• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di desa Tanjung Selamat, Medan dengan ketinggian tempat 25 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni 2011 sampai dengan bulan September 2011.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan adalah benih jagung dari 10 varietas (Pioneer 12, Pioneer 23, Bisi 2, Bisi 12, Bisi 16, SHS 2, SHS 12, NK 22, NK 99 dan DK 3), pupuk dan air.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor, ember, tugal, garpu, gunting, pisau, meteran, tali plastik, papan nama, papan sampel, cat, kuas, alat tulis dan mikroskop.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Non Faktorial. Varietas yang diuji adalah :

V1 = Pioneer 12 V6 = SHS 2 V2 = Pioneer 23 V7 = SHS 12 V3 = Bisi 2 V8 = NK 22

V4 = Bisi 12 V9 = NK 99

Jumlah ulangan diperoleh dengan rumus : t (r-1) ≥ 15 10 (r-1) ≥ 15 10 r – 10 ≥ 15 10 r ≥ 25 r ≥ 2,5 3 (dibulatkan) Jumlah ulangan : 3

Jumlah plot : 3 x 10 = 30 plot Jumlah tanaman per plot : 24 tanaman Jumlah seluruh tanaman : 720 tanaman Jumlah sampel yang diamati : 4 sampel/plot Jarak antar plot : 50 cm

Paret keliling : 30 cm

Jarak tanam : 70 cm x 30 cm Ukuran plot : 280 cm x 210 cm Luas lahan : 26,1 m x 10,1 m = 263,61 m2 (Sugandi dan Sugiarto, 1994)

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan model linier sebagai berikut :

Yij = µ + ρi + τj + εij Dimana :

Yij = data percobaan µ = efek nilai tengah

ρi = efek blok dari taraf ke-i τj = efek perlakuan dari taraf ke-j εij = efek error

(Bangun, 1991).

Pelaksanaan Penelitian Pengolahan Lahan

Lahan dibersihkan dari sisa- sisa gulma. Pengolahan dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu dilakukan terlebih dahulu pencangkulan tanah sedalam 20-30 cm (sedalam perakaran jagung). Pengolahan bertujuan memperbaiki tekstur tanah dan sirkulasi udara dalam tanah,memberikan tambahan humus, serta mendorong aktivitas mikroba tanah. Kemudian meratakan tanah yang telah dicangkul sehingga bongkahan tanah menjadi halus, Setelah itu tanah digemburkan kembali dengan membalik tanah sekaligus membuat petak- petak percobaan dengan ukuran yang telah ditentukan yaitu 2,8 m x 2,1 m.

Penanaman Benih

Penanaman benih jagung (Pioneer 12, Pioneer 23, Bisi 2, Bisi 12, Bisi 16, SHS 2, SHS 12, NK 22, NK 99 dan DK 3) dilakukan dengan menggunakan tugal dengan kedalaman ± 2,5- 5 cm dan jarak tanam 70 cm x 30 cm. Pada setiap lubang dimasukkan terlebih dahulu pupuk kompos kemudian dimasukkan 2 benih jagung dan ditutup kembali dengan pupuk kompos dan tanah yang gembur. Bila kedua benih telah tumbuh maka dipilih satu tanaman saja yang paling bagus.

sebanyak 200 kg/ ha dan KCL sebanyak 50 kg/ ha. Pada pemupukan pertama sebagai pupuk dasar, Urea yang digunakan adalah 200 kg/ ha (sekitar 4,2 gr/ tanaman), SP-36 sebanyak 4,2 gr/ tanaman dan KCL sebanyak 1,05 gr/ tanaman. Dengan jarak pemberian 10 cm dari tanaman. Pemupukan kedua dilakukan pada 35 hst, pupuk yang diberikan hanya Urea dengan dosis 150 kg/ha (sekitar 3,15

gr/tanaman) dengan jarak pemberian 15 cm dari tanaman (Syafruddin dan Akil, 2007).

Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan penyiangan gulma, penyiraman, penyulaman, pembumbunan tanah dan pengendalian hama dan penyakit. Penyiangan dilakukan sebanyak 2 kali, yakni 3 minggu setelah tanam (MST) dan 6 MST. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dapat menggunakan tangan atau cangkul kecil yang bertujuan untuk membersihkan gulma dari areal pertanaman. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman, dikarenakan tanaman pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah.

Penyiraman dilakukan 2 kali sehari yakni pada pagi dan sore hari apabila kondisi tanah kering. Tetapi apabila hujan dan kondisi tanah telah lembab penyiraman tidak dilakukan. Penyiraman cukup dilakukan disekitar perakaran tanaman.

Penjarangan dilakukan pada saat umur tanaman 14 hari dengan memotong tanaman yang tumbuhnya tidak baik dengan pisau atau gunting tepat di atas permukaan tanah dan meninggalkan satu tanaman yang terbaik terutama tanaman sampel pada setiap lubang tanam untuk parameter pengamatan. Pencabutan

tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh.

Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati. Dilakukan 7-10 hari setelah tanam (hst). Pembumbunan dilakukan dengan menimbun tanah pada batang bawah tanaman jagung yang bertujuan untuk menutupi akar yang terbuka dan untuk membuat pertumbuhan tanaman tetap tegak dan kokoh.

Panen

Kriteria panen pada jagung umumnya kira- kira setelah tanaman berumur 98-100 hari setelah tanaman (hst), pada saat daun telah menguning dan kering ini pun tergantung kepada varietas jagung yang digunakan, biji jagung telah berwarna kuning kemerahan dan telah mengeras, klobot daun telah menguning dan kering dan rambut berwarna coklat kehitaman. Bila kelobot dikupas terlihat biji jagung mengkilat dan bila ditusuk dengan kuku ibu jari tidak tampak bekas goresan, atau pangkal biji (lapisan absisi) sudah tampak menghitam, maka jagung siap panen.

Parameter Pengamatan Intensitas Serangan Penyakit

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah intensitas serangan P. polysora Underw. pada daun tanaman jagung. Pengamatan pertama dilakukan pada tanaman yang berumur 45 hari setelah tanam (hst), dengan interval waktu pengambilan data satu kali dalam seminggu sebanyak 8 kali. Dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

IS : Intensitas Serangan Penyakit n : Jumlah daun dari kategori serangan v : Nilai skala dari kategori serangan

Z : Nilai skala dari kategori serangan tertinggi N : Jumlah seluruh daun yang diamati

Kategori nilai skor serangan: 0 : Tidak ada gejala serangan

1 : Luas kerusakan pada permukaan daun 1- 5 % 3 : Luas kerusakan pada permukaan daun 6- 25% 5 : Luas kerusakan pada permukaan daun 26- 50% 7 : Luas kerusakan pada permukaan daun 51- 75% 9 : Luas kerusakan pada permukaan daun 76- 100% (Sudjono dan Sudarmadi, 1989).

Kategori ketahanan varietas terhadap penyakit ini adalah sebagai berikut :

- Varietas resisten yaitu apabila tingkat serangan penyakit di lapangan kurang dari 10%.

- Varietas toleran yaitu apabila tingkat serangan penyakit di lapangan antara 11-25%.

- Varietas setengah toleran yaitu apabila tingkat serangan penyakit di lapangan berkisar antara 26-50%.

- Varietas peka yaitu apabila tingkat serangan penyakit di lapangan lebih dari 50%

(Sumartini, 1989)

Produksi

Produksi dihitung dengan menimbang berat bersih biji jagung pipilan kering dari masing-masing plot perlakuan (kg/plot) pada akhir masa percobaan, lalu hasilnya dikonversikan ke dalam ton/ha, dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

Y = Produksi dalam ton/ha X = Produksi dalam kg/plot L = Luas plot dalam m2

(Tim Bimbingan Teknis BPTP/LPTP, 1999).

kg m2 x L X Y 1000 10000 

Dokumen terkait