• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. EVALUASI DAMPAK KERAGAMAN IKLIM TERHADAP

3.2. Metodologi

3.2.3. Metodologi Penelitian

3.2.3.1. Survai Teknologi Budidaya untuk mengetahui karakteristik sistem usaha tani padi di Pacitan

Data yang diambil dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data Primer diperoleh melalui teknik wawancara (survai) dan dipandu dengan kuisioner. Survai sistem usaha tani dimaksudkan untuk memahami model pola tanam, varietas yang digunakan, pemupukan, irigasi dan kejadian kekeringan yang dihadapi oleh petani di lokasi penelitian. Survai dilakukan di beberapa desa

terpilih yang didasarkan kepada kerentanannya terhadap kondisi kekeringan, namun demikian didominasi oleh sistem usaha tani berbasis padi. Pengambilan responden dilakukan dengan teknik stratified random sampling. Stratifikasi sampel berdasarkan golongan sistem pengairan yaitu irigasi teknis, setengah teknis dan non-teknis (tadah hujan).

Survai dilaksanakan di Kecamatan Pringkuku, yang meliputi dua desa, yaitu Desa Pringkuku dan Desa Candi. Desa Pringkuku mewakili wilayah penelitian yang respondennya bervariasi. Ada petani yang menggunakan cara irigasi penuh, semi serta tadah hujan. Luas lahan kering di lokasi ini sangatlah besar persentasenya dari luas tanam tanaman pangan keseluruhan. Desa Candi mewakili lokasi yang menggunakan irigasi penuh.

Informasi yang dikumpulkan melalui survai meliputi:

- Sumberdaya Pertanian. Bentuk informasi ini antara lain meliputi status kepemilikan lahan, jadwal pergiliran tanaman per tahun (pola tanam), produksi, sumber air di musim kemarau dan musim hujan, varietas, penggunaan pupuk dan informasi penunjang lainnya.

- Masalah Iklim. Kejadian bencana iklim yang diidentifikasi adalah kekeringan. Informasi yang diperlukan antara lain frekuensi dan distribusi waktu kejadian.

Data sekunder diperoleh dari Dinas Tanaman Pangan Kabupaten Pacitan, Dinas Binamarga dan BMKG daerah. Data yang dikumpulkan meliputi; data penggunaan lahan, varietas, kebiasaan budidaya petani, status irigasi lahan pertanian, luas tanam dan panen, data iklim terutama curah hujan harian dan bulanan, data kondisi pola tanam di sentra produksi tanaman pangan, data harga komoditas pertanian, bencana iklim (banjir, kekeringan, angin kencang). Pengumpulan data kondisi pola tanam di sentra produksi tanaman pangan serta data iklim dari instansi terkait untuk mengetahui potensi curah hujan dalam kondisi iklim normal, basah, dan kering. Pola tanam mencakup waktu tanam, intensitas tanam, dan rotasi tanaman yang biasa dilakukan petani selama satu tahun di masing-masing wilayah (desa). Selain itu, untuk mengetahui perubahan kondisi ENSO, dikumpulkan data ENSO.

Hasil survai kemudian ditabulasi sesuai kebutuhan untuk pengolahan data. Sebagian satuan data yang tidak sama dilakukan konversi. Pengolahan data umumnya ditujukan untuk melihat persentase responden terhadap kondisi atau permasalahan tertentu. Selanjutnya persentase responden ini digunakan sebagai

acuan pengambilan kesimpulan untuk permasalahan tertentu, terutama ditujukan untuk melengkapi mengenai informasi karakteristik usaha tani padi di Pacitan.

3.2.3.2. Analisis karakteristik ENSO dan hubungannya dengan sifat hujan

Analisis ini didasarkan kepada karakteristik ENSO pada tahun-tahun El- Nino, Normal dan La-Nina yang dihubungkan dengan sifat curah hujan jangka panjang. Karakteristik ENSO diperoleh berdasarkan indikator suhu permukaan laut (SST pada NINO 4).

