• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian

1. Variabel Independent / variable pengaruh yaitu diagnosis utama.

2. Variabel Dependent / variable terpengaruh yaitu akurasi kode penyakit.

B. Definisi Operasional

No Variabel Penelitian Definisi Operasional Skala

1 Diagnosis Utama

Kategori

a. Diagnosis utama Spesifik

b. Diagnosis utama tidak Spesifik

Diagnosis utama adalah penyakit, cacat, luka atau keadaan sakit yang utama dari pasien yang dirawat di rumah sakit.

Penulisan diagnosis utama sesuai dengan ketentuan ICD-10

Penulisan diagnosis utama tidak sesuai dengan ketentuan ICD-10

Nominal

- Spesifik

2

Akurasi Kode Diagnosis Utama

Kategori

a. Kode Akurat

b. Kode Tidak Akurat

c. Prosentase Akurasi Kode diagnosis

Ketepatan Penentuan kode diagnosis utama sampaii karakter ke 4 atau ke 5 sesuai dengan aturan dalam ICD-10.

Kode tepat dan sesuai dengan kategori klasifikasi ICD-10

Kode tidak tepat dan tidak sesuai dengan kategori yang terklasifikasi dalam ICD-10.

Jumlah proporsi kode diagnosis yang akurat dan tidak akurat dalam satuan persen (%)

Nominal

- Akurat

- Tidak Akurat

C. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah Analitik, dengan metode Observasi, sedangkan pendekatan yang digunakan ialah Crossectional yakni pengumpulan data variabel dilakukan pada saat yang bersamaan.(7)

D. Hipotesis Penelitian

HO = Tidak ada hubungan antara Spesifisitas diagnosis utama dengan akurasi kode penyakit.

Ha = Ada hubungan antara spesifisitas diagnosis utama dengan akurasi kode penyakit.

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah lembar RM 1 Dokumen Rekam Medis Rawat inap pada bagian filing pada tahun 2011 sebanyak 3833 Dokumen Rekam Medis .

2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik semi sistematic random sampling (sampel acak semi sistematis) dengan menggunakan ujung pensil yang dijatuhkan diatas table random, tabel random diperoleh dari angka acak (random number) menggunakan komputer, setelah pensil dijatuhkan sekali pada tabel random kemudian ditarik garis secara vertical keatas, kekanan dan kebawah dengan memberi jarak 2 baris untuk diambil nomornya pada tabel random sesuai dengan jumlah sampel yang ditentukan, Nomor urut yang dibaca sebanyak 3 digit dari belakang pada tabel random untuk dilihat nomor urutnya pada buku register pasien rawat inap untuk mendapatkan nomor rekam medis yang kemudian akan dicari pada

n

=

bagian filing. adapun besar sampel yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Rumus Sampel (n) yaitu

Keterangan :

n

= Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi

d²= Tingkat Keakuratan 10 % (0,1)(7)

Dari jumlah 3833 DRM, akan dihitung jumlah sampel populasi dengan perhitungan rumus n :

Dengan demikian, didapatkan sampel untuk dokumen rekam medis rawat inap sejumlah 98 dokumen rekam medis.

N 1 + N(d²)

n

= N 1 + N(d²) 3833 1 + 3833.(0,12) = 3833 1 + 3833.0,01 = 3833 1 + 38,33 = 3833 39,33 = = 97,45 => 98 DRM

G. Instrument Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Check – list untuk memasukkan kode yang sudah diperoleh dan untuk mengetahui akurat atau tidaknya kode yang dihasilkan, yang selanjutnya ditabulasikan kedalam table.

2. Tabulating yang akan digunakan untuk mengidentifikasi diagnosis yang spesifik atau tidak spesifik maupun kode diagnosis yang akurat atau tidak akurat dan untuk melakukan analisis hubungan menggunakan perhitungan rumus chi square.

3. ICD-10 volume 1 dan 3 untuk mengoreksi kode yang sudah dihasilkan.

H. Metode Pengumpulan Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer, pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, yaitu pengumpulan data dengan pengamatan secara langsung pada lembar RM 1 pada dokumen rekam medis rawat inap.

