• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Minyak Jarak Pagar

Penggunaan minyak nabati seperti minyak sawit, minyak kedelai, minyak bunga matahari, minyak kacang tanah, dan minyak zaitun sebagai bahan bakar alternatif bagi mesin diesel telah dimulai sejak 9 dekade yang lalu. Seiring dengan berkurangnya cadangan minyak mentah secara drastis, penggunaan minyak nabati sebagai bahan bakar diesel sekali lagi diajukan di banyak negara. Sebagai contoh, minyak kedelai di USA, minyak lobak dan minyak bunga matahari di Eropa, minyak kelapa sawit di Asia Tenggara (khususnya Malaysia dan Indonesia) dan minyak kelapa di Filipina dipertimbangkan sebagai bahan pengganti minyak diesel. Unsur pokok dari minyak nabati adalah trigliserida. Minyak nabati terdiri dari 90-98% trigliserida dan sejumlah kecil monogliserida dan digliserida. Trigliserida adalah ester dari tiga asam lemak dan satu gliserol. Ini mengandung sejumlah besar oksigen pada strukturnya. Asam lemak berbeda-beda dalam hal panjang rantai karbonnya, dan dalam jumlah ikatan gandanya. Pada asam lemak pada umumnya ditemukan asam stearat, asam palmitat, asam oleat, asam limoleat, dan asam linolenat.

Minyak jarak murni sebenarnya bisa langsung digunakan pada mesin diesel, baik sebagai campuran maupun pengganti solar, tetapi perlu dilakukan modifikasi mesin. Umumnya biodiesel yang diperoleh jika digunakan pada mesin biasanya dicampur dengan solar dengan perbandingan tertentu.

B50 artinya 50 % Biodiesel dan 50 % solar

B5 artinya 5 % Biodiesel dan 95 % solar.

Minyak jarak yang akan diproses menjadi biodiesel mempunyai persyaratan kualitas tertentu. Spesifikasi minyak jarak untuk pembuatan biodiesel dapat dilihat pada Tabel 2.4 berikut.

Tabel 2.4 Spesifikasi Minyak Jarak Pagar untuk Biodiesel

Parameter Spesifikasi

Asam lemak bebas < 2,0 % berat

Kandungan air <1000 ppm

P(fosfor) <20 ppm berat

S(sulfur) <50 ppm

Bilangan iodium < 120 mgI2/100g

Angka penyabunan >190 mg KOH/g

Spesific gravity 0,840 – 0,920

Asam miristat 0,38 %

Asam palmitat 16,0 % maksimal

Asam palmitoleat 1 – 3,5 % Asam stearat 6 – 7,0 % Asam oleat 42 – 43,5 % Asam linoleat 33 – 34,4 % Asam linolenat >0,80 % Asam arakhidat 0,20 % Asam gadoleat 0,12 % (Lele.S, 2005) Struktur kimia dari minyak jarak pagar terdiri dari trigliserida dengan rantai asam lemak yang lurus (tidak bercabang), dengan atau tanpa rantai karbon tak jenuh, mirip dengan CPO. Struktur kimia dari minyak jarak pagar sangat berbeda

dengan minyak jarak kepyar (Ricinnus communis Linn), yang mempunyai cabang

hidroksil, hal ini dapat dilihat pada gambar 2.5 dan 2.6

Gambar 2.5 Struktur kimia minyak jarak pagar

Gambar 2.6 Struktur kimia minyak jarak pagar kepyar

Viskositas kinematik minyak nabati bervariasi pada kisaran 30 sampai 40

17

molekul dan struktur kimianya yang besar. Minyak nabati mempunyai berat molekuler yang tinggi yaitu berkisar pada 600 sampai 900, yang merupakan tiga kali lebih besar dari minyak diesel. Titik nyala minyak nabati juga tinggi (diatas

200oC). Nilai kalor dari minyak tersebut berkisar 39 sampai 40 MJ/kg, ini lebih

rendah dibanding minyak diesel (sekitar 45 MJ/kg).

