• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2013 sampai dengan Mei 2014.

Persiapan bahan baku dan pembuatan papan lamiasi dilakukan di Workshop

Teknologi Hasil Hutan, Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas

Sumatera Utara. Pengujian sifat fisis dan mekanis contoh uji papan laminasi

dilaksanakan di Laboraturium dan Teknologi Hasil Hutan, Program Studi Kehutanan,

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain parang, gergaji tangan,

cutter, mesin serut, kape (scrap), oven, timbangan analitik, mesin kempa dingin (klem), moisture meter, waterbath, kertas ampelas, kamera, kalkulator dan Universal

Testing Machine (UTM) merk Tensilon RTF-1350. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bambu betung (Dendrocalamus asper Schult.F), perekat

polivinil asetat (PVAc) dan perekat epoksi.

Prosedur Penelitian

1. Persiapan Bahan Baku

Panjang bambu betung setelah ditebang berkisar 12 m. Batang bambu dibagi

menjadi 3 bagian sama panjang untuk bagian pangkal, tengah dan ujung.

Lalu setiap bagian batang bambu di potong kembali dengan ukuran panjang 1

m. Bagian batang bambu setelah dipotong mendapat 4 bagian batang dengan

ukuran 1 m pada masing-masing bagian batang bambu. Proses pemotongan

dapat dilihat pada gambar 1 dan 2.

Gambar 1. Pembagian pangkal, tengah, dan ujung batang bambu

Gambar 2. Pemotongan bagian pangkal, tengah, dan ujung batangbambu

2. Pembuatan Bilah Papan Laminasi B

Ukuran papan laminasi bambu betung yang dibuat 1,0 x 10 x 30 cm dari

setiap bagian batang pangkal, tengah, dan ujung bambu sesuai dengan

standar internasional JAS (Japan Agricultural Standar). Pembuatan papan

laminasi membutuhkan bilah yang berukuran 0,5 x 2,5 x 30 cm sebanyak 48

buah pada setiap bagian batang pangkal, tengah, dan ujung bambu.

Pemotongan bilah bambu dapat dilihat pada gambar 3.

Kemudian bilah bambu dikeringkan secara alami selama lebih dari tiga

minggu hingga mencapai kondisi KA kering udara yaitu ±15%. Selanjutnya

bilah diserut dan dihaluskan menggunakan kertas ampelas.

3. Pelaburan Perekat

Bilah dilabur perekat PVAc dan epoksi. Berat labur yang digunakan 360 g/m2.

Berat labur yang harus disiapkan sebagai bahan perekat dapat dilihat pada

tabel 3. 

  Tabel 3. Berat labur perekat yang dibutuhkan. 

Berat labur (g/m2) Berat perekat untuk satu permukaan bilah perekatan ke arah tebal (A)

(g) Berat perekat untuk satu permukaan bilah perekatan ke arah lebar (B) (g) Berat perekat untuk satu contoh uji (g) 360 0,0036 x p x l 0,0036 x p x t (A x a) + (B x b) Keterangan: p = panjang bilah l = lebar bilah t = tebal bilah

a= jumlah permukaan yang direkatkan ke arah tebal (6) b= jumlah permukaan yang direkatkan ke arah lebar (8)

4. Perekatan Bilah

Proses perekatan bilah dilakukan satu per satu pada bagian pangkal, tengah,

dan ujung bambu. Bilah bambu yang berukuran 0,5 x 10 x 30 cm direkat ke

arah tebal dan lebar. Pelaburan perekat dilakukan dengan metode pelaburan

dua permukaan (double spread) dengan menggunakan scrap (kape).

5. Pengempaan dan Pengkondisian

Bilah dikempa dengan menggunakan klem dengan waktu kempa 24 jam pada

setiap bagian arah bambu yang akan dikempa. Pengempaan dilakukan dua kali

yaitu pengempaan kearah tebal dan pengempaan kearah lebar. Proses

pengempaan dapat dilihat pada gambar 4 dan 5.

