• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Analisis hubungan curah hujan, jumlah kendaraan terhadap konsentrasi

Suspended Particulate Matter (SPM) di Kota Medan dilakukan untuk rentang tahun 2001-2009.

2. Analisis hubungan curah hujan terhadap kimia air hujan (Kation dan Anion) di Kota Medan dilakukan untuk 2009.

3. Data diolah secara statistik berdasarkan metode korelasi Pearson linier sederhana.

4. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software SPSS 12.0.

1.6. Sistematika Penulisan

Laporan tugas akhir ini disusun dalam lima bab yaitu sebagai berikut:

Bab 1 Pendahuluan

Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, tujuan penelitian, rumusan masalah, batasan masalah, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab ini menjelaskan landasan teori yang digunakan dalam penelitian, yaitu pencemaran udara, partikulat di udara, kimia air hujan, dampak pencemaran udara, dan teori korelasi.

Bab 3 Metodologi Penelitian

Bab ini membahas penyelesaian pengolahan data yang akan dianalisis, dan alat bantu yang akan digunakan.

Bab 4 Hasil dan Pembahasan

Bab ini memberikan hasil uji korelasi pada data-data SPM dan KAH dengan beberapa faktor yang mempengaruhinya.

Bab 5 Kesimpulan dan saran

Bab ini memberikan kesimpulan dari hasil analisa data-data yang telah dilakukan dan juga memberikan saran-saran untuk penelitian selanjutnya.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kota Medan

Kota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar di Pulau Sumatera. Sejak tahun 1950, Medan telah beberapa kali melakukan perluasan areal, dari 1.853 ha menjadi 26.510 ha di tahun 1974. Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar (265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut. Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli. Kota Medan mempunyai iklim tropis, pada tahun 2009 suhu minimum berkisar antara 22,5oC-24,0oC. Suhu maksimum berkisar 31oC-33,3oC. Kelembaban rata-rata udara di wilayah Kota Medan pada tahun 2009 ialah 86%, dan kecepatan angin rata-rata sebesar 1,73 m/sec (menurut stasiun sampali).

Secara administratif, batas wilayah Medan adalah sebagai berikut: Utara berbatasan dengan Selat Malaka, Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang, Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang, dan Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kota Medan adalah 2.109.339 jiwa, yang terdiri atas 1.040.680 laki-laki dan 1.068.659 perempuan (sumber BPS Kota Medan). Luas hutan kota di Medan kini hanya 31,2 hektar. Selain hutan kota, di Medan terdapat 111 taman kota seluas

124,664 hektar (sumber menlh). Hutan kota, selain sebagai paru-paru kota, berfungsi untuk menetralisasi hujan asam sebagian besar wilayah Kota.

2.2. Pencemaran Udara

2.2.1. Pengertian Pencemaran Udara

Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global.

Menurut Chambers (1976) dan Masters (1991), yang dimaksud dengan pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu, sehingga dapat dideteksi oleh manusia (atau yang dapat dihitung dan diukur) serta dapat memberikan efek pada manusia, binatang, vegetasi dan material. Selain itu pencemaran udara dapat pula dikatakan sebagai perubahan atmosfer oleh karena masuknya bahan kontaminan alami atau buatan ke dalam atmosfer tersebut (Parker, 1980). Menurut Kumar (1987), pencemaran udara adalah adanya bahan polutan di atmosfer yang dalam konsentrasi tertentu akan mengganggu keseimbangan dinamik di atmosfer dan mempunyai efek pada manusia dan lingkungannya.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun 1999 mengenai Pengendalian Pencemaran udara, yang dimaksud dengan pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam udara ambient oleh kegiatan manusia sehingga mutu udara ambient turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambient tidak memenuhi fungsinya. Di mana udara ambien adalah udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada di dalam

wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya.

Pengertian lain dari pencemaran udara adalah adanya bahan kontaminan di atmosfer karena ulah manusia. Hal ini untuk membedakan dengan pencemaran udara alamiah dan pencemaran udara di tempat kerja. Udara sebagai salah satu sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, merupakan kebutuhan utama bagi manusia, hewan dan tanaman dalam mempertahankan hidupnya. Polusi udara dapat disebabkan oleh aktivitas manusia yaitu antara lain oleh industri, alat transportasi, aktivitas rumah tangga dan perkantoran. Diantara sumber polutan tersebut kendaraan bermotor merupakan sumber polutan terbesar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh JICA dan Bapedal tahun 1995 dan studi ADB bekerja sama dengan KLH pada tahun 2001, kendaraan bermotor memberikan kontribusi lebih dari 70% terhadap pencemaran udara di kota-kota besar di Indonesia.