Tabel 2.5 Komposisi Bahan Kimia dari Biji, kulit dan Buah Jarak Pagar

Asam Lemak Biji Kulit Buah

Protein Kasar 22,2 - 27,2 4,3 - 4,5 56,4 - 63,8

Lemak 56,8 - 58,4 0,5 - 1,4 1,0 - 1,5

Abu 3,6 - 3,8 2,8 - 6,1 9,6 - 10,4

Serat detergen netral 3,5 - 3,8 83,9 - 89,4 8,1 - 9,1

Serat detergen asam 2,4 - 3,0 74,6 - 78,3 5,7 - 7,0

Lignin detergen asam 0,0 - 0,2 45,1 - 47,5 0,1 - 0,4

Jumlah energy (MJ kg-1) 30,5 - 31,1 19,3 - 19,5 18,0 - 18,3

(Lusiana.W, 2007)

Adanya ikatan kimia oksigen pada minyak nabati menurunkan nilai kalornya sebanyak 10%. Angka setana minyak nabati berkisar pada 32 sampai 40. Bilangan

jodium berkisar dari 0  200, bergantung dari derajat ketidakjenuhannya. Makin

tinggi bilangan jodium, makin tinggi pula derajat ketidakjenuhannya. Titik didih dan titik tuang minyak nabati lebih tinggi daripada minyak diesel.

Keuntungan minyak jarak pagar sebagai biodiesel antara lain tidak termasuk kategori minyak makan (edible oil) sehingga pemanfaatannya tidak menggangu penyediaan kebutuhan minyak makan dan dapat dikembangkan di daerah kering dan lahan marginal. Disamping itu terdapat manfaat lain yang dapat dikembangkan yaitu sebagai bahan untuk pembuatan sabun, obat-obatan, bahan kimia dan bungkil/ampasnya untuk pupuk organik karena mengandung zat Nitrogen (N) dan bahan-bahan organik lainnya.

Minyak jarak pagar mempunyai warna kuning terang dan mempunyai bilangan jodium yang tinggi (sekitar 105,2 mg iod/g), yang menunjukkan tingginya hidrokarbon tak jenuh. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil uji komposisi asam lemak minyak jarak pagar. Jenis asam lemak minyak jarak pagar mirip dengan jenis minyak lainnya, namun kandungan asam oleat dan linoleatnya

berkisar 90%. Struktur dan komposisi kimianya menyebabkan minyak jarak pagar lebih disukai sebagai pengganti CPO pada aplikasi non pangan. Perbandingan kemampuan produksi minyak jarak pagar dengan minyak nabati lain, dapat di lihat pada Tabel 2.6

Tabel 2.6 Perbandingan Kandungan Minyak Beberapa Tanaman

Nama Tanaman Kandungan minyak per hektar SetaraUS

gallon /acre

Inggris Indonesia Kilogram Liter

Corn Jagung 145 172 18 Oats Gandum 183 217 23 Cotton Kapas 273 325 35 Hemp Ganja 305 363 39 Soybean Kedelai 375 446 48 Coffe Kopi 386 459 49 Linseed(flax) Rami 402 178 51 Pumpkin Seed Biji labu 449 534 57 Coriander Ketumbar 450 536 57

Sesame Wijen 585 696 74

Cocoa Coklat 863 1026 110

Peanuts Kacang tanah 890 1059 113 Rapeseed Lobak 1000 1190 127

Olives Zaitun 1019 1212 129

Castor beans Jarak Kepyar 1188 1413 151 Pecans nuts Kemiri 1505 1791 191 Jatropha Jarak Pagar 1590 1892 202 Avocado Avokad 2217 2638 281 Coconut Kalapa 2260 2689 278 Palm oil Kelapa sawit 5000 8950 635

