• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

2.2 sampel

Sampel adalah bagian (subset) dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu sehingga dianggap dapat mewakili populasinya (Sastroasmoro, 2011). Arikunto (2002) menyatakan bila populasi kurang dari 100 orang sebaiknya seluruh populasi dijadikan sampel, namun apabila subjeknya besar maka dapat di ambil 10 %, 15% atau 20% - 25% dari populasi sesuai dengan kemampuan peneliti. Berdasarkan pendapat Arikunto tersebut peneliti mengambil 10% dari

565 sebagai sampel penelitian. Oleh karena itu jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 57 orang.

1.3 Teknik sampling

Setelah menentukan sampel langkah selanjutnya yang harus dikerjakan adalah menentukan teknik pengambilan sampel agar sampel yang dipilih dapat mewakili populasi (representatif). Teknik pengambilan sampel yang dipilih adalah

consecutive sampling. Pengambilan sampel sampel dilakukan dengan memilih sampel yang memenuhi kriteria penelitian sampai kurun waktu tertentu sehingga jumlah sampel terpenuhi (Sugiyono, 2001 dalam Hidayat, 2007). Kriteria sampel penelitian ini adalah lanisa yang dapat berkomunikasi serta berbahasa Indonesia, kooperatif dan bersedia menjadi responden.

3. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sempakata Kecamatan Medan Selayang Medan. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut adalah karena di Kecamatan Medan Selayang terdapat posyandu lansia sehingga mungkin saja akan mempengaruhi status nutrisi lansia serta di lokasi tersebut belum pernah dilakukan penelitian mengenai status nutrisi lansia.

Penelitian ini dilakukan mulai September 2013 hingga Juni 2014 yang diawali dengan penyusunan proposal, pengumpulan data, pengolahan data dan penulisan laporan penelitian. Pengumpulan data dilaksanakan pada 24 Maret samapai dengan 11 Mei 2014.

4. Pertimbangan etik

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengurus surat permohonan izin penelitian terlebih dahulu kepada bagian pendidikan Fakultas Keperawatan USU yang ditujukan kepada Lurah Sempakata melalui Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kota Medan dan Camat Medan Selayang. Penelitian ini juga sudah melewati proses pemeriksaan oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Setelah mendapatkan izin penelitian dari Lurah Sempakata peneliti melanjutkan dengan proses pengambilan data. Pertama peneliti memperkenalkan diri kemudian memberi penjelasan kepada responden penelitian tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila responden bersedia maka responden dipersilahkan menandatangani informed consent. Peneliti juga menjelaskan bahwa responden yang diteliti bersifat sukarela dan tidak ada paksaan. Jika responden tidak bersedia, maka responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung.

Penelitian ini tidak menimbulkan resiko fisik dan psikologis bagi individu yang menjadi responden sebab peneliti akan memperhatikan kondisi responden sehingga responden merasa tetap nyaman tanpa merasa sakit ketika dilakukan pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) berupa pengukuran tinggi lutut, penimbangan berat badan ataupun pengukuran lingkar betis. Peneliti juga merahasiakan data responden dengan tidak menuliskan nama responden (anonimity) pada instrumen tetapi hanya nomor kode yang digunakan untuk

menjaga semua kerahasiaan informasi yang diberikan. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk penelitian.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner. Instrumen penelitian yang pertama berisi data demografi responden yang meliputi: suku bangsa, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan, tempat tinggal, perokok atau tidak, kondisi rongga mulut, riwayat penyakit dan mengikuti posyandu lansia.

Insrumen kedua berisi kuesioner untuk menilai status nutrisi lansia dengan

mengadopsi formulir Mini Nutritional Assessment (MNA) yang sudah di

terjemahkan oleh sebuah lembaga bahasa yaitu BBC sebagai pertimbangan aspek legal dalam penelitian yaitu jika instrumen yang didapat merupakan bahasa asing, maka instrumen tersebut harus diterjemahkan oleh ahli bahasa atau lembaga bahasa.

Instrumen kedua merupakan modifikasi Mini Nutritional Assessment

(MNA) yang terdiri dari 7 pertanyaan namun satu pertanyaan adalah pertanyaan pengganti yang dapat dipakai jika IMT tidak tersedia contohnya pada responden yang immobilisasi yang tidak bisa diukur berat badannya dengan timbangan berat badan. Total skor dalam formulir Mini Nutritional Assessment (MNA) adalah 14 poin. Penilaian status nutrisi dengan MNA dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu: skor 0-7 dikategorikan malnutrisi, skor 8-11 dikategorikan beresiko malnutrisi dan skor 12-14 dikategorikan nutrisi baik.

Modifikasi yang dilakukan peneliti pada formulir Mini Nutritional Assessment adalah menghilangkan 1 pertanyaan mengenai status neuropsikologis sebab untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan akurat bisa didapatkan dari rekam medis responden dan penilaian dari ahli atau profesional status neuropsikolgis. Selain itu, peneliti juga memodifikasi 5 skor pertanyaan dengan membuat skor 0 untuk jawaban yang negatif atau mengarah ke malnutrisi dan skor 1 untuk jawaban yang positif atau tidak mengarah ke malnutrisi.