I. Pengolahan dan Analisa data

a. Pengolahan data

Terhadap data yang diperoleh dilakukan pengolahan data sebagai berikut :

1. Editing, yaitu meneliti kembali penulisan data yang dikumpulkan.

2. Tabulating, yaitu membuat tabel tentang keakuratan kode dan spesifikasi penulisan diagnosis utama.

3. Penyajian data, yaitu menyajikan data dalam bentuk tabel sehingga dapat diketahui gambaran kedalam bentuk naratif.

b. Analisis data

Data yang sudah terkumpul dan diolah kemudian dianalisis dengan melakukan uji statistik dan menggunakan metode Chi Square dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pengumpulan data dari dokumen rekam medis yaitu diagnosis utama dan kode diagnosis utama.

2. Mengidentifikasi diagnosis utama yang spesifik dan tidak spesifik.

N (a1.b2-a2.b1)²

(a1+b1) (a2+b2) (a1+a2) (b1+b2)

3. Mengidentifikasi kode diagnosis utama yang akurat dan tidak akurat.

4. Mentabulasikan diagnosis utama yang spesifik dan tidak spesifik serta kode diagnosis utama yang akurat dan tidak akurat kedalam table check list.

Diagnosis utama

Kode diagnosis utama

Spesifik Tidak Spesifik Total Akurat a1 a2 NA Tidak Akurat b1 b2 NB Total N1 N2 N Keterangan :

a1 = Diagnosis utama spesifik dengan kode akurat

a2 = Diagnosis utama tidak spesifik dengan kode akurat

b1 = Diagnosis utama Spesifik dengan kode tidak akurat

b2 = Diagnosis utama tidak spesifik dengan kode tidak akurat

5. Melakukan perhitungan dengan metode chi square dari analisis table dengan rumus sebagai berikut :

6. Menghitung x² table, penyimpangan populasi sebesar 0,1 atau 10 % dari table contingensi 2 x 2 dengan df = 1 sehingga didapatkan x² tabel = 2,71

7. Melakukan Analisis Penghitungan sesuai dengan hipotesis penelitian yaitu :

 x² hitung ≥ x² tabel = Ho ditolak, Ha diterima yang berarti terdapat hubungan antara Spesifilitas penulisan diagnosis utama dengan keakuratan kode diagnosis utama.

 x² hitung ≤ x² tabel = Ho diterima, Ha ditolak yang berarti tidak terdapat hubungan antara spesifilitas penulisan diagnosis utama dengan keakurtan kode diagnosis utama.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Gambaran Umum RS Bhayangkara Semarang

a. Pada tahun 1972 berdiri sebuah poliklinik yang terletak di Jl. MH. Thamrin No.5 Semarang yang waktu itu diberi nama poliklinik Bhayangkara polda Jawa Tengah.

b. Pada tahun 1999 untuk mengembangkan poliklinik Bhayangkara tersebut maka dicari tempat yang lebih luas dan strategis yaitu di Jl. Majapahit No. 140 Semarang dan status poliklinik meningkat menjadi poliklinik induk polda Jawa Tengah.

c. Pada tahun 2001 suatu tantangan dan perkembangan ke depan maka poliklinik induk Bhayangkara Polda Jawa Tengah diusulkan untuk ditingkatkan menjadi rumah sakit Bhayangkara tingkat IV Polda Jawa Tengah Skep/1549/X/2001

d. Melihat potensi yang ada dan prospek serta tantangan di kota semarang kedepan maka pada tahun 2002 oleh Kapolda Jawa Tengah diusulkan untuk membangun dan meningkatkan status Rumah Sakit Bhayangkara Semarang menjadi Rumah Sakit Bhayangkara Semarang menjadi Rumah sakit Bhayangkara tingkat III.

e. Pada tanggal 14 Oktober 2003, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia menyetujui untuk pengembangan dan pembangunan Rumah Sakit Bhayangkara Semarang menjadi Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat III, dimana pembangunannya sedang berlangsung saat ini.