(http//www.libertyvegetableoil.com/products.html) 2.6 Bahan Bakar Diesel

Biodiesel bahan bakar tersusun atas ratusan rantai hidrokarbon yang berbeda yaitu pada rentang 12 sampai 18 rantai karbon, didapat pada fraksi distilasi pada suhu

antara 250oC - 370oC. Hidrokarbon yang terdapat dalam minyak diesel meliputi

parafin, naftalena, olefin, dan aromatik (mengandung 24% aromatik berupa benzena, toluena, xilena, dan lain-lain), dimana temperatur penyalaannya akan menjadi lebih tinggi dengan adanya hidrokarbon volatil yang lebih banyak. Tabel berikut menunjukkan standar sifat-sifat biodiesel yang sesuai dengan standar ASTM

19

Tabel 2.7 Standar ASTM Untuk Bahan Bakar Biodiesel

Parameter Tes Metode Analisa ASTM Nilai Satuan Gravitasi Spesifik D1298 0,86 - 0,90 g/cm3(150C) Gross Heating Value D2382 17.65 min Btu/lb Cloud Point D2500 Report to

customer

F

Pour Point D97 28 max F

Flash Point D93 100 min 0C

Viskositas Kinematik 400C D445 1,9 – 6,0 cst

Air dan endapan D2709 0,05 max % vol

Copper strip corrosion D130 No. 3 b max Deg. Of Corrosion

Sulfur D2622 0,05 max % mass

Residu carbon D4530 0,05 max % mass

Cetane number D613 40 min

Abu sulfat D482 0,02 max % mass

Neutralization/Acid number D664 0,80 max mg/g

Metanol GC 0,20 max % mass

Gliserol bebas GC 0,02 max % mass

Gliserol total GC 0,24 max % mass

Ester minyak GC 97,50 min % mass

(Kep.Dirjend Migas No.004/P/DM/1979) Sifat-sifat bahan bakar diesel yang penting antara lain meliputi :

1. Viskositas (kekentalan)

Viskositas yang tepat suatu bahan bakar diperlukan untuk operasi yang tepat pula dari suatu mesin. Pelumasan, gesekan di antara bagian-bagian yang bergerak, serta keausan mesin bergantung pada sifat ini. Sifat ini penting bagi aliran minyak ketika melewati pipa saluran dan penyuntik alat pemercik. Viskositas yang terlalu rendah akan menimbulkan kebocoran pada pipa injeksi, menyulitkan penyebaran bahan bakar, sehingga minyak tidak akan segera terbakar, menghasilkan asap yang kotor karena kelambatan aliran dan akan sulit mengalami atomisasi (Purwono.S.dkk, 2003). Proses atomisasi yang efektif dari suatu bahan bakar di dalam silinder memerlukan tingkat viskositas yang lebih rendah untuk menghindari tekanan pompa yang berlebihan.

Viskositas suatu fluida merupakan ukuran ketahanan suatu fluida terhadap deformasi atau perubahan bentuk. Tegangan geser dinyatakan dengan

       dy du μ τ (2.1)

Tegangan geser dinyatakan dengan satuan N m-2(Pa) dan gradien kecepatan

      dy du

dalam (m/s) /m, karena itu satuan SI untuk viskositas dinamik adalah

N s m-2 atau Pa s

Sedangkan viskositas kinematik () menyatakan perbandingan antara

viskositas dinamik (absolute) dengan densitas (rapat massa) fluida.

ρ μ 

 (2.2)

 = viskositas kinematik (m2/s) satuan yang umum di pakai centi Stokes

= viskositas dinamik ( Pa.s) ,satuan yang umum dipakai Poise

ρ= rapat massa (kg m-3)

Viskositas kinematik dapat diukur dengan Viscometer Oswald. Persamaan untuk menentukan viskositas kinematik dengan Viscometer Oswald:

k.t 

 (2.3)

dengan,

 = viskositas kinematik

k = konstanta viscometer Oswald

t = waktu mengalir fluida didalam pipa viskometer (detik)

2. Kerapatan (Densitas)

Kerapatan(densitas) adalah jumlah atau kwantitas suatu zat pada suatu unit volume

Densitas dapat dinyatakan dalam tiga bentuk :

a. Mass density () satuan dalam SI adalah (kg.m-3)

Massa jenis menunjukkan perbandingan massa persatuan volume, karakteristik ini berkaitan dengan nilai kalor dan daya yang dihasilkan oleh mesin diesel persatuan volume bahan bakar.