2.2.2. Sumber Pencemaran Udara

Hampir semua kegiatan manusia memasukan pencemar ke dalam atmosfer. Proses alami juga memasukan bahan-bahan lain selain yang kita anggap sebagai unsur penyusun udara bersih. Setelah pencemar dipancarkan, bahan ini menyebar terbawa angin dan tercampur secara horizontal dan vertical oleh pembaur bergalik dan gegolak. Lama waktu rata-rata pencemar menetap dalam atmosfer berbeda-beda. Untuk zarah besar dan untuk gas yang reaktif, lama waktu itu mungkin hanya dalam ukuran menit atau paling besar dalam ukuran jam. Untuk belerang dioksida lama waktu tersebut diperkirakan beberapa hari, tetapi untuk karbon monoksida dapat beberapa bulan.

Jika pencemar dikeluarkan secara merata di permukaan bumi dan bercampur diseluruh atmosfer, maka sekalipun pencemar dengan masa-bertahan yang cukup panjang, akan memiliki kadar yang demikian rendah sehingga tidak ada artinya dibanding dengan tingkat pencemaran rata-rata saat ini. Tetapi karena pencemaran

tersebut terjadi di daerah yang kecil, dan diperlukan waktu bagi pencemar tersebut untuk menyebar, maka terkumpullah kadar cemaran yang tidak dapat diterima.

Sumber pencemaran udara secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua sumber utama yaitu:

a. Sumber alamiah: Pencemaran udara yang berasal dari sumber alamiah ini berasal dari kejadian-kejadian atau aktivitas alam yang tidak dapat diduga sebelumnya, seperti letusan gunung berapi, keluarnya gas beracun akibat gempa bumi, dan lain-lain.

b. Sumber buatan manusia: Kegiatan manusia dapat mengubah lingkungan hidup yang antara lain disebabkan oleh perkembangan budaya, penggunaan ilmu dan teknologi, serta diringi oleh pola konsumsi yang berlebihan. Beberapa aktifitas manusia yang dapat menimbulkan pencemaran udara antara lain aktifitas transportasi, pembangkit listrik, proses pembakaran tidak sempurna, pembakaran bahan baker baik kegiatan industri maupun dosmestik, serta kegiatan industri dan pertambangan.

(Sumber: DJMIGAS 2010)

Gambar 2.1 Grafik Konsumsi Bahan Bakar Minyak Domestik Dari Berbagai Sektor Di Indonesia

2.2.3. Klasifikasi Bahan Pencemar Udara

Bahan pencemar udara atau polutan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu polutan primer dan polutan sekunder. Polutan primer adalah polutan yang dikeluarkan langsung dari sumber tertentu, dan dapat berupa polutan gas dan partikel. Polutan gas terdiri dari senyawa karbon (yaitu hidrokarbon teroksigensi, dan karbon oksida), senyawa sulfur (sulfur oksida), senyawa nitrogen (yaitu nitrogen oksida dan amoniak), senyawa halogen (fluor, klorin, hidrogen klorida, hidrokarbon terklorinasi). Partikel yang di atmosfer mempunyai karakteristik yang spesifik, dapat berupa zat padat maupun suspensi aerosol cair di atmosfer. Bahan partikel tersebut dapat berasal dari proses kondensasi, proses disperse (misalnya proses menyemprot) maupun proses erosi bahan tertentu. Asap (smoke) seringkali dipakai untuk menunjukkan campuran bahan partikulat (particulate matter), uap (fumes), gas, dan kabut (mist).

