental, yaitu pre and post test grup design. Dalam penelitian ini murid-murid dibagi atas dua kelompok yaitu kelompok yang diberi penyuluhan dengan metode ceramah menggunakan poster dan kelompok yang diberikan penyuluhan dengan metode bermain.

3.2 Populasi dan sampel

Populasi terdiri atas murid-murid kelas VI SD Islam An-Nizam yang berjumlah 161 orang.

Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan rumus : n = (Zα + Zβ

đ

2

Keterangan:

σ = Standard deviasi skor pengetahuan (dari penelitian Makuch A dan Rescke K 7,41)

Zα = Batas atas nilai konversi pada tabel distribusi normal untuk batas kemaknaan (pada α 5% adalah 1,96)

Zβ = Batas bawah nilai konversi pada tabel distribusi normal untuk batas kemaknaan (pada β 95% adalah 1,64)

Maka: n = (Zα + Zβ)σ đ 2 = (1,96 + 1,64) 7,41 5,0 2 = 28 orang

Berdasarkan perhitungan, diperoleh jumlah sampel minimum adalah 28 orang. Dalam penelitian ini besar sampel yang diambil peneliti adalah masing-masing 30 orang anak yang di berikan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode ceramah dan 30 orang anak diberikan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode bermain, sehingg total sampel menjadi 60 orang. Sampel berasal dari empat kelas, yaitu: kelas 6A, 6B, 6C, dan 6D yang diambil secara random.

3.3 Variabel penelitian

1. Variabel Perlakuan : penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode ceramah dan bermain.

2. Variabel tergantung : skor pengetahuan siswa.

3.4 Definisi Operasional

1. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut

A. Metode ceramah: menerangkan dan menjelaskan secara lisan tentang kesehatan gigi dan mulut sesuai materi penyuluhan.

Materi Penyuluhan: 1) Mulut dan gigi

a. Bagian mulut: gigi (seri, taring, geraham depan dan belakang), lidah, gusi, palatum dan bibir.

b. Bagian gigi: mahkota, leher, akar, email, dentin dan pulpa. c. Fungsi gigi.

2) Makanan yang baik bagi kesehatan gigi (makanan yang berserat dan berair) dan makanan yang tidak baik bagi kesehatan gigi (makanan yang manis dan lengket)

3) Proses terjadinya karies 4) Pemeliharaan gigi

a. Menyikat gigi secara teratur 2 kali sehari.

b. Memakan makanan yang berserat dan berair dan mengurangi makanan yang manis dan lengket.

c. Berkumur setelah makan makanan yang manis dan lengket. d. Menggunakan pasta gigi yang mengandung flouride. e. Memeriksakan gigi 6 bulan sekali ke dokter gigi.

f. Tidak menggunakan sikat gigi yang sama dengan orang lain. 5) Cara menyikat gigi dengan benar

B. Metode bermain: melakukan permainan yang telah disesuaikan dengan materi penyuluhan pada 5 pos yang disediakan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh kelompok anak untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok.

3.5 Cara melakukan penelitian

1. Murid-murid SD Islam An-Nizam kelas VI dibagi secara random dari daftar absen siswa menjadi dua kelompok dengan mengelompokkan bilangan ganjil sebagai anggota kelompok I dan bilangan genap sebagai anggota kelompok II. Kepada masing-masing kelompok diberikan kuesioner sebanyak 3 kali yaitu sebelum, sesudah dan setelah 10 hari dilakukan penyuluhan.

10 hari

Kelompok I : O1 (X1) O2 O3

Kelompok II : O4 (X2) O5 O6 10 hari

Keterangan:

O1 dan O4 : Kuesioner pertama (sebelum penyuluhan) O2 dan O5 : Kuesioner kedua (setelah penyuluhan)

O3 dan O6 : Kuesioner ketiga (10 hari setelah penyuluhan) (X1) : Penyuluhan dengan metode ceramah

(X2) : Penyuluhan dengan metode bermain

2. Kelompok I diberikan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode ceramah menggunakan media presentasi berupa poster oleh penyuluh yaitu peneliti sendiri di Aula SD Islam An-Nizam. Kelompok II diberikan penyuluhan

kesehatan gigi dan mulut dengan metode bermain. Penyuluhan diberikan masing-masing selama kurang lebih 30 menit.

