• Tidak ada hasil yang ditemukan

H. SIMBOL DAN MAKNA DALAM SEKATEN

2. Miyos Gongso dan Ungeling Gamelan

Miyos gongso adalah prosesi ketika gamelan yang disimpan di

dalam keraton diboyong keluar menuju halaman Masjid Agung melewati sitinggil dan alun-alun, kemudian gamelan akan dibunyikan selama tujuh hari tujuh malam. Prosesi ini juga disebut ungeling gamelan atau

gamelan yang dibunyikan. Gamelan dibawa ke halaman Masjid Agung pada tanggal 5 Rabiul Awal dan akan dibawa kembali ke keraton pada tanggal 12 Rabiul Awal sebelum prosesi Garebeg Maulud atau yang juga disebut gunungan.

52

Tim Penulis Masjid Agung Surakarta, Sejarah Masjid Agung Surakarta, Yogyakarta, Absolute Media, 2014, hal 129-130

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Gamelan tersebut berjumlah dua perangkat yang diberi nama Kyai Guntur Sari dan Kyai Guntur Madu. Keduanya diletakkan di dalam bangsal Pradonggo di halaman Masjid Agung. Kyai Guntur Madu diletakkan di selatan, Kyai Guntur Sari diletakkan di utara.

Kyai Guntur Madu memainkan gendhing Rambu yang berasal dari kata Robbuna yang berarti Allah Tuhanku, sehingga gamelan ini

disimbolkan sebagai syahadat tauhid. Sedangkan, Kyai Guntur Sari memainkan gendhing Rangkung yang berasal dari kata Roukhun yang

berarti jiwa besar atau jiwa yang agung. Rangkung menurut etimologi atau lebih tepatnya kerata basa atau jarwa dhasaknya berasal dari kata ‘barang kakung’ yang menginterpretasikan pada seorang Nabi, Khalifah, dan Raja-Raja Mataram yang kesemuanya laki-laki. Dan kemudian gamelan Kyai Guntur Sari disimbolkan sebagai syahadat rasul.

Kedua perangkat gamelan dibunyikan secara bergantian dari pukul 9 pagi hingga pukul 12 malam. Namun ketika waktu sholat lima waktu tiba, gamelan akan berhenti agar masyarakat dapat bersama-sama menunaikan ibadah sholat. Selain pada waktu sholat lima waktu, gamelan

juga diistirahatkan pada hari Jum’at, karena hari Jum’at adalah hari

agung bagi umat Islam.

3. Kinang

Dalam prosesi sekaten, terdapat tradisi mengunyah kinang. Tradisi ini diyakini oleh masyarakat dapat membuat awet muda.

commit to user

Mengunyah kinang atau dalam Bahasa Jawa nginang, dilakukan ketika

gamelan mulai dibunyikan, yaitu pada tanggal 5 Rabiul Awal atau pada prosesi miyos gongso.

Kinang terdiri dari lima unsur, yang juga menyimbolkan rukun Islam yang jumlahnya juga lima. Kelima unsur itu adalah daun sirih, injet, gambir, tembakau, dan bunga kantil. Orang yang mengunyah

kinang menggunakan tiga unsur yang terdiri atas suruh, gambir dan injet itu sudah enak, artinya orang yang sudah melaksanakan tiga rukun Islam yakni syahadat, sholat, puasa itu sudah baik, apalagi melakukan zakat dan haji, maka lebih sempurna.53

Dalam dunia medis, masing-masing kandungannya berkhasiat bagi kesehatan tubuh. Kandungan inilah yang sebenarnya membuat awet muda. Banyak orang-orang tua kita yang masih berwajah cerah dan memiliki gigi yang utuh meskipun telah berusia lanjut. Tradisi ini dilakukan sebagai ajakan kepada masyarakat agar senantiasa hidup sehat.

4. Gunungan

Pada puncak acara sekaten yang dalam bahasa Jawa disebut Garebeg Maulud, terdapat upacara membawa gunungan dari keraton ke halaman Masjid Agung untuk dibagikan kepada masyarakat. Namun pada kenyataannya, masyarakat tidak bisa tertib dan saling berebut untuk mendapatkan gunungan.

53

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Gunungan ialah wujud syukur kepada Allah SWT atas limpahan rejeki yang diberikan kepada manusia. Oleh karenanya, gunungan dibentuk dari hasil bumi, seperti sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian. Disebut gunungan karena dibentuk seperti gunung yang semakin ke atas semakin kecil. Di atas gunungan juga tertancap bendera merah putih. Bendera merah putih merupakan bendera kerajaan Majapahit yang juga disebut gulo klopo, kemudian bendera ini juga digunakan kerajaan

Mataram dan hingga saat ini digunakan sebagai bendera Republik Indonesia.