Adapun tahapan analisis adalah sebagai berikut :

a. Data mengenai keterkaitan antara fenomena ENSO dengan kejadian iklim ekstrim dan bentuk informasi iklim yang diperlukan untuk penyusunan pola tanam direkapitulasi dan diolah secara statistik deskriptif dan disajikan hasilnya dalam bentuk tabulasi atau grafik sesuai kebutuhan.

b. Data ENSO yang digunakan menyangkut data SST terutama pada NINO 4.

Data yang diperoleh kemudian dihubungkan dengan kondisi curah hujan menyangkut lama musim hujan dan sifat musim.

3.2.3.3. Analisis dampak ENSO terhadap kekeringan

Berdasarkan karakteristik ENSO, dilihat bagaimana hubungannya terhadap bencana kekeringan dengan menggunakan analisis statistik, menyangkut luas maupun bentuk bencana yang terjadi.

3.2.3.4. Analisis hubungan keragaman iklim dan kinerja SUT Padi

Dampak keragaman iklim jangka panjang kaitannya dengan produksi, dikaji melalui tahapan sebagai berikut:

a. Data iklim menyangkut data curah hujan, suhu udara rata-rata, suhu udara maksimum dan suhu udara minimum harian digunakan sebagai input untuk menghitung file .wth, yaitu salah satu file yang dibutuhkan dalam proses simulasi DSSAT. File .wth diperoleh dengan memasukkan data-data tersebut dalam format excel, dan dipanggil di software Math lab. Data terlebih dahulu disusun berdasarkan urutan tahun, sesuai dengan ketersediaannya. DSSAT (Decision Support System for Agrotechnology

Transfer) adalah paket perangkat lunak yang mengintegrasikan pengaruh tanah, fenotipe tanaman, cuaca dan pilihan manajemen (Jones et al. 2003).

Gambar. 3.1 Diagram database, aplikasi, dan komponen perangkat lunak pendukung dan penggunaan model tanaman untuk aplikasi dalam DSSAT v3.5 (Jones et al. 2003)

b. Sebagai input untuk simulasi DSSAT, selain data iklim adalah data fisik dan kimia tanah menyangkut penggunaan pupuk tertentu, data varietas, irigasi, dan skenario penggunaan alternatif-alternatif teknologi.

Data tanah diperoleh melalui pengambilan sampel tanah. Dengan menggunakan peta land system sebagai acuan, diperoleh beberapa lokasi pertanian yang mempunyai karakteristik tanah yang berbeda. Berdasarkan penentuan ini dilakukan pengambilan sampel tanah, dengan membedakan lahan sawah dan lahan kering pada beberapa kecamatan. Kecamatan yang diambil sampel tanahnya meliputi, Kecamatan Pacitan, Arjosari, Kebon Agung, Ngadirojo dan Pringkuku. Di Kecamatan Pacitan, sampel diambil dari Desa Kayen, Mentoro dan Arjowinangun, dengan kategori tanah sawah. Di Kecamatan Arjosari diambil dari Desa Burang dengan kategori tanah sawah. Di Kecamatan Kebon Agung diambil dari Desa Kebon Agung dengan kategori sawah. Di Kecamatan Ngadirojo, pengambilan sampel untuk kategori tanah sawah irigasi diambil dari Desa Ngadirojo, Cokro Kembang, dan Desa Tanjungpuro, sedangkan untuk kategori lahan kering

diambil dari Desa Hadiwarno dan Sidomulyo. Di Kecamatan Pringkuku, sampel di ambil dari Desa Candi dan Pringkuku yang mewakili tanah sawah, serta Desa Pringkuku yang mewakili kategori lahan kering. Sampel tanah untuk analisis fisik diambil dari dua kedalaman dengan menggunakan ring sampel, sedangkan untuk analisis kimia diambil secara komposit. Adapun analisis yang dilakukan adalah tekstur 3 fraksi (pasir, debu dan liat), pH, C- Organik, N-Kjedahl, P tersedia, K tersedia, K-dd, Al-dd, NH4, NO3, Ca tersedia, bulk density, dan lain-lain.