Cara melakukan permainan:

Permainan dilakukan di dalam Aula SD Islam An-Nizam yang dibagi atas 5 pos. Kemudian 30 orang peserta diberikan pengarahan tentang permainan yang akan dilakukan.

Pos I dan II

a) Setiap peserta diinstruksikan untuk mengambil satu kartu bergambar makanan secara acak yang terdapat di dalam sebuah kotak berisi gambar berbagai jenis makanan yang telah disediakan.

b) Penyuluh menginstruksikan peserta menuju pos I (makanan yang baik bagi kesehatan gigi) dan pos II (makanan yang tidak baik bagi kesehatan gigi) sesuai dengan kartu bergambar yang dimilikinya.

c) Pada masing-masing pos terdapat satu orang penjaga sebagai penuntun peserta apakah peserta telah berada pada pos yang benar sesuai dengan kartunya atau tidak.

d) Permainan dilakukan kurang lebih 5 menit.

Setelah peserta selesai melakukan permainan pada pos I dan II, peserta dibagi menjadi 3 kelompok, tiap kelompok terdiri atas 10 orang dan harus melakukan melakukan permainan pada pos III, IV dan V secara bergantian dengan kisaran waktu ± 8 menit untuk satu permainan.

Pos III

a) Pada pos III, kelompok diberikan tugas untuk menjawab pertanyaan (bagian mulut, bagian dan fungsi gigi) dengan alat tulis yang telah disediakan penjaga pos.

b) Setiap anak mendapatkan satu kali kesempatan untuk melihat gambar bagian mulut, bagian dan fungsi gigi yang terdapat di meja penyuluh.

c) Setiap anak harus menghapal dan mengingat gambar bagian mulut, bagian dan fungsi gigi agar dapat menjawab pertanyaan.

Pos IV

a) Pada pos IV, kelompok diinstruksikan untuk menyusun puzzle tentang proses terjadinya karies dan cara menyikat gigi yang benar.

b) Setelah selesai menyusun puzzle maka kelompok tersebut harus mengingat dan menghapal pesan yang terdapat pada puzzle.

Pos V

a) Pada pos V, disediakan kotak berisi berbagai macam gambar cara pemeliharaan gigi yaitu menyikat gigi yang teratur (setelah sarapan dan sebelum tidur malam), memakan makanan yang berserat dan berair, mengurangi makan makanan yang manis dan lengket, mengurangi minum minuman bersoda, menggunakan pasta gigi berflouride, periksa ke dokter gigi 6 bulan sekali, tidak menukar sikat gigi dengan milik orang lain dan mengganti sikat gigi 2-3 bulan sekali.

b) Kelompok diinstruksikan untuk mengambil dan menempelkan cara pemeliharaan gigi pada kertas karton serta menyebutkannya kepada penjaga pos.

3.6 Pengolahan data

Semua isian dalam kuesioner diedit dan diperiksa kembali apakah isian telah dijawab semua. Pengolahan dilakukan dengan cara manual dan ditabulasikan dengan menggunakan kartu kode menurut tujuan penelitian. Penilaian yang diberikan sesuai dengan jumlah jawaban yang benar. Jumlah pertanyaan yang diberikan adalah 18 pertanyaan sehingga nilai tertinggi adalah 100 apabila semua pertanyaan dijawab dengan benar dan nilai terendah adalah 0 apabila tidak ada pertanyaan yang dapat dijawab dengan benar. Skor pengetahuan yang diperoleh dihitung sebagai berikut:

Jumlah jawaban yang benar

Skor Pengetahuan = x 100

Jumlah soal

3.7 Analisis data

a. Menghitung rata-rata skor pengetahuan sebelum, sesudah dan setelah 10 hari diberikan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode ceramah dan bermain.

b. Analisis Uji T

1. Uji T berpasangan

a) Rata-rata skor pengetahuan murid sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain.

b) Rata-rata skor pengetahuan murid sesudah dan setelah 10 hari dilakukan penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain.

