• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN Variable Penelitian

Dalam dokumen T1 802011034 Full text (Halaman 25-37)

Variabel X: Keterlibatan ayah

Variabel Y : Psychological well being

Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, subyek yang dilibatkan adalah wanita yang masih menempuh pendidikan strata satu, yang berumur 18-21 tahun (Fulmer, 2005). Subjek penelitian dilakukan pada mahasiswi psikologi angkatan 2011-2014 dengan kriteria masih memilki orang tua kandung yang lengkap (dalam artian memilki ayah dan ibu), serta masih tinggal dengan orangtua sampai saat ini ( dalam artian yang tidak kost di Salatiga).

Sampel Penelitian dan metode sampling

Subjek yang diambil dalam penelitian ini adalah mahasiswi angkatan 2011-2014 yang berkuliah di fakultas Psikologi UKSW, di pilihnya populasi tersebut karena populasi

tersebut dirasa memenuhi kriteria sebagai subjek penelitian. Metode yang digunakan dalam menyebar kuesioner dengan menggunakan metode snowball, yaitu adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih orang yang memenuhi kriteria, lalu orang-orang tersebut memberikan referensi mengenai orang-orang lain yang juga memiliki kriteria yang sesuai dengan penelitian.

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang bersifat kuantitatif. Penelitian ini dilakukan untuk mencari tahu korelasi peran keterlibatan ayah dalam pengasuhan terhadap psychological well-being pada anak perempuan pada masa dewasa muda.

Pengukuran

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner. Dalam skala ini subjek diminta untuk merespon sejumlah pertanyaan yang sesuai dengan keadaan dirinya. Tujuannya adalah untuk menggungkapkan hal-hal yang sedang diteliti. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan bantuan SPSS versi 16.0.

Adapun skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala keterlibatan ayah dan skala psychological well being. Dalam hal ini yang diukur adalah presepsi anak terhadap keterlibatan ayah mereka dalam pengasuhan.

1. Skala keterlibatan ayah

Aspek-aspek keterlibatan ayah disusun oleh penulis berdasarkan dimensi-dimensi keterlibatan ayah menurut Lamb, Pleck, Charnov, dan Levine (dalam Allgood, Troy & Camille, 2012) yang terdiri dari paternal engagement, paternal accessibility, dan paternal responsibility. Keterlibatan ayah dengan skala Likert yang terdiri dari empat kategori jawaban yaitu, SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), dan STS (Sangat Tidak Sesuai). Pada item Favorable, jawaban SS diberikan skor 4, jawaban S diberikan skor 3, jawaban TS diberikan skor 2, dan jawaban STS diberikan skor 1. Penyekoran pada item-item unfavorable

merupakan kebalikan dari penyekoraan item-item favorable yaitu jawaban STS diberikan skor 4, jawaban TS diberikan skor 3, jawaban S diberikan skor 2, jawaban STS diberikan skor 1. Dalam hal ini peneliti menggunakan try out

terpakai. Saat penelitian dilakukan peneliti mendapatkan 70 responden untuk mengisi angket. Setelah melakukan penelitian didapatkan realiabel sebesar 0,904, menurut Aswar (2000) jika realibilitas antara 0.8 < α < 0.9 dikatagorikan bagus. Dari 18 item yang diujikan tidak ada item yang gugur. Nilai r hitung item total correlation bergerak antara 0,366-0,678.

2. Skala psychological well being

Skala Psychological well-being berdasarkan skala yang disusun oleh Ryff (1989) yang terdiri kemampuan individu untuk menerima dirinya apa adanya (self-acceptance). Membutuhkan hubungan hangat dengan orang lain (positive relation with other). Memiliki kemandirian dalam menghadapi tekanan sosial (autonomy), mengontrol lingkungan eksternal (environmental mastery), memilki tujuan dalam hidupnya (purpose in life), serta mampu merealisasikan potensi