c. Penelaahan teknologi adaptasi dilakukan dalam dua tahap, yaitu penelaahan teknologi adaptasi yang dilakukan secara global dan penelaahan teknologi adaptasi yang dilakukan oleh petani setempat. Penelaahan teknologi didasarkan pada komponen teknologi apa yang digunakan oleh petani, seperti pupuk, varietas, irigasi dan juga terhadap teknologi-teknologi yang sudah dilakukan petani dalam waktu lama yang mungkin saja merupakan kearifan lokal.

d. Proses berikutnya adalah pemilihan perlakuan yang digunakan, banyaknya tahun untuk evaluasi dan running simulasi.

e. Output dari hasil simulasi DSSAT adalah diantaranya ‘hasil’ dalam kg, yang menyatakan hasil pada tahun tertentu sesuai perlakuan yang digunakan. f. Masukan teknologi yang bervariasi akan memberikan keragaman hasil yang

cukup menyebar. Berdasarkan hasil yang tertinggi, dengan menelaah teknologi yang digunakan, kemudian dilakukan pemilihan teknologi-teknologi budidaya. Proses tersebut disajikan pada Gambar 3.2.

g. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari output DSSAT, maka dapat dilihat teknologi mana yang memberikan hasil terbaik pada tanggal-tanggal tanam tertentu. Hal tersebut ditunjukkan oleh persamaan-persamaan yang diproses dengan regresi menggunakan minitab ver. 14. Persamaan tersebut berasal dari prediktor yang beberapa diantaranya dibuat variabel dummy (Tabel. 3.1). Untuk prediktor yang memberikan pengaruh yang signifikan, diberi garis bawah pada persamaan, yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan

Tabel 3.1 Prediktor untuk membentuk persamaan hasil tanaman

No. Prediktor Keterangan

1. V menunjukkan varietas, 0=IR 64, 1=IR 8 Variabel dummy

2. AnoSSTNino4 adalah anomali SST Nino 4 bulan Agustus

3. CHfase1 adalah curah hujan fase 1 (merupakan Keluaran DSSAT akumulasi curah hujan pada umur tanaman

1-55 hari)

4. CHfase2 adalah curah hujan fase 2 (merupakan Keluaran DSSAT akumulasi curah hujan pada umur tanaman

56-75 hari)

5. CHfase3 adalah curah hujan fase 3 (merupakan Keluaran DSSAT akumulasi curah hujan pada umur tanaman

76-95 hari)

6. Irigasi, 0=tanpa irigasi, 1=pemberian Irigasi pada Variabel dummy

fase 1 sebesar 349.8 mm, pada fase 2 sebesar 189 mm dan pada fase 3 sebesar 163.8 mm

7. Pupuk, terdiri dari 3 paket: -1, 0 dan 1. Variabel dummy -1 = Urea 250 kg-SP 36 100 kg- KCl 100 kg

0 = Urea 230 kg-SP 36 100 kg-KCl 50 kg 1 = Urea 200 kg-SP 36 50 kg-KCl 80 kg.

(komposisi anjuran untuk Kecamatan Pacitan)

8. Organik, terdiri dari 3 paket: 0, -1 dan 1. Variabel dummy 0 = tanpa BO,

-1 = diberi BO sebesar 5 ton jerami /ha, 1 = diberi BO sebesar 2 ton pukan /ha

___________________________________________________________________ Keterangan : CH fase berdasarkan data curah hujan hasil keluaran simulasi DSSAT

Gambar 3.2 Diagram alir evaluasi dampak keragaman iklim terhadap keragaman hasil tanaman

Dokumen terkait