Polutan sekunder biasanya terjadi karena reaksi dari dua atau lebih bahan kimia di udara dan bentuk perubahannya sebagai hasil rekasi kimia, misalnya reaksi foto kimia. Sebagai akibat semua reaksi tersebut, kadar pencemar primer berkurang dan kadar pencemar sekunder meningkat. Reaksi kimia lainnya terjadi lebih lambat, sehingga perubahan sifat pencemar itu terjadi pada jarak yang lebih jauh dari sumbernya. Jadi belerang dioksida ( ) berangsur-angsur teroksidasi lebih lanjut menjadi belerang trioksida ( ), yang memiliki afinitas yang kuat terhadap molekul air dan bergabung dengan molekul air tersebut membentuk tetes-tetes asam sulfat ( ). Tetes asam sulfat ini dapat bergabung dengan amoniak, yang sering terdapat di udara sebagai hasil pembusukan tumbuhan, sehingga membentuk zarah ammonium sulfat. Polutan sekunder ini mempunyai sifat fisik dan sifat kimia yang tidak stabil.

2 SO 3 SO 4 2SO H

Proses kecepatan dan arah reaksinya dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: a. konsentrasi relatif dari bahan reaktan

b. derajat fotoaktivasi c. kondisi iklim

d. topografi lokal dan adanya embun.

2.2.4. Dampak Pencemaran Udara

Pencemaran udara berdasarkan pengaruhnya terhadap gangguan kesehatan dibedakan menjadi 3 jenis :

a. Irintasia: Biasanya polutan ini bersifat korosif. Merangsang proses peradangan hanya pada saluran pernapasan bagian atas, yaitu saluran pernapasan mulai dari hidung hingga tenggorokkan. Misalnya Sulfur Dioksida, Sulfur Trioksida, Amoniak, debu. Iritasi terjadi pada saluran pernapasan bagian atas dan juga dapat mengenai paru-paru sendiri.

b. Asfiksia: Disebabkan oleh ber-kurangnya kemampuan tubuh dalam menangkap oksigen atau mengakibatkan kadar O2 menjadi berkurang. Keracunan gas Karbon Monoksida mengakibatkan CO akan mengikat hemoglobin sehingga kemampuan

hemoglobin mengikat O2 berkurang terjadilah Asfiksia. Yang termasuk golongan ini adalah gas Nitrogen, Oksida, Metan, Gas Hidrogen dan Helium.

c. Anestesia: Bersifat menekan susunan syaraf pusat sehingga kehilangan kesadaran, misalnya aeter, aetilene, propane dan alkohol alifatis.

Pencemaran udara dapat berupa gas dan partikel. Adapun dampak kedua jenis zat pencemar ini diberikan pada tabel 2.1. dan tabel 2.2.

Tabel 2.1 Dampak pencemaran udara berupa gas

No Bahan pencemar Sumber Dampak/akibat pada individu/masyarakat 1. Sulfur Dioksida (SO2)

Batu bara atau bahan bakar minyak yang mengandung Sulfur. Pembakaran limbah pertanah.

Proses dalam industri.

Menimbulkan efek iritasi pada saluran nafas sehingga menimbulkan gejala batuk dan sesak nafas.

2. Hidrogen Sulfa (H2S)

Dari kawah gunung yang masih aktif.

Menimbulkan bau yang tidak sedap, dapat merusak indera penciuman (nervus olfactory) 3. Nitrogen Oksida (N2O) Nitrogen Monoksida (NO) Nitrogen Dioksida (NO2) Berbagai jenis pembakaran.

Gas buang kendaran bermotor.

Peledak, pabrik pupuk.

Menggangu sistem pernapasan. Melemahkan sistem pernapasan paru dan saluran nafas sehingga paru mudah terserang infeksi.

4. Amoniak (NH3) Proses Industri

Menimbulkan bau yang tidak sedap/menyengat. Menyebabkan sistem pernapasan, Bronchitis, merusak indera penciuman. 5. Karbon Dioksida (CO2)Karbon Monoksida (CO)Hidrokarbon Semua hasil pembakaran.Proses Industri.

Menimbulkan efek sistematik, karena meracuni tubuh dengan cara pengikatan hemoglobin yang amat vital bagi oksigenasi jaringan tubuh akaibatnya apabila otak kekurangan oksigen dapat menimbulkan

kematian. Dalam jumlah kecil dapat menimbulkan gangguan berfikir, gerakan otot, gangguan jantung.