2. Uji T tidak berpasangan

a) Rata-rata skor pengetahuan murid sebelum dilakukan penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain.

b) Rata-rata skor pengetahuan murid sesudah dilakukan penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain.

c) Rata-rata skor pengetahuan murid setelah 10 hari dilakukan penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain.

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Nilai rata-rata skor pengetahuan siswa sebelum dan sesudah penyuluhan

Nilai rata-rata skor pengetahuan sebelum penyuluhan pada kelompok ceramah adalah 51,11±5,94 dan kelompok bermain adalah 49,99±5,86. Secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0,05)(Tabel 1).

Tabel 1. Hasil uji rata-rata skor pengetahuan sebelum penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain

Nilai rata-rata skor pengetahuan pada kelompok ceramah dan bermain bila dibandingkan sebelum dan sesudah penyuluhan secara statistik ada perbedaan yang bermakna (p<0,001)( Tabel 2).

Kelompok N

Skor rata-rata pengetahuan

Hasil uji statistik

X ± SD t df p

Ceramah 30 51,11 ± 5,94

0,745 58 0,511 Bermain 30 49,99 ± 5,86

Tabel 2. Hasil uji rata-rata skor pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain

Waktu Penyuluhan N

Skor rata-rata pengetahuan

Hasil uji statistik

X ± SD t df p Kelompok Ceramah Sebelum penyuluhan Sesudah penyuluhan 30 30 51,11 ± 5,94 66,67 ± 9,77 4,978 29 0,000 Kelompok Bermain Sebelum penyuluhan Sesudah penyuluhan 30 30 49,99 ± 5,86 76,85 ± 7,29 5,733 29 0,000

Pengetahuan sesudah penyuluhan pada kelompok ceramah mengalami peningkatan sebesar 15,56 dan kelompok bermain sebesar 26,86. Hasil ini menunjukkan ada peningkatan pengetahuan yang bermakna antara sebelum dan sesudah penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain (p<0,001)(Tabel 3).

Tabel 3. Hail uji statistik selisih rata-rata skor pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain

4.2. Nilai rata-rata skor pengetahuan siswa sesudah dan setelah 10 hari penyuluhan

Nilai rata-rata skor pengetahuan sesudah dan setelah 10 hari penyuluhan pada kelompok ceramah masing-masing adalah 66,67±9,77 dan 67,78±10,24. Secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0,05). Nilai rata-rata skor

Kelompok N Selisih rata-rata skor pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan

Hasil uji statistik

df p

Ceramah 30 15,56

58 0,000

pengetahuan sesudah dan setelah 10 hari penyuluhan pada kelompok bermain adalah 76,85±7,29 dan 80,18±6,78. Secara statistik ada perbedaan yang bermakna (p<0,001)(Tabel 4).

Tabel 4. Hasil uji nilai rata-rata skor pengetahuan sesudah dan setelah 10 hari penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain

Waktu Penyuluhan N

Skor rata-rata pengetahuan

Hasil uji statistik

X ± SD t df p

Kelompok ceramah Sesudah penyuluhan Setelah 10 hari penyuluhan

30 30 66,67 ± 9,77 67,78 ± 10,24 1,643 29 0,056 Kelompok bermain Sesudah penyuluhan Setelah 10 hari penyuluhan

30 30

76,85±7,29 80,18±6,78

3,236 29 0,000

Pengetahuan setelah 10 hari penyuluhan pada kelompok ceramah mengalami peningkatan sebesar 1,11 dan kelompok bermain sebesar 3,33. Bila dibandingkan nilai selisih rata-rata skor pengetahuan setelah 10 hari penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain secara statistik terlihat ada perbedaan yang bermakna (p<0,001)(Tabel 5).