Pertanyaan pertama adalah apakah responden mengalami penurunan asupan makanan selama tiga bulan terakhir dikarenakan kehilangan selera makan, masalah pencernaan, kesulitan mengunyah atau menelan? Jika responden menjawab iya mengalami penurunan asupan makanan berat/parah maka atau iya mengalami penurunan asupan yang sedang maka skornya 0 dan jika responden menjawab tidak mengalami penurunan asupan maka skornya 1.

Pertanyaan kedua adalah apakah responden kehilangan berat badan selama 3 bulan terakhir? Jika responden menjawab kehilangan berat badan lebih dari 3 kilogram, tidak tahu atau kehilangan berat badan antara 1-3 kilogram maka skornya 0 dan jika responden lansia menjawab tidak kehilangan berat badan maka skornya 1.

Pertanyaan ketiga menanyakan mobilitas/pergerakan lansia. Bagaimana mobilitas/pergerakan anda sehari-hari? Jika responden menjawab hanya ditempat tidur atau kursi roda atau menjawab hanya mampu turun dari tempat tidur atau kursi roda namun tidak bisa jalan-jalan keluar maka skornya 0 dan jika responden menjawab dapat jalan-jalan/beraktivitas di luar rumah maka skornya 1.

Pertanyaan keempat adalah apakah responden mengalami stress psikologis atau penyakit akut selama 3 bulan terakhir? Jika responden menjawab ya maka skornya 0 dan jika tidak maka skornya 1.

Pertanyaan kelima adalah antropometri berupa pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT). Jika IMT kurang dari 18,5 maka skornya 0. Jika IMT ≥ 18,5, maka skornya 1.

Jika IMT tidak didapatkan, maka pengukuran IMT dapat diganti dengan mengukur lingkar betis. Jika lingkar betis kurang dari 31 maka skornya 0 dan jika lingkar betis 33 atau lebih maka skornya 1 (Skates & Anthony, 2012).

Skor terendah yang mungkin dicapai adalah 0 dan skor tertinggi yang mungkin dicapai adalah 5.

Menurut Wahyuni (2011) berdasarkan rumus statistika:

rentang

p =

banyak kelas

Dengan p adalah panjang kelas dan rentang merupakan selisih nilai tertinggi dengan nilai terendah. Rentang kelas adalah 5 dan banyak kelas adalah 0, maka diperoleh panjang kelas adalah 2,5. Panjang kelas kemudian digenapkan menjadi 3. Oleh karena itu, status nutrisi dikatakan malnutrisi jika skor yang didapat 0-2 dan dikatakan normal jika skor yang didapat 3-5.

Selain kedua instrumen tersebut peneliti juga menggunakan beberapa instrumen untuk mendapatkan data-data dari calon responden yaitu timbangan injak Seca merk Camry untuk mengukur berat badan, pengukur tinggi lutut yang dibuat sendiri oleh peneliti untuk mengukur tinggi lutut. Pengukur tinggi lutut

yang terbuat dari kayu didesain seperti gambar 2.1 a. Pengukur tinggi lutut terdiri dari tiga bagian penting yaitu lempeng alas tempat telapak kaki, batang sebagai tempat melekatnya angka tinggi lutut (satuan cm) dan lempeng kayu yang dapat digeser keatas atau kebawah untuk mendapatkan tinggi lutut. Selain iu, kalkulator untuk menghitung IMT dan mengkonversi tinggi lutut menjadi tinggi badan dan meteran untuk menghitung lingkar betis jika berat badan tidak didapatkan karena responden yang immobilisasi.

6. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur (Arikunto, 2009). Uji validitas pada penelitian ini tidak dilakukan oleh peneliti oleh karena instrumen penilaian status nutrisi lansia menggunakan Mini Nutritional Assessment yang sudah valid. Peneliti hanya menterjemahkan instrumen ke lembaga bahasa.

Uji reabilitas instrumen digunakan untuk mengetahui sejauh mana paengukuran tetap konsisten bila dilakukan dua kali atau lebih pengukuran gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama (Arikunto, 2010). Uji reliabilitas dilakukan pada 20 orang lansia yang bukan responden (sampel) peneliti, tetapi termasuk dalam populasi penelitian yang sama. Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan rumus R 20. Hasil uji reliabilitas diperoleh nilai K-R 20 adalah 0,605 dan hasil ini dianggap reliabel sebab lebih tinggi dari nilai r

7. Pengumpulan Data

Setelah menyelesaikan proposal dan lulus sidang proposal, peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada bagian pendidikan Fakultas Keperawatan USU untuk pengambilan data. Surat izin penelitian yang diberikan pendidikan ditujukan kepada Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan, Camat Medan Selayang dan Lurah Sempakata. Setelah mendapatkan izin penelitian, peneliti melanjutkan ke proses pengambilan data. Sebelum pengambilan data, peneliti terlebih dahulu melakukan uji reliabilitas.