21

Kerapatan suatu fluida (ρ) dapat dirumuskan dengan :

V m

ρ (2.4)

dengan

ρ = densitas ( rapat massa ) satuan kg.m-3

m = massa zat ( kg)

V = volume zat ( m3)

b. Berat spesifik (specific weight)

=  g (2.5)

Dalam SI satuannya adalah N/m3dimana g = gravitasi bumi (m s-2)

c. Spesifik gravity (sg) merupakan perbandingan antara density dengan berat spesifik suatu zat terhadap density atau berat spesifik suatu standard zat (umumnya terhadap air). Jadi spesifik gravity tidak mempunyai satuan.

3 Titik tuang ( Pour Point)

Titik tuang adalah temperatur yang paling rendah di mana bahan bakar masih dapat mengalir. Titik tuang menunjukkan kemampuan bahan bakar untuk masih dapat mengalir pada temperatur tertentu. Hal ini sangat penting, khususnya pada daerah dengan temperatur yang rendah, sehingga bahan bakar tidak akan menggumpal dengan mudah. Titik tuang yang terlalu tinggi akan menghambat penyalaan bahan bakar (Hardjono.A , 2000). Titik tuang digunakan sebagai syarat kualitas kontrol atau sebagai penunjuk penanganan suhu (temperature) rendah bagi penyimpanan bahan bakar dalam skala besar pada tangki-tangki dan pipa saluran kilang dan pangkalan minyak.

4 Titik Kabut (Cloud Point)

Titik kabut adalah temperature saat bahan bakar mulai tampak berkeruh bagaikan kabut ( berawan = cloudy). Hal ini terjadi karena munculnya Kristal-kristal (padatan) didalam bahan bakar. Meski bahan bakar masih dapat mengalir pada suhu ini, keberadaan Kristal dalam bahan bakar dapat mempengaruhi kelancaran aliran bahan bakar di dalam filter, pompa dan injektor. Titik kabut dipengaruhi oleh bahan baku biodiesel.

5 Titik Nyala (Flash Point)

Titik nyala adalah temperatur bahan bakar terendah, di mana campurannya dengan udara masih dapat menyala. Jika penyalaan terjadi dengan kontinu, maka temperaturnya disebut ‘titik api’. Sifat ini menunjukkan adanya materi materi yang volatil dan mudah terbakar. Titik nyala secara tidak langsung terkait dengan kerja mesin. Namun ini sangat berkaitan dengan keamanan, khususnya pada penanganan dan penyimpanan (ASTM, 1958). Titik nyala yang tinggi akan memudahkan penyimpanan bahan bakar, karena minyak tidak akan mudah terbakar pada temperatur ruang. Namun titik nyala yang rendah akan berbahaya dalam hal penyimpanannya karena resiko penyalaan, dan ini akan menimbulkan terjadinya denotasi sebelum bahan bakar memasuki ruang perapian (Hardjono.A, 2000). Titik nyala digunakan untuk menaksir keseluruhan materi yang mempunyai resiko mudah terbakar.

6 Bilangan Jodium

Bilangan Jodium menunjukkan tingkat ketidakjenuhan atau banyak ikatan rangkap asam lemak penyusun biodiesel. Kandungan senyawa asam lemak tak jenuh meningkatkan performansi biodiesel pada temperature rendah karena senyawa ini memiliki titik leleh ( melting point) yang lebih rendah (Knote.G, 1997), sehingga berkorelasi terhadap cloud point dan pour point yang rendah. Namun disisi lain banyak senyawa lemak tak jenuh di dalam biodiesel memudahkan senyawa tersebut bereaksi dengan oksigen diatmosfer .Biodiesel dengan kandungan bilangan jodium yang tinggi akan mengakibatkan tendensi polimerisasi dan pembentukan deposit pada injector noozle dan cincin piston pada saat mulai pembakaran (Panjaitan. F, 2008). Nilai maksimum harga bilangan jodium yang diperbolehkan untuk

biodiesel yaitu 115 (g I2/100g) berdasarkan standard biodiesel Indonesia.