Tabel 5. Hasil uji statistik selisih rata-rata skor pengetahuan sesudah dan setelah 10 hari penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain

Kelompok N Selisih rata-rata sesudah dan setelah 10 hari penyuluhan

Hasil uji statistik

df p

Ceramah 30 1,11

58 0,000

4.3 Sumber informasi pengetahuan kesehatan gigi dan mulut kelompok penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain

Umumnya sumber informasi tentang kesehatan gigi dan mulut sebelum siswa baik pada kelompok ceramah dan bermain berasal dari televisi (83,33%, 90%) dan guru (80%,76,67%), sedangkan dari orang tua mendapatkan persentase yang sama (76,67%). Sumber informasi dari dokter gigi hanya sedikit yaitu 13,33% pada kelompok ceramah dan 16,67% pada kelompok bermain (Tabel 6).

Tabel 6. Sumber informasi pengetahuan kesehatan gigi dan mulut kelompok penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain.

No Sumber Informasi Pengetahuan Kesehatan Gigi

dan Mulut

Kelompok ceramah Kelompok bermain Jumlah (%) Jumlah (%) 1 Orang tua 23 76,67 23 76,67 2 Guru 24 80 23 76,67 3 Buku pelajaran 20 66,67 20 66,67 4 Majalah 16 53,33 16 53,33 5 Televisi 25 83,33 27 90 6 Radio 15 50 11 36,67 7 Dokter gigi 4 13,33 5 16,67 8 Dokter umum 1 3,33 2 6,67

BAB 5 PEMBAHASAN

Pada siswa kelas VI SD Islam An-Nizam menunjukkan rata-rata skor pengetahuan sebelum dilakukan penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain adalah 51,11±5,94 dan 49,99±5,86, secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa siswa mempunyai tingkat pengetahuan yang sama. 5

Nilai rata-rata skor pengetahuan sesudah penyuluhan dengan metode ceramah naik sebesar 15,56 menjadi 66,67±9,77 dan bermain naik sebesar 26,86 menjadi 76,85±7,29. Secara statistik ada perbedaan yang bermakna (p<0,001). Hal ini membuktikan bahwa penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode ceramah maupun bermain memberikan efek meningkatkan pengetahuan siswa. Penelitian Rusli pada murid-murid SD St. Paulus kelas III dan V Jakarta Barat menunjukkan bahwa penyuluhan dengan metode bermain lebih baik dari metode ceramah (p=0,0001).2

Nilai rata-rata skor pengetahuan sesudah dan setelah 10 hari penyuluhan pada kelompok ceramah adalah 66,67±9,77 dan 67,78±10,24, dan secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa penyuluhan dengan metode ceramah tidak memiliki retensi yang kuat terhadap ingatan siswa.18 Sedangkan nilai rata-rata skor pengetahuan sesudah dan setelah 10 hari penyuluhan pada kelompok bermain adalah 76,85±7,29 dan 80,18±6,78, dan secara statistik ada perbedaan yang bermakna (p<0,001). Hal ini menunjukkan bahwa penyuluhan

dengan metode bermain memiliki retensi yang kuat terhadap ingatan siswa. Menurut Sudono, dengan bermain keterampilan baru yang diperoleh melalui praktek tidak akan segera hilang dan akan selalu diingatnya.9

Rata-rata skor pengetahuan setelah 10 hari penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain secara statistik menunjukkan ada perbedaan yang bermakna (p<0,001). Hal ini disebabkan karena terdapat gangguan-gangguan validitas dalam dan luar. 19 Gangguan validitas dalam meliputi faktor maturasi (makin lelah, lapar, makin trampil dan sebagainya), faktor (pre dan post test), faktor instrumentasi (kuesioner). Sedangkan gangguan validitas luar meliputi Interaksi uji awal (kenaikan kepekaan atau kesiapan subjek terhadap perlakuan yang diberikan kepadanya), dan faktor perlakuan ganda (subjek diberikan perlakuan berulang-ulang, sehingga sisa pengaruh perlakuan terdahulu masih ada dan mempengaruhi perlakuan berikutnya).