Arah pengempaan Arah pengempaan

Gambar 4. Pengempaan bambu pada arah tebal

Arah pengempaan

= Garis Rekat

A B C D E

 Bambu laminasi selanjutnya dikondisikan selama 1 minggu agar daya rekat kayu

benar benar konstan. 6. Pemotongan Contoh Uji

Pemotongan contoh uji dapat dilakukan seperti gambar 5

Keterangan :

A. Contoh uji kadar air 2x2x1 cm B. Contoh uji delaminasi 7,5x7,5x1 cm C. Contoh uji daya serap air 5x5x1 cm

D. Contoh uji keteguhan rekat internal 5x5x1 cm E. Contoh uji MOE dan MOR 30x1x1 cm

G. Pengujian sifat fisis dan mekanis laminasi bambu betung

Sifat fisis laminasi bambu yang diuji adalah kadar air (KA), daya serap air

(DSA) dan delaminasi (D). Sifat mekanis diperoleh dengan pengujian bending

yang menghasilkan modulus of elasticity (MOE), dan modulus of rupture

(MOR). Pengujian sifat fisis dan mekanis laminasi bambu ini mengacu pada

Standar Internasional JAS (Japan Agricultural Standard) SE-7-2003. Semua

sampel akan diuji sifat fisis dan mekanisnya.

A. Pengujian Kadar Air (KA)

Contoh uji berukuran 1,0 x 2 x 2 cm. Penentuan kadar air laminasi

bambu dilakukan dengan menghitung selisih berat awal dan berat

setelah dikeringkan dalam oven sampai mencapai berat konstan pada

suhu 103±2oC . kadar air tersebut dihitung dengan rumus:

Keterangan:

KA = Kadar Air (%)

BA = Berat awal contoh uji (g)

BKO = Berat konstan contoh uji setelah dikeringkan dalam oven (g)

B. Pengujian Rasio Daya Serap Air (DSA)

Contoh uji untuk pengujian DSA berukuran 1,0 x 5 x 5 cm. Pengujian

dilakukan dengan menghitung selisih berat sebelum dan setelah

perendaman. Contoh uji direndam secara horizontal kedalam air

dengan suhu 25±1oC sedalam 3 cm dari permukaan air selama 24 jam.

Kemudian daya serap air dihitung dengan rumus:

Keterangan:

DSA = Daya serap air (%)

B1 = Berat contoh uji sebelum perendaman (g) B2 = Berat contoh uji setelah perendaman (g)

C. Pengujian Delaminasi (D)

Contoh uji untuk pengujian delaminasi berukuran 1,0 x 7,5 x 7,5 cm.

Contoh uji direndam kedalam air dengan suhu 70±3oC selama 2 jam,

60±3oC. Selanjutnya diukur delaminasi pada setiap garis rekat pada

setiap sisi kemudian dijumlahkan. Penentuan nisbah delaminasi dalam

% didapat dengan rumus:

D. Pengujian Modulus of Elasticity (MOE)

Contoh uji dan perhitungan MOE dilakukan dengan menggunakan

contoh uji yang sama dengan MOR. Ukuran contoh uji 1,0 x 1 x 30

cm. Pada pengujian ini yang dicatat adalah perubahan defleksi setiap

perubahan beban tertentu. Nilai MOE dihitung dengan Rumus :

Keterangan :

MOE = Modulus of Elasticity (kgf/cm2)

L = Bentang (cm)

ΔP = Perubahan beban yang digunakan (kg)

Δy = Perubahan defleksi setiap perubahan beban (cm)

h = Tebal contoh uji (cm)

b = Lebar contoh uji (cm)

E. Pengujian Modulus of Rupture (MOR)

Pengujian MOR dilakukan bersamaan dengan pengujian MOE. Contoh

pengujian MOE dan MOR dapat dilihat pada gambar 5. Nilai MOR dihitung

Keterangan:

MOR = Modulus of Rupture (kgf/cm2)

L = Bentang (cm)

P = Beban maksimum (kg)

h = Tebal contoh uji (cm)

b = Lebar contoh uji (cm)

P

30 cm

0,5 cm 1cm 1 cm 0,5cm

L = 28 cm

Gambar 7. Pembebanan Pengujian MOR dan MOE

Keterangan:

P = posisi dan arah pembebanan L = Jarak sangga (cm)

F. Pengujian Keteguhan Rekat Permukaan (KRP)

Contoh uji KRP berbentuk persegi dengan ukuran 1,0 x 5 x 5 cm,

dibuat alur melingkar dengan diameter alur 35,7 ± 0,1 mm dan

kedalaman alur 0,3 ± 0,1 mm. Kemudian direkatkan pada lempengan

baja berbentuk jamur menggunakan perekat PVAc dan epoxy pada

arah beban

arah beban

Balok Besi

Contoh Uji

Contoh uji ditarik dengan arah pembebanan tegak lurus arah serat

contoh uji sampai tarikan maksimum (contoh uji rusak) dicapai dalam

waktu 60±30 detik. Pengujian KRP dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 8. Pengujian Keteguhan Rekat Permukaan (KRP)

KRP dapat dihitung dengan rumus:

Keterangan:

KRP = Keteguhan Rekat Permukaan (MPa)

F = Gaya maksimum (N)

A = Luas permukaan (mm2)

Pengujian sifat fisis dan mekanis papan lamina mengacu pada ketetapan

standar JAS SE-7-2003, seperti disajikan pada tabel 4.

Tabel 4. Standar mutu sifat fisis dan mekanis papan partikel berdasarkan JAS SE-7-2003 dan SNI ISO 16981-2012

No Sifat Fisis dan Mekanis JAS SE-7-2003 SNI ISO 16981-2012

1 Kadar air (%) ≤ 14 -

2 Daya Serap Air (%) ≤ 20 -

3 Delaminasi (%) <2/3 -

4 Bending Strenght ∆y<3,5 mm -

G. Analisis Statistika

Analisis yang digunakan untuk pengujian sifat fisik mekanik bahan

menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial (Factorial

Completely Randomized Design), dengan formulasi sebagai berikut: Yijk = μ + αi + βj + ταiβj + εijk

Keterangan :

Yijk = Respon yang diperoleh dari perlakuan posisi batang ke-i, perekat ke-j, dan ulangan ke-k

μ = Rataan umum

αi = Pengaruh posisi batang ke-i

βj = Pengaruh jenis perekat ke-j

ταiβj = Pengaruh interaksi antara posisi batang ke-i dan jenis perekat

ke-j

εijk = Galat dari perlakuan posisi batang ke-i, jenis perekat ke-j dan ulangan ke-k

i = Perlakuan posisi batang (pangkal, tengah, ujung) j = Perlakuan jenis perekat (PVAc dan epoxy) k = Ulangan (ulangan ke-1, ke-2, dan ke-3)

Untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan-perlakuan yang

diberikan, maka dilakukan analisis keragaman (ANOVA). Jika Fhitung

> FTabel pada tingkat kepercayaan 95%, maka posisi batang dan jenis

perekat berpengaruh nyata terhadap sifat fisis dan mekanis laminasi

bambu betung (Dendrocalamus asper) yang diuji. Bila Fhitung > Ftabel

maka selanjutnya akan dilakukan uji lanjutan menggunakan uji DMRT

Secara singkat bagan alir penelitian disajikan pada gambar 9.

Gambar 9. Bagan alir penelitian Pengujian sifat fisis (kadar air, daya

serap air, dan delaminasi) berdasarkan standar internasional JAS SE-7-2003

Pengujian sifat mekanis (MOE, MOR, dan kuat rekat permukaan) berdasarkan

Dokumen terkait