2. Gambaran Umum Unit Rekam Medis RS Bhayangkara Semarang

a. Motto rekam medis RS Bhayangkara

“Sahabat Terdekat Menuju Sehat”

b. Visi rekam medis RS Bhayangkara

“ Menjadi Rumah Sakit yang professional, Bermutu, Terpercaya, Ramah, dan Menjadi Pilihan Masyarakat”

c. Misi rekam medis RS Bhayangkara

a) Memberikan pelayanan kesehatan yang professional, bermutu, dan terpercaya bagi masyarakat Polri Polda Jateng.

b) Memberikan dukungan yang professional, bermutu, dan terpercaya agar anggota Polri Polda Jateng siap melaksanakan tugas.

c) Memberi kontribusi yang positif bagi kesehatan masyarakat umum.

d) Menjadi Trauma Center yang professional, bermutu, dan terpercaya.

e) Menjadi tempat beraktivitas dan pengabdian yang nyaman dan sejahtera bagi anggotanya.

3. Bagian Unit Rekam Medis

a. Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Jalan (TPPRJ)

Pelayanan rekam medis di TPPRJ bertujuan menyediakan informasi tentang identitas pasien rawat jalan, jenis dan tarif pelayanan rawat jalan dan formulir, catatan dan laporan untuk pendaftaran rawat jalan.

b. Unit Rawat Jalan (URJ)

Pelayanan rekam medis di unit rawat jalan bertujuan menyediakan informasi hasil anamneses, pemeriksaan fisik, diagnosis, terapi, dan tindakan rawat jalan, waktu pelayanan dan penanggung jawab pemberi pelayanan rawat jalan.

c. Instalasi Gawat Darurat (IGD)

Pelayanan rekam medis di instalasi gawat darurat bertujuan menyediakan informasi hasil anamneses, pemeriksaan fisik, diagnosis, terapi, dan tindakan gawat darurat, waktu pelayanan dan penanggung jawab pemberi pelayanan gawat darurat.

d. Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Inap (TPPRI)

Pelayanan reekam medis di TPPRI bertujuan menyediakan informasi tentang identitas pasien rawat inap, jenis dan tarif

pelayanan rawat inap dan formulir, catatan dan laporan untuk pendaftaran rawat inap.

e. Unit Rawat Inap (URI)

Pelayanan rekam medis di unit rawat inap bertujuan menyediakan informasi hasil anamnese, pemeriksaan fisik, diagnosis, terapi, dan tindakan rawat inap, waktu pelayanan dan penanggung jawab pemberi pelayanan rawat inap serta jumlah dan nama pasien masuk dan keluar disetiap bangsal rawat inap.

f. Instalasi Pemeriksaan Penunjang (IPP)

Pelayanan rekam medis di instalasi pemeriksaan penunjang bertujuan menyediakan informasi hasil-hasil pemeriksaan penunjang medis untuk menegakkan diagnosis atau terapi yang diminta oleh dokter di rumah sakit, oleh dokter atau pasien luar rumah sakit, waktu pelayanan pemeriksaan penunjang.

4. Spesifikasi Diagnosis Utama

Dari 98 sampel yang diteliti diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4.1 : Spesifisitas Diagnosis Utama Dokumen Rekam Medis Rawat inap di RS. Bhayangkara semarang periode 2011.

Spesifisitas ∑ Diagnosis Utama % Diagnosis Utama

Spesifik 77 78,57 %

Tidak Spesifik 21 21,42 %

Hasil penelitian tersebut diatas dapat diperjelas dengan gambaran grafik batang dibawah ini :

Grafik 4.1 : Spesifisitas Diagnosis Utama Dokumen Rekam Medis Rawat Inap :

78,57 %

21,42 %

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Spesifik Tidak Spesifik

Spesifikasi Penulisan Diagnosis Utama

Dari hasil grafik diatas dapat disimpulkan bahwa penulisan diagnosis utama yang spesifik adalah sebesar 78,57 % dokumen rekam medis dan yang tidak spesifik sbesar 21,42 % dokumen rekam medis.

5. Akurasi Kode Diagnosis Utama

Dari 98 sampel yang diteliti diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4.2 : Akurasi Diagnosis Utama Dokumen Rekam Medis Rawat inap di RS. Bhayangkara semarang periode 2011.