Selain gangguan-gangguan validitas di atas perbedaan yang bermakna terjadi karena pada saat penyuluhan dengan metode ceramah terjadi komunikasi satu arah saja sehingga materi yang disampaikan tidak begitu dipahami oleh siswa, cenderung membosankan sehingga perhatian siswa berkurang dan siswa lebih bersikap pasif sehingga pembicara kurang mengetahui dengan pasti sejauh mana siswa menguasai bahan ceramah.20 Sedangkan pada penyuluhan dengan bermain suasana terlihat lebih aktif dan menyenangkan sehingga materi yang disampaikan lebih mengena diingatan siswa.12

Sumber informasi kelompok penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain paling banyak berasal dari televisi yaitu 83,33% dan 90%. Hal ini menunjukkan bahwa televisi memiliki peranan yang besar terhadap ingatan siswa.

Menurut Mimpsy, kehadiran televisi dapat memberikan pengetahuan namun sekaligus berdampak negatif dalam proses perkembangan anak, baik fisik, psikis, maupun sosial.21

Sumber informasi terbanyak selanjutnya berasal dari guru 80% pada kelompok ceramah dan 76,67% pada kelompok bermain. Menurut Suryosubroto bahwa efektifitas guru mengajar nyata dari keberhasilan siswa menguasai apa yang diajarkan guru itu, dengan kata lain dapat dikatakan bahwa keberhasilan proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar.Oleh karena itu, guru memiliki peran yang besar dalam membantu siswa memperoleh informasi tentang kesehatan gigi dan mulut. 5

Peran orang tua bagi anak-anaknya adalah membantu anak berhasil dalam hidupnya kelak, mengajari anak membentuk konsep diri dimana konsep diri mempengaruhi prestasi akademik anak.22 Peran tersebut terlihat dari persentase sumber informasi dari orang tua sebesar 76,67% pada kelompok ceramah dan bermain.

Sumber informasi dari dokter gigi sedikit sekali berperan, pada kelompok cermah 13,33% dan bermain 16,67%. Peran dokter gigi sangat diharapkan dalam meningkatkan pendidikan kesehatan gigi dan mulut pada anak, sehingga anak mampu memelihara kesehatan giginya sendiri.21

Sumber informasi yang diperoleh siswa juga berperan besar dalam meningkatkan pengetahuan. Semakin banyak informasi tentang kesehatan gigi yang diperoleh siswa maka semakin baik tingkat pengetahuannya.

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

1. Rata-rata skor pengetahuan sebelum (51,11±5,94) dan sesudah (66,67±9,77) dengan menggunakan metode ceramah dan sebelum (49,99±5,86) dan sesudah (76,85±7,29) dengan menggunakan metode bermain menunjukkan ada perbedaan yang bermakna (p<0,001). Hal ini membukt ikan bahwa metode ceramah ataupun bermain dapat memberikan efek meningkatkan pengetahuan siswa.

2. Selisih rata-rata skor pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan dengan metode ceramah adalah 15,56 dan bermain adalah 26,86. Hal ini menunjukkan ada perbedaan yang bermakna (p<0,001).

3. Rata-rata skor pengetahuan sesudah (66,67±9,77) dan setelah 10 hari (67,78±10,24) penyuluhan dengan metode ceramah menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0,05). Hal ini membuktikan bahwa penyuluhan dengan metode ceramah tidak memiliki retensi yang kuat terhadap ingatan siswa. Sedangkan rata-rata skor pengetahuan sesudah (76,85±7,29) dan setelah 10 hari (80,18±6,78) penyuluhan pada kelompok bermain menunjukkan ada perbedaan yang bermakna (p<0,001). Hal ini menunjukkan bahwa penyuluhan dengan metode bermain memiliki retensi yang kuat terhadap ingatan siswa.

4. Selisih rata-rata skor pengetahuan sesudah dan setelah 10 hari penyuluhan dengan metode ceramah adalah 1,11 dan bermain 3,33. Hal ini menunjukkan ada perbedaan yang bermakna (p<0,001).

5. Sumber informasi siswa yang diberikan penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain umumnya banyak berasal dari televisi sedangkan sumber informasi dari dokter gigi sangat sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa peran dokter gigi masih sedikit sehingga diharapkan lebih ditingkatkan penyampaian informasi tentang kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat umumnya dan anak-anak khususnya.