Tabel 2.2 Dampak Pencemaran udara berupa partikel No Bahan pencemar Sumber Dampak/akibat pada

individu/masyarakat 1. Debu - partikel Debu domestik maupun dari industri Gas buang kendaraan bermotor Peleburan timah hitamPabrik battere

Menimbulkan iritasi mukosa, Bronchitis, menimbulkan fibrosis paru.

Dampak yang di timbulkan amat membahayakan, karena dapat meracuni sistem pembentukan darah merah . Menimbulkan gangguan pembentukan sel darah merahPada anak kecil menimbulkan penurunan kemampuan otakPada orang dewasa menimbulkan anemia dan gangguan tekanan darah tinggi.

2 Benzen Kendaraan

bermotor.Daerah industri.

Menimbulkan gangguan syaraf pusat.

3 Partikel polutan bersifat biologis berupa : Bakteri, jamur, virus, Daerah yang kurang bersih lingkungannya

Pada pencemaran udara ruangan yang ber AC dijumpai beberapa jenis bakteri yang mengakibatkan penyakit pernapasan.

2.3. Partikulat di Udara

Salah satu parameter pencemar udara adalah debu (suspended particulate matter).

Saat ini pembahasan tentang partikulat sebagai pencemar udara menjadi perhatian di berbagai Negara, mengingat terdapat bukti kuat mengenai korelasi antara polusi udara dan dampaknya pada kesehatan manusia terutama yang disebabkan oleh partikulat (World Bank, 2003). Secara keseluruhan partikulat debu di atmosfir disebut sebagai

2.3.1. Definisi Partikulat

Materi partikulat (particulate matter) didefinisikan sebagai material dalam bentuk solid maupun liquid di udara dengan ukuran diameter partikel sekitar 0,005μmhingga 100μm meskipun yang dalam bentuk suspensi secara umum kurang dari 40μm(1μm= 1 mikron meter=10-4 cm). Partikulat yang berukuran 2 – 40 mikron tidak bertahan terus di udara dan akan segera mengendap. Partikulat yang tersuspensi secara permanen di udara juga mempunyai kecepatan pengendapan, tetapi partikulat-partikulat tersebut tetap di udara karena gerakan udara.

Partikulat di udara tidak hanya dihasilkan dari emisi langsung berupa partikulat, tetapi juga dari emisi gas-gas tertentu yang mengalami kondensasi dan membentuk partikulat, sehingga ada partikulat primer dan sekunder. Partikulat primer adalah partikel yang langsung diemisikan berbentuk partikulat, sedangkan partikel sekunder adalah partikel yang terbentuk di atmosfer.

Beberapa istilah yang digunakan untuk menjelaskan partikulat, yakni:

a. Dust (debu): Debu berukuran antara 1-104 μm. Merupakan partikel padat, berukuran kecil, berasal dari pecahan massa yang lebih besar, terjadi melalui proses penghancuran, pengasahan, peledakan pada proses atau penanganan material seperti semen, batubara.

b. Fumu (Uap): Diameter partikel uap antara 0,03 hingga 0,3μm. Merupakan partikel padatan dan halus sering berupa oksida logam, berbentuk melalui kondensasi uap materi padatan dari proses sublimasi, ataupun pelelehan logam.

c. Mist (kabut): Mist memiliki diameter kurang dari 10 μm. Merupakan partikel cair berasal dari proses kondensasi uap air, umumnya tersuspensi dalam atmosfer atau berada dekat dengan permukaan tanah.

d. Fog (kabut): Fog adalah mist bila konsentrasi mist cukup tinggi sehingga menghalangi pandangan.

e. Fly ash (abu terbang): Fly ash memiliki diameter antara 1sampai 103μm. Abu terbang merupakan partikel yang tidak terbakar pada proses pembakaran, terbentuk pada proses pembakaran batubara. Fly ash umumnya terdiri dari material dan logam anorganik.

f. Spray (uap). Uap memiliki range diameter antara 10 sampai 103μm.

2.3.2. Efek Partikulat

Besarnya efek yang ditimbulkan oleh partikulat merupakan fungsi dari range ukuran partikulat di udara, konsentarasi partikel serta komposisi fisik-kimia partikel di udara. Polutan partikulat yang berasal dari kendaraan bermotor umumnya merupakan fasa padat dari pembakaran tak sempurna bahan bakar minyak yang terdispersi dalam udara dan membentuk asap (suspensi partikel kecil di udara atau aerosol yang berasal dari pembakaran tak sempurna dari suatu bahan bakar).