Akurasi Kode ∑ Kode Diagnosis Utama

% Akurat dan tidak akurat

Akurat 79 80,61 %

Tidak Akurat 19 19,38 %

Jumlah 98 100 %

Hasil penelitian tersebut diatas dapat diperjelas dengan gambaran grafik batang dibawah ini :

Grafik 4.2 : Spesifisitas Diagnosis Utama Dokumen Rekam Medis Rawat Inap :

80,61 %

19,38 %

0

20

40

60

80

100

Akurat Tidak Akurat

Akurasi Kode Diagnosis Utama

Dari hasil grafik diatas dapat disimpulkan bahwa kode diagnosis utama yang akurat adalah sebesar 80,61 % dokumen rekam medis dan yang tidak akurat sebesar 19,38 % dokumen rekam medis.

6. Hubungan Spesifisitas Diagnosis Utama dan Akurasi Kode Diagnosis Utama

Dari 98 sampel yang diteliti diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4.3 : Tabel bivariat akurasi kode penyakit pada diagnosis yang spesifik dan tidak spesifik dokumen rekam medis rawat inap berdasarkan ICD-10 di RS Bhayangkara Semarang periode 2011.

Prosentase kode tidak akurat pada diagnosis yang tidak spesifik adalah sebesar (71,42 %) dokumen rekam medis rawat inap lebih besar daripada prosentase kode tidak akurat pada diagnosis yang spesifik (5,19 %).

Dari 98 sampel terdapat 73 sampel dengan diagnosis utama spesifik dan kode penyakit akurat, 4 sampel dengan diagnosis utama spesifik dan kode penyakit tidak akurat, 6 sampel dengan diagnosis utama tidak spesifik dan kode penyakit akurat dan 15 sampel dengan diagnosis utama tidak spesifik dan kode penyakit tidak akurat. (rincian tabel dapat dilihat pada tabel 4.3 dan lampiran).

DiagnosiUtama

Kode Penyakit

Total Akurat Tidak Akurat

∑ % ∑ % ∑ %

Spesifik ∑ 73 94,80 % 4 5,19 % 77 100 %

Tidak Spesifik

N (a1.b2-a2.b1)²

(a1+b1) (a2+b2) (a1+a2) (b1+b2) 98 (73.15-6.4)² (73+4) (6+15) (73+6) (4+15) 98 (1095 - 24)² (77) (21) (79) (19) 98 (1071)² 2427117

Hasil pengolahan data dengan perhitungan chi- squre diperoleh sebagai berikut

x² hitung =

Dari hasil pengolahan data diperoleh X² hitung= 46,31 jadi X² hitung > dari X² tabel (2,71). Maka Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya ada hubungan antara spesifikasi diagnosis utama dengan akurasi kode penyakit.

B. PEMBAHASAN

Berdasarkan atas hasil pengamatan di bagian koding unit rekam medis RS. Bhayangkara Semarang diperoleh hal-hal sebagai berikut :

Terdapat Hubungan Antara Spesifisitas Penulisan Diagnosis Utama dan Akurasi Kode Diagnosis Utama.

Dari 98 sampel yang diambil, didapatkan bahwa prosentase Diagnosis utama tidak spesifik dengan kode penyakit tidak akurat sebesar (71,42 %) dan prosentase diagnosis utama spesifik dengan kode penyakit tidak akurat sebesar (5,19 %) hal ini menunjukkan bahwa pada penulisan diagnosis utama yang tidak spesifik akan menghasilkan kode diagnosis

=

=

=

utama yang tidak akurat yang lebih besar dibandingkan penulisan diagnosis utama yang spesifik. Penyebab diagnosis tidak spesifik dikarenakan dokter kurang spesifik dalam menuliskan diagnosis utama seperti contoh dalam penulisan diagnosis utama Embolism of artery, seharusnya dokter dapat menuliskan diagnosis yang lebih spesifik yaitu dengan menambahkan letak topografi sehingga kode yang dihasilkan akan lebih spesifik.

Tingginya kode tidak akurat tersebut diatas disebabkan karena dokter seringkali menuliskan diagnosis utama yang kurang spesifik seperti yang diisyaratkan ICD-10 yang meliputi kondisi akut dan kronis, letak anatomik yang detail, tahapan penyakit, ataupun komplikasi dan kondisi penyerta.