6.2Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka disarankan agar penyuluhan pada anak-anak lebih baik dilakukan dengan metode bermain daripada metode ceramah karena dengan bermain proses belajar lebih aktif, dan lebih menyenangkan sehingga cocok digunakan pada anak-anak. Selain itu diharapkan adanya dukungan dari pihak sekolah dengan membuat program penyuluhan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah sehingga dokter gigi dapat berperan aktif dalam mengedukasi dan mengontrol kesehatan gigi dan mulut para siswa dan akhirnya menimbulkan kebiasaan yang baik dalam merawat kesehatan gigi dan mulutnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Maulana HDJ. Promosi Kesehatan.Jakarta: EGC.2009:5.

2. Rusli M, Gondhoyoewono T. Pengaruh metode bermain terhadap penyuluhan

kesehatan gigi dan mulut ( the effect of role playing method to dental health education ). Fakultas Kedokteran Gigi UI. 2003.

3. Makuch A, Recshke K. Playing games in promoting childhood dental health. Patient Education and Counseling 43.2001;105-110.

4. Fuller SS. The development of national oral health promotion programme for

preschool children in England. Int Dent J 2001;51:334-8.

5. Suryosubroto B. Proses belajar mengajar di sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2002: 11.

6. Gondhoyoewono T. Pendekatan psikologi dan Ilmu Pendidikan dalam Teknik

Penyuluhan bagi Kaum Ibu Mengenai Kesehatan Gigi Keluarga. Majalah

Kedokteran Gigi FKG USAKTI 1993:(6):699-705.

7. Desmita. Psikologi perkembangan. Pengantar Prof. Dr. H. Samsunuwiyati Mar’at, S.Psi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Bandung 2005:153-157,181,187-188.

8. Global. Perkembangan anak (Perkembangan Fisik, Perkembangan Motorik,

Perkembangan Kognitif, Perkembangan Psikososial). 26 Januari 2010.

9. Sudono A. Sumber belajar dan alat permainan. Jakarta: PT Grasindo. 2000: 1-3,7.

10.Departemen Kesehatan RI. Upaya Kesehatan Gigi Masyrakat (UKGM). Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Direktorat Kesehatan Gigi. Jakarta:1999:4-17.

11.Gondhoyoewono T. Peranan psikologi dan komunikasi pada program kese

hatan gigi dan mulut. Majalah Kedokteran Gigi FKG USAKTI 1997:5:27-37.

12.Djay. Penyuluhan Kesehatan. 25 Januari 2010.http://djayblogspot.blogspot. com/2010/01/penyuluhan -kesehatan.html.

13.Budiharto. Pendidikan Kesehatan Gig. Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi UI;1998.1-45.

26 Januari 2010.

14.Sugianto M. Bermain, mainan dan permainan. Jakarta: Departemen Pendi dikan dan Kebudayaan. 1995.

15.McSharry G, Sam J. Role playing in science teaching and learning. School Science Review, September 2000,82(298).Hlm.73-81.

16.Lorinda B dkk. Interviewing children about real and events: revisiting the narrative elaboration procedure. USA:Whittier Collage. 2001.

17.Good TL, Jere EB. Educational psychology a realistic approach, Ed. Ke-4. New York: LongMan: 1990:206-32.

18.Pasaribu Horbert ER. Perbandingan Penyuluhan Kesehatan Metode Ceramah

Tanya Jawab dengan Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Buku Kecacingan dalam Mencegah Reinfeksi Ascaris Lumbricoides Pada Anak Sekolah Dasar.

19.Natamiharja L. Bahan Ajar Metodologi Penelitian.Medan : Departemen ilmu Kedokterann Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat FKG USU,2006:150-51.

20.Dasuki. Perbandingan Penggunaan Metode Ceramah dan Diskusi Dalam

Memahami Pelajaran Aqidah Akhlak Di MAN 11 Lebak Bulus Jakarta Selatan. Skripsi. Jakarta: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, 2006.