Asap ini dapat mengurangi jarak pandang karena partikulat memencarkan dan memantulkan sinar matahari sehingga mengurangi intensitas sinar yang jatuh ke permukaan bumi, intensitas pengurangan jarak pandang ini tergantung kepada ukuran dan bentuk dari partikulat. Menurunnya jarak pandang berdampak negatif terhadap sistem transportasi. Asap ini juga menyebabkan kotornya pakaian dan bahan tekstil, korosi pada bahan bangunan dari logam serta merusak cat bangunan. Hal ini dapat memperlama periode hujan dan salju. Selain itu asap juga dapat merusak kesehatan mahluk hidup. Partikulat yang menempel pada permukaan daun dapat merusak jaringan daun jika terserap ke dalamnya. Selain itu partikulat akan menutup stomata sehingga mengurangi kemampuan tumbuhan untuk berfotosintesis dan mengganggu pertumbuhannya. Hewan yang memakan tumbuhan yang terlapisi oleh partikukat dapat mengalami gangguan pencernaan bahkan kematian karena keracunan zat-zat berbahaya yang terdapat pada partikulat tersebut.

Efek partikulat pada kesehatan manusia menjadi berbahaya dikarenakan ukuran partikulat yang sangat kecil dapat menembus system pernapasan sampai ke bagian paru-paru bagian dalam. Terlebih lagi partikulat dapat mengikat polutan lain yang terdapat di dalam udara. Pada konsentrasi tinggi, partikulat tersuspensi berbahaya terhadap kesehatan manusia terutama terhadap pernafasan. Tingkat bahaya dipengaruhi oleh ukuran partikulat yang dihirup dan seberapa jauh memasuki saluran pernafasan.

Tanda-tanda kerusakan daun akibat pencemar udara terutama adalah:

a. Nercrocis atau hilangnya warna daun. Necrocis menandakan adanya jaringan yang mati pada struktur daun.

b. Chlorosis atau hilangnya klorofil. Klorosis merupakan gejala umum pada tumbuhan, umumnya disebabkan kekurangan beberapa nutrient. Klorosis ditandai oleh warna hijau pucat atau warna kuning pada sturktur daun.

c. Bercak pada permukaan atas daun.

2.4. Hujan

Hujan merupakan satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan. Presipitasi sendiri dapat berwujud padat (misalnya salju dan hujan es) atau aerosol (seperti embun dan kabut). Hujan terbentuk apabila titik air yang terpisah jatuh ke bumi dari awan. Tidak semua air hujan sampai ke permukaan bumi karena sebagian menguap ketika jatuh melalui udara kering. Hujan jenis ini disebut sebagai virga, yaitu tetes air (hujan) atau es yang jatuh dari atmosfer tetapi tidak sampai ke permukaan tanah.

Hujan memainkan peranan penting dalam siklus hidrologi. Lembaban dari laut menguap, berubah menjadi awan, terkumpul menjadi awan mendung, lalu turun kembali ke bumi, dan akhirnya kembali ke laut melalui sungai dan anak sungai untuk mengulangi daur ulang itu semula. Jumlah air hujan diukur menggunakan pengukur hujan atau rain gauge. Jumlah air hujan tersebut dinyatakan sebagai kedalaman air yang terkumpul pada permukaan datar, dan diukur kurang lebih 0.25 mm. Satuan

curah hujan menurut SI adalah milimeter, yang merupakan penyingkatan dari liter per meter persegi. Air hujan sering digambarkan sebagai berbentuk "lonjong", lebar di bawah dan menciut di atas, tetapi ini tidaklah tepat. Air hujan kecil hampir bulat. Air hujan yang besar jatuh lebih cepat berbanding air hujan yang lebih kecil. Hujan sendiri merupakan proses alamiah yang bermanfaat untuk membersihkan polutan di atmosfer. Termasuk diantara polutan itu adalah partikel-partikel yang tersuspensi di udara (SPM). Ketika hujan turun, butiran hujan akan menyapu beberapa partikel besar dalam lintasannya dengan sebuah proses yang secara ilmiah dinamakan coalescene, yaitu penggabungkan dua tetes atau lebih air menjadi satu dengan ukuran menjadi lebih besar.