7 Conradson Carbon Residue

Residu karbon berhubungan dengan jumlah deposit karbon pada ruang pembakaran. Residu karbon yang tinggi menyebabkan silinder mengalami kerusakan dengan cepat, membuat endapan kokas dan bahan elastis pada piston dan silinder. Ini akan menyebabkan lekatnya ring piston dan sistem

23

valve (Maleev.L, 1954). Deposit karbon akan menghambat saluran bahan bakar. Ini juga akan menghambat pengoperasian mesin, dan semua bagian pada pipa injeksi bahan bakar akan rusak dengan cepat. Jadi, semakin rendah residu karbon, efisiensi mesin juga akan semakin baik (Azis.I, 2005).

8 Nilai Kalor

Nilai kalor adalah ukuran energi yang tersedia di dalam suatu bahan bakar, dan menentukan tingkat konsumsi bahan bakar tiap satuan waktu. Semakin tinggi nilai kalor, maka semakin ekonomis bahan bakar tersebut (Setyawardhani.A.S, 2003). Namun sampai saat ini belum ada standar khusus untuk menentukan nilai kalor yang harus dimiliki oleh bahan bakar diesel.

Tabel 2.8 Masalah Kinerja dan Kemungkinan Penyebabnya

Masalah Kinerja Mesin Kemungkinan Penyebab Berhubungan

dengan Bahan Bakar

Pembakaran yang buruk,asap Angka setana yang kurang

Kontaminasi air

Titik tuang yang tidak tepat

Lebih banyak kontaminasi bahan bakar

Keausan silinder Terlalu cairnya bahan bakar

Kandungan sulfur yang tinggi Kontaminasi silikon

Penyumbatan mulut pipa penyuntik

Kontaminasi logam yang dapat larut Pengotor yang berlebihan

Pembentukan kembali getah pengotor

Buruknya Pompa Penyuntik Tingginya kandungan sulfur dan hetero

atom

Pengotor berlebihan Viskositas rendah

Penyumbatan Saringan Kontaminasi air

Pengotor bahan bakar Titik tuang yang tidak tepat

Deposit Mesin yang Berlebihan Terlalu banyak pengotor

Angka setana rendah

Kandungan sulfur/hetero atom yang lebih tinggi

9 Kadar Air

Kadar air dalam minyak merupakan salah satu tolak ukur mutu minyak. Makin kecil kadar air dalam minyak maka mutunya makin baik, hal ini dapat memperkecil kemungkinan terjadinya reaksi hidrolisis yang dapat menyebabkan kenaikan kadar asam lemak bebas. Kandungan air dalam bahan bakar dapat juga menyebabkan turunnya panas pembakaran, berbusa dan bersifat korosif jika bereaksi dengan sulfur karena membentuk asam.

Tabel 2.9 Sifat-sifat Fisis Minyak Diesel dan pengaruhnya pada Mesin Sifat

Bahan Bakar

Pengaruhnya Pada Mesin

Angka setana Ukuran kualitas penyalaan mesin diesel

Angka setana yang tinggi menunjukkan pendeknya

kelambatan penyalaan dan kemungkinan menimbulkan ketukan

Alkana dengan berat molekul yang lebih tinggi mempunyai angka setana yang tinggi pula

Mempengaruhi emisi partikel dan gas Spesifik

Gravitasi

Diperlukan pada pengukuran index setana Pengotor

(air/endapan )

Menyebabkan korosi pada peralatan

Menyebabkan masalah pada kinerja mesin Korosi

kepingan tembaga

Ukuran untuk menilai tingkat korosi pada peralatan Mengindikasi adanya komponen sulfur

Zat partikulat Mengindikasi kemungkinan adanya emisi zat-zat partikulat

Mengandung terutama partikel karbon

Partikel arang (partikel karbon yang terbentuk dari proses fase gas) menyerap dan membawa materi-materi

karsinogenik kelingkungan sebagai bahan buangan dan dapat menyebabkan penyakit pada manusia.