dirinya secara continue ( personal growth). Skala psychological well being

memilki 42 dan dengan menggunakan skala Likert yang terdiri dari empat kategori jawaban yaitu, SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), dan STS (Sangat Tidak Sesuai). Pada item Favorable, jawaban SS diberikan skor 4, jawaban S diberikan skor 3, jawaban TS diberikan skor 2, dan jawaban STS diberikan skor 1. Penyekoran pada item-item unfavorable merupakan kebalikan dari penyekoraan item-item favorable yaitu jawaban STS diberikan skor 4, jawaban TS diberikan skor 3, jawaban S diberikan skor 2, jawaban STS diberikan skor 1. Dalam hal ini peneliti memakai try out terpakai. Saat penelitian dilakukan peneliti mendapatkan 70 responden untuk mengisi angket. Setelah melakukan penelitian didapatkan realiabel sebesar 0, 856 menurut Aswar (2000) jika realibilitas antara 0.8 < α < 0.9 dikatagorikan bagus. Dari 42 item yang diujikan terdapat 10 item yang gugur dan 32 item yang valid. Nilai r hitung item total correlation bergerak antara 0,215-0,591.

HASIL

Analisis Deskriptif

Analisa deskriptif dilakukan untuk melihat hasil penelitian berdasarkan rata-rata (mean), standart deviasi, nilai maksimal dan minimal. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka didapat rata-rata dari masing-masing variabel, sebagai berikut:

a. Keterlibatan ayah

Berdasarkan angket Keterlibatan ayah ada 18 item valid. Berdasarkan hasil analisa dari angket keterlibatan ayah didapat skor tertinggi adalah 71 dan skor terendah adalah 26.

Tabel 4.1

Interval keterlibatan ayah

No Interval Katagori Mean F Presentase 1. 18 ≤ x < 27 Sangat rendah 1 1,4 % 2. 27 ≤ x < 36 Rendah 4 5,7 % 3. 36 ≤ x < 54 Sedang 50,79 44 62.9 % 4. 54 ≤ x < 63 Tinggi 16 22,9 % 5. 63 ≤ x ≤ 72 Sangat Tinggi 5 7,1 % Jumlah 70 100% SD = 8,363 Min = 26 Max = 71 x: skor keterlibatan ayah

Dari tabel di atas, diketahui bahwa sebanyak 5 mahasiswa beranggapan bahwa mereka tumbuh dan berkembang tidak merasakan secara langsung keterlibatan ayah dalam pengasuhan. Lalu ada 44 mahasiswi yang merasa bahwa ayah mereka cukup berperan dalam pengasuhan. Sedangkan sebanyak 21 mahasiswa menganggap mereka merasakan keterlibatan ayah dalam pengasuhan selama ini. Keterlibatan ayah pada mahasiswi fakultas psikologi UKSW memiiki rata-rata 50,79 dan tergolong Sedang. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel di atas.

b. Pshycology well-being

Angket Pshycological well-being terdapat 32 item yang valid. Berdasarkan hasil analisa dari angket Pshcological well-being didapat skor tertinggi adalah 122 dan skor terendah adalah 78

Tabel 4.2

Interval pshcological well-being

No Interval Katagori Mean F Presentase 1. 32 ≤ x < 51,2 Sangat rendah 0 0% 2. 51,2 ≤ x < 70,4 Rendah 0 0% 3. 70,4 ≤ x < 89,6 Sedang 5 7,1% 4. 89,6 ≤ x < 108,8 Tinggi 98,43 55 78,6% 5. 108,8 ≤ x ≤ 128 Sangat Tinggi 10 14,3 Jumlah 70 100% SD = 7,857 Min = 78 Max = 122 x:skor psychological well-being

Dari tabel di atas, diketahui bahwa 5 mahasiswa beranggapan nilai pshycological well-being yang dimilkinya dalam katagori sedang. Sedangkan sebanyak 65 mahasiswa menganggap mereka memiliki pshychological well-being dengan baik. Dalam tabel di atas nilai pshycological well-being memilki rata-rata sebesar 98,43 dan termasuk kedalam katagori tinggi. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel di atas.

Uji Asumsi

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji one sample-Kolmogrov Smirnov. Dari output di atas dapat diketahui bahwa nilai Kolmogrov Smirnov Z

untuk variabel keterlibatan ayah sebesar 0,810 (dengan p>0,05) dan

pshychologica well being sebesar 1,369 (dengan p>0,05). Karena signifikansi untuk kedua variabel lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data pada kedua variabel tersebut dinyatakan normal. Hasil uji normalitas dan grafik uji normalitas dapat dilihat pada lampiran (Ghozali, 2006). 2. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk melihat data linear atau tidak. Uji linearitas dilakukan dengan melihat nilai F 1,4 (dengan p>0,05). Nilai sig 0,162 (p > 0,05), hal ini berarti uji linearitas terpenuhi. Syarat data linear adalah p > 0,05 (Ghozali, 2006).