Setelah reliabel, peneliti mendatangi calon responden dengan cara door-to-door. Selanjutnya peneliti menjelaskan kepada calon responden ataupun keluarga tentang tujuan, manfaat dan prosedur penelitian. Jika calon responden setuju dan bersedia kemudian calon responden menandatangani lembar persetujuan

penelitian (informed consent). Pengumpulan data dilakukan dengan cara

membacakan pertanyaan data demografi kemudian membacakan pertanyaan dalam formulir penilaian status nutrisi. Setelah semua pertanyaan terjawab, peneliti melanjutkan pengumpulan data dengan melakukan pengukuran tinggi lutut lansia dengan posisi duduk caranya telapak kaki kiri lansia diletakkan diatas permukaan alas pengukur tinggi lutut kemudian tungkai diposisikan sejajar atau menempel dengan batang kayu yang sudah tertera angkanya dalam centimeter (cm). Selanjutnya, menimbang berat badan lansia. Caranya lansia berdiri diatas timbangan tanpa menggunakan alas kaki dan mata menatap lurus kedepan (tidak menunduk). Setelah semua data terisi kemudian data dikumpulkan untuk dianalisa.

8. Analisis Data

Data yang sudah terkumpul diolah dan dianalisis dengan menggunakan komputer melalui tahapan editing, coding, entry, cleaning, dan analyzing. Editing

merupakan tahap penyuntingan data yang sudah terkumpul yaitu dengan

memeriksa kelengkapan data. Coding merupakan memberi kode atau angka

tertentu pada kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisis. Entry merupakan proses memindahkan atau memasukkan data dari kuesioner ke dalam komputer untuk diproses. Data dianalisis dengan menggunakan sistem komputerisasi. Cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah di entry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak.

Analizyng data menggunakan analisis dengan deskriptif statistic. Analisis digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik responden (jenis kelamin, usia, suku bangsa, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan, tempat tinggal, perokok atau tidak, kondisi rongga mulut, riwayat penyakit dan mengikuti posyandu lansia) dan penilaian status nutrisi lansia menggunakan MNA. Dari data yang diperoleh akan diolah secara deskriptif dengan penyajian dalam bentuk tabel, distribusi frekuensi, ukuran tendensi sentral/grafik dan persentase.

           

BAB 3

KERANGKA KONSEP 1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dalam penelitian ini menjelaskan status nutrisi lansia. Penilaian status nutrisi lansia dilakukan dengan memodifikasi Mini Nutritional Assessment (MNA). Penilaian status nutrisi dilakukan dengan dikategorikan menjadi 2 bagian, yaitu nutrisi normal dan malnutrisi.

Dibawah ini adalah kerangka konsep yang digambarkan dalam bentuk skema.

Skema 3.1 Kerangka Konseptual Status Nutrisi Lansia di Kelurahan Sempakata Kecamatan Medan Selayang Medan

2. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Defenisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Definisi Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Status Nutrisi Status nutrisi adalah keadaan tubuh akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi/nutrisi pada lansia di Kelurahan Sempakata Kecamatan Medan Selayang. Modifikasi formulir MNA yangdiisi dengan membacakan 4 pertanyaan dan mengukur IMT atau lingkar betis responden jika responden immobilisasi. 1. skor 0-2 = malnutrisi 2. skor 3-5 = normal Ordinal Status Nutrisi 

BAB 4

METODE PENELITIAN 1. Desain penelitian

Desain penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan desain deskriptif. Berdasarkan dimensi waktu penelitian ini bersifat

cross sectional sebab penelitian ini hanya melakukan satu kali pengukuran tanpa memperhatikan mana yang duluan terjadi antara faktor resiko dan kondisi yang sekarang terjadi (Ghazali, et.al, 2011).

2. Populasi dan Sampel

2.1 Populasi

Populasi adalah sejumlah besar subyek yang mempunyai karakteristik tertentu (Sastroasmoro, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang berusia ≥ 65 tahun. Dari hasil wawancara dengan bagian Kasi Pemerintahan Kecamatan Medan Selayang di dapatkan bahwa jumlah lansia di Kelurahan Sempakata sampai dengan Februari 2014 sebanyak 565 orang.

2.3Sampel

Sampel adalah bagian (subset) dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu sehingga dianggap dapat mewakili populasinya (Sastroasmoro, 2011). Arikunto (2002) menyatakan bila populasi kurang dari 100 orang sebaiknya seluruh populasi dijadikan sampel, namun apabila subjeknya besar maka dapat di ambil 10 %, 15% atau 20% - 25% dari populasi sesuai dengan kemampuan peneliti. Berdasarkan pendapat Arikunto tersebut peneliti mengambil 10% dari

565 sebagai sampel penelitian. Oleh karena itu jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 57 orang.

Dokumen terkait