Dahulu gunungan berjumlah dua belas pasang, namun karena keraton sudah tidak memiliki daerah kekuasaan, jumlah yang dikeluarkan adalah dua pasang gunungan. Sepasang gunungan terdiri dari gunungan kakung dan gunungan putri. Ada pula gunungan anakan yang mengikuti di tiap pasang gunungan serta ancak antaka .

Gunungan kakung dan putri melambangkan lingga-yoni atau organ vital lelaki dan perempuan. Dalam kehidupan, manusia terlahir dari ayah dan ibu. Dan apabila diurutkan ke urutan teratas, manusia juga dimulai dari laki-laki dan perempuan, yaitu Nabi Adam AS dan Hawa. Gunungan kakung dibentuk dari bahan-bahan mentah, gunungan putri dibentuk dari makanan olahan. Ini melambangkan bahwa laki-laki yang berkewajiban mencari nafkah dan perempuan yang mengolahnya. Sedangkan gunungan anakan berisi makanan berwarna-warni yang melambangkan anak-anak.

commit to user

a. Gunungan kakung

Gunungan kakung berbentuk kerucut dan bagian puncaknya disebut mustaka atau kepala yang disusun dari entho-entho yang

terbuat dari tepung beras dan dipasang melingkar berrangkai dengan telur asin. Kemudian di atasnya ditancapkan bendera merah putih dan cakra yang merupakan senjata ampuh milik Bathara Kresna. Seluruh badan dari gunungan kakung ditutup dengan kacang panjang yang disusun secara vertikal dan diikat melingkar rapat. Di tiap pucuk atas kacang panjang diberi kue-kue kecil dan cabai merah, ini juga berfungsi untuk mengunci posisi kacang panjang agar tidak jatuh. Gunungan kakung diletakkan di atas kotak yang disebut jodhang. Kotak ini berisi nasi uduk dan lauk pauk. Kemudian kotak

ini ditutup kain berwarna merah putih. Untuk gunungan kakung alas kain yang berwarna merah di atas dan putih di bawah.

Bahan-bahan maupun simbol yang tersusun dalam gunungan kakung adalah:

1) Cakra

2) Bendera merah putih 3) Entho-entho

4) Telur asin 5) Kacang panjang 6) Cabai merah 7) Terong

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

8) Wapen

9) Kampuh

10) Bahan lain, seperti daun pisang sebagai dasar gunungan, tebu yang ditancap bersama cabai, timun, wortel, nasi uduk, sayuran, lauk pauk, kerupuk, dsb.

b. Gunungan putri

Gunungan putri berbentuk mirip payung yang terbuka. Bagian puncaknya dilapisi kue besar bertumpuk lempengan berwarna hitam dengan sekelilingnya ditancapi sejumlah kue berbentuk daun. Sedangkan di bagian batang tubuhnya ditutupi sejumlah kue ketan yang berbentuk bintang dan lingkaran yang dinamakan rengginan, di tengahnya diberi kue kecil-kecil serta di sekelilingnya diberi kue dan hiasan yang bermacam-macam bentuk. Gunungan putri juga diberi kue yang berbentuk lingkaran-lingkaran besar terbuat dari ketan yang disebut wajik. Gunungan putri

diletakkan di atas kotak atau jodang seperti gunungan kakung. Kotak ini berisi makanan-makanan ringan seperti biskuit. Kemudian kotak ini ditutup kain berwarna merah putih. Untuk gunungan putri alas kain yang berwarna putih di atas dan merah di bawah.

Bahan-bahan maupun simbol yang tersusun dalam gunungan kakung adalah:

commit to user

2) Eter yang terbuat dari seng berbentuk jantung manusia atau bunga pisang (tuntut)

3) Kampuh penutup jodang yang terbuat dari kain mori atau lawe

yang bermakna sebagai pakaian jasmani dan rohani manusia (kesusilaan dan sandang)

4) Rengginan terbuat dari beras ketan yang besar

5) Jajan yang terdiri dari jadah, wajik, dan jenang, sebagai isi dari jodang

6) Bahan lain, seperti kacu, terbuat dari ketan yang dibentuk

bulatan kecil dan diberi warna, giwangan bima berjumlah 8 biji, samir jene 4 biji, sujen, daun pisang, tali, dan jodang

c. Gunungan anakan

Gunungan anakan selalu berada di antara gunungan kakung dan gunungan putri. Gunungan ini melambangkan bahwa kehidupan manusia yang turun-menurun. Adapun isinya ialah:

1) Uang logam, banyaknya sesuai dengan Sri Susuhunan Paku Buwana yang ke berapa, misalnya yang bertahta Paku Buwana XIII, jumlah uang logam juga tiga belas.

2) Rengginan kecil yang berwarna merah, hitam, putih, dan

jene sebanyak untuk gunungan kakung yaitu empat biji dan

untuk putri sebanyak 8 biji.

3) Bunga sebagai hiasan dalam gunungan 4) Tuntut atau eter kecil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Dokumen terkait