Uji Korelasi

Dari hasi uji normalitas dan uji linearitas data, didapat hasil data berdistribusi normal dan data linear. Diperoleh koofisien korelasi antara keterlibatan ayah dengan

pshycological well-being sebesar 0,221 dengan sig. 0,033 (p < 0,05) yang berarti ada hubungan positif antara keterlibatan ayah dengan psychological well-being pada anak perempuan di masa dewasa awal. Pengaruh keterlibatan ayah dalam pengasuhan terhadap

pshycological well-being hanya 4,88% dan sisa nya dipengaruhi oleh faktor lain selain keterlibatan ayah.

PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian korelasi Pearson sebesar 0,221 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara keterlibatan ayah dalam pengasuhan dengan pshcyological well-being pada mahasiswi Fakultas psikologi UKSW. Adapun temuan ini dimungkinkan terjadi, karena pada masa dewasa awal dimana pertumbuhan pada masa puncaknya. Berbagai keputusan yang penting yang mempengaruhi karir, dan hubungan antar pribadi diambil pada masa dewasa awal. Pencapaian karir dan kesuksesan dalam pendidikan akan tercapai secara maksimal jika memiliki nilai psychological well-being yang tinggi (Carver, Segerstrom, 2010). Salah satu faktornya adalah dengan adanya dukungan sosial terutama dukungan keluarga, karena dari kecil sampai masa dewasa awal keluarga lah yang sering berinteraksi dengan individu, maka keterlibatan dan dukungan dari keluarga akan sangat mempengaruhi individu terutama dalam kesehatan psikologisnya atau psychological well-being.

Pada hakikatnya, dukungan sosial terutama dari orang tua cukup berpengaruh pada perilaku anak pada masa depannya, salah satu nya dalah kedekatan antara ayah dengan anak-anak mereka berhubungan positif dengan psychological well-being anak (Van wel dkk, 2000). Menurut Videon ( dalam Amalia, 2005) keterlibatan ayah dalam pengasuhan akan memengaruhi anak-anak mereka dalam hubungan dengan teman sebaya dan prestasi dalam pendidikannya, dapat membantu pada masa dewasa awal dalam mengembangkan pengendalian dan penyesuaian diri dengan lingkungannya. Keterlibatan ayah cukup memengaruhi dalam proses berkembang anak dimana ayah yang memberikan perhatian dan dukungan pada anak akan memberikan perasaan diterima, dapat berhubungan dengan baik pada teman sebaya, memilki kemandirian, dapat menyesuaikan

diri dengan lingkungannya, serta dapat mengetahui apa yang akan ia lakukan untuk masa depannya, sehingga dapat memiliki psychological well-being yang baik.

Penelitian ini mendukung penlitian yang di lakukan oleh Allgood dkk (2012) tentang hubungan postif antara keterlibatan ayah dengan psychological well-being pada anak perempuan. Sumbangan efektif keterlibatan ayah dalam pengasuhan terhadap

psychological well-being adalah sebesar 4,88% cukup kecil dan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lainnya. Sejumlah studi menemukan bahwa peran ayah tidak dapat dibebaskan dari peran parental ibu (Benetti & Roopnarine, 2006). King dan Heard (1999) menemukan bahwa hubungan ayah-anak dan problem perilaku hanya dapat diprediksi melalui tingkat kepuasan ibu terhadap kepedulian ayah pada anak. Temuan ini mengindikasikan bahwa walaupun perkembangan zaman telah mengakibatkan pergeseran peran ekspresif ibu dan instrumental ayah, tetapi pola parental yang dipatronkan secara historis tersebut masih cukup kental. Praktek pengasuhan sekarang ini sudah lebih banyak melibatkan ayah, tetapi tidak berarti peran ibu berkurang secara dramatis.