Sesuai dengan aturan morbiditas dalam ICD-10 volume 2, bahwa petugas medis yang bertanggung jawab atas pengobatan pasien harus dapat menetapkan diagnosa seinformatif mungkin sesuai ICD-10 dan disusun secara sistematis dengan menggunakan metode standar pencatatan, sedangkan petugas rekam medis bertanggung jawab untuk mengevaluasi kualitas rekam medis guna menjamin konsistensi dan kelengkapan isinya, sehingga kode penyakit yang dihasilkan akurat dan sesuai dengan aturan umum koding morbiditas ICD-10 (1)

Selain itu kitidakakuratan kode diagnosis utama juga dikarenakan faktor-faktor lain, diantaranya yaitu karena kurang telitinya petugas koding dalam menganalisis lembar-lembar rekam medis rawat inap seperti Anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan lembar-lembar

rekam medis lainnya yang dapat memberikan informasi tambahan terkait dengan diagnosis utama yang tertera dalam RM 1.

Dari hasil pengolahan data diperoleh hasil X² table 2,71 dan X² hitung 46,31 (X² hitung > X² table), maka Ho ditolak dan Ha diterima, hal ini menunjukkan adanya hubungan antara spesifisitas diagnosis utama dengan akurasi kode penyakit.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV maka dapat disimpulkan :

1. Untuk Spesifisitas diagnosis utama pada dokumen rekam medis rawat inap didapatkan sebesar 78,57 % dokumen rekam medis dengan penulisan diagnosis yang telah spesifik.

2. Prosentase kode penyakit yang tidak akurat pada diagnosis utama yang spesifik adalah sebesar 5,19 % dokumen rekam medis rawat inap lebih kecil dibandingkan pada diagnosis yang tidak spesifik ketidakakuratan kode mencapai 71,42 % dokumen rekam medis rawat inap.

3. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan x2 hitung = 46,31 (x2 hitung > x2 tabel) hal ini menunjukkan adanya hubungan antara spesifisitas diagnosis utama dengan akurasi kode penyakit.

1. Untuk peneliti lain, perlu adanya pengembangan penelitian selanjutnya untuk menggali faktor penyebab penulisan diagnosis utama tidak spesifik.

2. Perlu adanya peningkatan pengetahuan petugas koding dengan cara diikutka dalam pelatihan koding ICD-10.

3. Petugas koding sebaiknya lebih aktif dan teliti dalam mencari informasi jika menemukan diagnosis utama yang tidak spesifik dengan menganalisis lembar-lembar RM lain, atau jika perlu menanyakan pada dokter yang menuliskan diagnosis.

4. Perlu adanya audit terhadap koding yang ditulis secara spesifik dan akurat sebagai pengawasan terhadap mutu koding ICD-10.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kresnowati, Lily. Hand out KPT I General Koding Tidak dipublikasikan. Semarang. 2010.

2. Shofari, Bambang. Pengolahan Sistem Rekam Medis Kesehatan, Semarang.2004 (tidak dipublikasikan).

3. Kresnowati, Lily. Hand out KPT II Morbiditas Coding Tidak dipublikasikan. Semarang. 2010.

4. Huffman, Edna K Health Information Management Physician Record Company. Borwyn. Llinois.1999

5. Dirjen YanMed, Depkes RI. Pedoman Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia.DepKes RI, Jakarta : 1997

6. Depkes RI. Dirjen Yanmed. Pelatihan Penggunaan Klasifikasi International Mengenai Penyakit Revisi X (ICD-10). Jakarta.2000

7. Mahawati, Eni. Modul Metodologi Penelitian. D III Rekam Medis Informasi Kesehatan Fakultas Kesehatan. Universitas Dian Nuswantoro Semarang (tidak dipublikasikan)

8. Jihad, Winner. Uji Kebebasan Chi Square. Winner statistic blogspot. 2008 diakses pada 1 Juli 2011

9. Rahmat. Teknik Pengambilan Sampel Simple Random Sampling. Bloger.or.id 2011 diakses pada 30 Juni 2011.

Dokumen terkait