21.Mimpsy. Dampak Menonton Televisi.. 13 Januari 2009. http://mimpsy. blog.friendster.com/2009/01/dampak-menonton-televisi/

22.Riyanti E, Risti S. Upaya Peningkatan Gigi dan Mulut Melalui Perubahan

Perilaku Anak (Improving of The Oral and Dental Health by Changing Behaviour). Bagian Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Padjadjaran 2009.

.19 Desember 2010.

23.Pintauli S, Hamada T. Menuju Gigi dan Mulut Sehat. Medan : USU Press,2008:4-24.

24.Rachmat, Sunarto. Sains Sahabatku Pelajaran IPA untuk SD Kelas 5. Jakarta: Ganeca Exact, 2007: 25-26, 32.

Lampiran 1

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ KESEHATAN GIGI MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

EFEKTIFITAS METODE BERMAIN DALAM PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA SISWA KELAS VI SD ISLAM AN-NIZAM

Nama : ……… No. Kartu :

Kelas : ……… Nama pemeriksa : ...

PILIH JAWABAN YANG MENURUT ANDA PALING BENAR

1. Bagian-bagian dari mulut?

a. Gigi, lidah, langit-langit(palatum), mata dan bibir 1 b. Gigi, gusi, lidah, langit-langit(palatum) dan bibir

c. Gigi, gusi, pipi, bibir dan langit-langit (palatum) d. Tidak tahu

2. Bagian-bagian dari gigi?

a. Mahkota, akar gigi, leher gigi, email, dentin, dan pulpa 2 b. Mahkota, akar gigi, cabang gigi, dan pulpa

c. Mahkota, email, dentin, dan cabang gigi d. Tidak tahu

3. Jenis gigi lengkap?

a. Gigi seri, taring, dan geraham depan

b. Gigi seri, taring, geraham depan dan belakang 3 c. Gigi taring, geraham belakang dan seri

d. Tidak tahu 4. Fungsi gigi seri ?

a. Memotong makanan 4 b. Mencabik makanan

c. Menghancurkan dan menghaluskan makanan d. Tidak tahu

5. Fungsi gigi taring? a. Memotong makanan

b. Mencabik makanan 5 c. Menghaluskan makanan hingga halus

d. Tidak tahu

6. Fungsi gigi geraham depan dan geraham belakang ?

a. Memotong makanan 6 b. Mencabik makanan

c. Menghaluskan dan meghancurkan makanan d. Tidak tahu

7. Makanan yang menyebabkan gigi berlubang?

a. Wortel, jagung, bengkuang, apel, biskuit, minuman soda

b. Cokelat, kue tar, wortel, kacang-kacangan 7 c. Kue tar, cokelat, permen, es krim , biskuit, minuman bersoda

d. Tidak tahu

8. Makanan yang baik untuk kesehatan gigi?

a. Wortel, jagung, keju, kacang-kacangan, bengkuang, apel

b. Cokelat, kue tar, wortel, kacang-kacangan 8 c. Kue tar, cokelat, permen, kacang-kacangan

d. Tidak tahu

9. Proses terjadinya gigi berlubang? (Urutkan dari awal hingga akhir) a. Penimbunan plak makan makanan yang manis dan lengket

asam  gigi berlubang 9 b. Email menjadi larut dalam asam  makan makanan yang manis dan

lengket  penimbunan plak  kuman dari plak menghasilkan asam

 gigi berlubang

c. Makan makan yang manis dan lengket  penimbunan plak  kuman dari plak menghasilkan asam  email menjadi larut dalam asam

 gigi berlubang d. Tidak tahu

10. Apakah penyebab gigi berlubang? a. Ulat di gigi

b. Mulut bau 10 c. Plak

d. Tidak tahu

11. Apakah yang harus dilakukan setelah makan atau minum manis? a. Berkumur-kumur dengan air putih

b. Berkumur-kumur dengan air gula 11 c. Menyikat gigi lalu makan dan minum yang manis lagi

d. Tidak tahu

12. Kapan sebaiknya pergi kedokter gigi untuk memeriksakan gigi?

a. 6 bulan sekali 12 b. 1 tahun sekali

c. Pada saat gigi sakit d. Tidak tahu

Dokumen terkait