Partikel arang yang berlebihan memungkinkan penyumbatan pada katup knalpot

Abu Dihasilkan dari minyak, komponen logam yang larut air atau

padatan asing, seperti kotoran dan karat

Sulfur Diatur untuk memperkecil kemungkinan terjadinya korosi

pada mesin

Menyebabkan masalah lingkungan dari hasil pembakaran produknya

Bersifat korosif dan menyebabkan masalah fisik terhadap bagian-bagian mesin

25

10 Bilangan Cetana

Bilangan cetana menunjukkan seberapa cepat bahan bakar diesel yang dapat di injeksikan keruang bahan bakar agar terbakar sempurna secara spontan. Bilangan cetana di pengaruhi oleh struktur hidrokarbon dari penyusun biodiesel.

11 Warna

Warna dari suatu bahan bakar tidak secara langsung terkait dengan kerja mesin diesel. Namun jika warnanya terlalu terang, terdapat kemungkinan untuk menambahkannya dengan beberapa warna lain, sehingga standar warna dapat terpenuhi. Penggunaan zat warna yang mengandung material korosif akan mempengaruhi performance mesin.

2.7 Biodiesel

Biodiesel diperkenalkan di Afrika Selatan sebelum Perang Dunia II untuk bahan bakar kenderaan berat. Biodiesel merupakan bahan bakar diesel pengganti yang diproduksi dari sumber yang bias diperbaharui, seperti minyak tumbuhan , lemak hewan, dan daur ulang minyak goreng. Secara kimia, biodiesel didefenisikan sebagai monoalkil ester pada asam lemak rantai panjang. Biodiesel diproduksi melalui reaksi dari minyak sayur atau lemak hewan dengan alkohol untuk menghasilkan gliserol dan biodiesel ( secara kimia disebut metil atau etil ester)

Biodiesel merupakan bahan bakar transportasi yang bisa dibiodegradasi, sehingga tidak menghasilkan karbondioksida ke atmosfer, serta emisi partikulat yang rendah. Bahan bakar alternatif ini tidak menggunakan modifikasi mesin tertentu untuk penggunaannya, dan menghasilkan energi yang sama .

2.7.1 Sifat-Sifat Biodiesel

Biodiesel dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif pengganti bahan bakar minyak bumi yang cepat atau lambat pasti akan habis persediaannya. Sudah selayaknya biodiesel memiliki sifat yang lebih baik atau sekurang

kurangnya sama dengan bahan bakar minyak bumi. Sifat-sifat biodiesel tersebut berdasarkan ASTM D-6751 antara lain:

1. Densitas pada suhu 40oC = 0,85 – 0,89 gr/cm3

2. Viskositas pada suhu 40oC = 2,3 – 6,0 cST

3. Angka setana minimal 48

4. Titik nyala minimal 100oC ( 212oF)

5. Kandungan debu 0,02 % massa total

6. Memiliki sifat yang identik dengan bahan bakar diesel sehingga dalam penggunaannya dapat dicampur dengan solar dalam berbagai takaran. 7. Emisi yang dihasilkan dari proses pembakarannya rendah

2.7.2 Keuntungan–Keuntungan dari Biodiesel

Biodiesel sebagai bahan alternatif memiliki beberapa keuntungan, antara lain:

1. Biodiesel merupakan satu-satunya bahan bakar alternatif yang dapat

digunakan dalam berbagai kondisi tanpa harus memodifikasi mesin diesel.

2. Biodiesel mempunyai sifat ramah lingkungan karena dapat berasal dari

tumbuhan sehingga dapat dibuat terus-menerus.

3. Penghilangan emisi sulfur dioksida ( Biodiesel tidak mengandung sulfur )

sehingga hujan asam tidak akan terjadi. Sulfur yang dihasilkan dari pembakaran minyak yang berasal dari fosil, akan bereaksi dengan air hujan akan menghasilkan asam.