Disebutkan diatas bahwa variabel pscyhological well being pada mahasiswi fakultas psikologi UKSW memilki rata-rata 98,43 dan termasuk kedalam katagori tinggi. Mungkin disebabkan karena subjek yang diambil oleh peneliti pada masa dewasa muda, pada masa dewasa muda dimensi pengusaan lingkungan dan dimensi kemandirian memiliki skor tinggi (Ryff & Keyes, 1995). Sampel yang diambil oleh peneliti berjenis kelamin perempuan dan sedang menempuh pendidikan strata satu. Ryff (1989) menyebutkan bahwa wanita cenderung memilki psychological well-being yang lebih tinggi daripada laki-laki, karena wanita lebih mampu mengekspresikan emosi dengan bercerita kepada orang lain dan wanita juga memilki kemampuan interpersonal yang lebih

baik daripada laki-laki. Selain itu tingkat pendidikan juga berpengaruh terhadap tingginya nilai psychologial well being. Individu dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan memiliki pekerjaan yang lebih baik akan menunjukkan tingkat psychological well-being

yang tinggi pula (Ryff, 1989). Diatas juga menyebutkan bahwa keterlibatan ayah pada mahasiswi fakultas Psikologi UKSW memiliki rata-rata 50,79 dan termasuk kedalam katagori tinggi. Mungkin itu disebabkan karena ayah masa kini lebih sadar dan mau untuk berbagi peran dengan istri terutama dalam pengasuhan anak. Seperti yang dikutip dari intisari online (2014) para ayah masa kini semakin menyadari pentingnya berbagi peran dengan istri, bukan hanya dalam pengasuhan, melainkan juga tugas-tugas rumah tangga. Mereka tak sungkan menggendong anak, mengganti popok, membacakan dongeng, sampai mengambil rapor anak di sekolah.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa data penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada hubungan positif dan signifikan antara keterlibatan ayah dalam pengasuhan dengan pshcyological well-being pada masa dewasa awal pada mahasiswi fakultas Psikologi UKSW.

2. Keterlibatan ayah dalam pengasuhan pada mahasiswi Fakultas Psikologi UKSW memiliki nilai rata-rata sebesar 50,79 sehingga dapat dikatakan bahwa keterlibatan ayah dalam pengasuhan pada mahasiswi Fakultas Psikologi UKSW termasuk dalam kategori tinggi.

3. Variabel pshcyological well-being pada mahasiswi Fakutas Psikologi UKSW memilki rata-rata sebesar 98,43 yang menunjukan bahwa nilai pshcyological well-being pada mahasiswi Fakultas Psikologi UKSW dalam katagori tinggi.

4. Sumbangan efektif keterlibatan ayah dalam pengasuhan terhadap pshcyological well-being sebesar 4,88%, sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

SARAN

Dengan hasil penelitian di atas, maka peneliti mengajukan saran bagi beberapa pihak sebagai berikut :

1. Bagi Ayah

a. Tidak ibu saja yang lebih mengurus anak tapi sebaiknya ayah juga ikut terlibat dengan pengasuhan.

b. Sebaiknya Ayah ikut memantau setiap kegiatan yang anak lakukan dan lebih sering berinteraksi dengan anak sehingga hubungan ayah dan anak dapat terjalin dengan lebih baik.

c. Mengingat sumbangan efektif hanya kecil dari keterlibatan ayah dalam pengasuhan dengan psychological well-being, sebaiknya hal-hal lain perlu diperhatikan, mungkin keterlibatan keluarga yang lain ( ibu dan saudara) dapat meningkatkan psychological well-being pada seorang individu.

2. Bagi Anak perempuan

a. Tidak hanya berinteraksi dengan ibu tapi juga harus lebih mendekatkan diri pada ayah.

b. Mau untuk lebih sering berinteraksi dengan ayah, mungkin dalam berbagi pendapat dengan ayah.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan meneliti faktor-faktor lain yang memiliki hubungan yang erat dengan

Pshcyological well-being pada dewasa awal selain dengan keterlibatan ayah dalam pengasuhan. Faktor-faktor tersebut seperti: Usia, jenis kelamin, status ekonomi, dukungan sosial, religiusitas dan faktor kepribadian.

Dalam dokumen T1 802011034 Full text (Halaman 25-37)

Dokumen terkait