2.4.1. Curah Hujan

Curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam waktu tertentu. Curah hujan adalah butiran air dalam bentuk cair atau pada di atmosfer yang jatuh ke permukaan bumi. Curah hujan merupakan unsur iklim yang sangat penting

bagi kehidupan di bumi. Jumlah curah hujan dicatat dalam inci atau millimeter (1 inci = 25,4 mm). Jumlah curah hujan 1 mm, menunjukkan tinggi air hujan yang

menutupi permukaan 1 mm, jika air tersebut tidak meresap ke dalam tanah atau menguap ke atmosfer. (Bayong, 2004). Curah hujan bertindak sebagai pencuci atmosfer dan mengurangi penyebaran pencemar di atmosfer. (Bayong, 2004). Secara umum, alat yang digunakan untuk mengukur curah hujan disebut penakar hujan atau istilah lainnya rain gauge (penakar hujan).

Satuan curah hujan yang umum digunakan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika adalah millimeter (mm). Jadi jumlah curah hujan yang diukur sebenarnya adalah tebal atau tingginya permukaan air hujan yang menutupi suatu area di permukaan bumi. Curah hujan 1 mm artinya dalam area 1 m2 (1 meter persegi) pada tempat yang datar tertampung air setinggi 1 mm atau tertampung sebanyak 1 liter atau 1000 ml. Diperkirakan volume air hujan yang jatuh di seluruh dunia setiap tahunnya adalah sekitar 505.000 km3 dan sekitar 398,000 km3-nya jatuh di lautan. Jika

dirata-ratakan, seluruh permukaan daratan di bumi mengalami curah hujan sekitar 1 meter (39 inci) dan di lautan sekitar 1,1 meter (43 inci).

2.4.2. Kimia Air Hujan

Kimia air hujan adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan komposisi kimia dari butiran awan, air hujan di atmosfer. Kimia air hujan merupakan suatu subjek penting dalam kimia atmosfer yang membuktikan bahwa air hujan dapat mencuci ion-ion yang berada di atmosfer. Karenanya, perubahan komposisi kimia air hujan juga dapat merupakan indikator utama dalam perubahan komposisi atmosfer. Pengukuran unsur kimia air hujan sangat penting untuk mengelompokkan unsur-unsur kimia utama di dalam air hujan, yang mencerminkan variasi komposisi kimia atmosfer serta kemungkinan penurunan kualitas udara di suatu wilayah. Pengetahuan tentang jumlah dan jenis ion alami yang tersebar di atmosfer dan yang terkandung dalam air hujan amat penting dalam pengelolaan pertanian, hutan dan ekosistem air.

Beberapa pengaruh perubahan kimia dalam deposisi atmosfer dapat dikenali sebagai berikut:

a. Perubahan atau berkurangnya produktivitas tanaman pertanian, hutan, tanah datar, rawa dan air tanah.

b. Pengaruh terhadap kesehatan dan kemampuan berkembang biak hewan local, satwa liar, ikan, dan beberapa spesies air tawar lainnya.

c. Proses pengaratan pada logam dan bahan bangunan.

2.4.2.1. Keasaman (pH) Air Hujan

Dalam ilmu kimia, derajat keasaman diukur dengan pH yang menunjukkan kadar ion H+ yang terdapat didalam sebuah larutan yang dinyatakan dalam kadar H+, karena pH menggunakan skala logaritma. pH merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakann intensitas keadaan asam atau basa suatu larutan.

Dalam penyediaan air pH merupakan satu faktor yang harus dipertimbangkan mengingat bahwa derajat keasaman dari air akan sangat mempengaruhi aktivitas pengolahan yang akan dilakukan, misalnya koagulasi kimiawi, dan dalam pencegahan korosi. pH merupakan suatu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan atau kehidupan mikroorganisme dalam air, secara empiris pH yang optimum untuk tiap spesies harus ditentukan, kebanyakan dari mikroorganisme tumbuh terbaik pada pH 6,0-8,0. Air hujan normal sedikit asam dengan pH sekitar 5,6,

Dokumen terkait