4. Penggunaan biodiesel mengurangi emisi secara teratur. Hasil riset

mengindi-kasikan bahwa bahan partikulat ( secara spesifik karbon atau fraksi yang tidak terlarut), hidrokarbon, dan karbon monoksida berkurang.

5. Biodiesel dapat digunakan tanpa atau dengan campuran solar dalam

berbagai takaran.

6. Biodiesel memberikan penurunan yang signifikan pada tingkat kekotoran

serta karbon monoksida.

7. Biodiesel dapat mengurangi tingkat CO2 di atmosfer, dimana kadar CO2

27

8. Biodiesel dapat mengawetkan mesin diesel karena memiliki sifat melumasi

yang lebih besar dari pada solar.

9. Biodiesel aman untuk digunakan dan dan diangkut karena memiliki

tingkat biodegradasi sama dengan gula dan mengandung racun 10 kali lebih kecil dibandingkan dengan garam dapur.

10. Biodiesel aman digunakan dan disimpan karena memiliki titik nyala yang

tinggi ( > 100 oC).

11. Industri biodiesel juga berdampak baik terhadap faktor ekonomi.

Keuntungan ekonomi dari industri biodiesel adalah jumlah lapangan pekerjaan yang bertambah, penambahan pajak pengoperasian pabrik dan pajak pendapatan, dan penanaman modal pada pabrik dan peralatannya. Selain itu, dengan adanya industri biodiesel dapat meningkatkan pendapatan dasar para pekerja.

2.7.3 Emisi Biodiesel

Penggunaan biodiesel untuk mesin diesel pada umumnya dapat mengurangi jumlah hidrokarbon yang tidak terbakar,karbonmonoksida , dan bahan-bahan partikulat. Penggunaan biodiesel meningkatkan fraksi padatan karbon dari bahan partikulat (oksigen dalam biodiesel memungkinkan

pembakaran sempurna menjadi CO2), menggantikan sulfat ( sehingga tidak ada

sulfur dalam bahan bakar). Oleh karena itu, biodiesel bekerja baik dengan teknologi baru seperti katalis ( yang mengurangi fraksi yang dapat larut pada partikulat biodiesel tapi tidak fraksi padatan karbon)

Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif yang mempunyai evaluasi yang lengkap tentang emisi yang dihasilkan dan pengaruhnya terhadap kesehatan.

Sebuah lembaga di Amerika Serikat, U.S.Environmental Protection Agency

(EPA) mencatat penurunan potensi pencemaran udara pada penggunaan biodiesel dibandingkan dengan petrodiesel.

Perbandingan emisi yang dikeluarkan biodiesel dengan petroleum diesel tertera dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.10 Perbandingan Emisi Biodiesel dengan Petroleum Diesel

No Type emisi B100 B20

1 Hidrokarbon tak terbakar Turun hingga 93 % Turun hingga 30 %

2 Karbonmonoksida Turun hingga 50 % Turun hingga 20 %

3 Massa partikulat Turun hingga 30 % Turun hingga 22 %

4 Senyawa NOx Turun hingga 13 % Turun hingga 2 %

5 Senyawa SOx Turun hingga 100 % Turun hingga 20 %

6 nPAH Turun hingga 90 % Turun hingga 50 %

Sumber : U.S. Environmental Protection Agency (EPA) Keterangan :

B20 : Campuran 20 % Biodiesel dan 80 % Petrodiesel

Penggunaan biodiesel sebagai bahan bakar alternatif atau aditif dapat mereduksi polutan yang dikeluarkan oleh petroleum diesel.

Riset yang dimulai oleh Southwest Research Institute pada mesin Cummnis

N14 mengindikasikan bahwa buangan biodiesel memiliki pengaruh bahaya yang kecil pada kesehatan manusia dibandingkan dengan petrodiesel. Emisi biodiesel memiliki semua tingkat hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH) dan bahan campuran nitrit PAH yang lebih kecil dibandingkan dengan buangan petroleum diesel. PAH dan bahan campuran nPAH telah diidentifikasi sebagai bahan penyebab kanker yang potensial.

2.8 Proses Pembuatan Biodiesel

Dokumen terkait