• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.6. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL)

2.6.3. Model Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Louvar dan Louvar (1998) dan Kolluru (1996) menggambarkan analisis risiko kesehatan terdiri dari 4 langkah utama yaitu identifikasi bahaya (Hazard Identification), Analisis pemajanan (Exposure Assesment), Analisis Dosis Respon (Dose Response Assesment) dan karaktersistik risiko ( Risk Characterization).

2.6.3.1. Identifikasi Bahaya (Hazard Identification)

Pengertian bahaya (hazard) dan risiko (risk) menurut Richardson (1989) adalahkeberadaan dari materi yang berefek pada sistem kehidupan seperti manusia, hewan atau lingkungan yang terpapar. Risiko (risk) : adalah akibat yang terjadi atau diperkirakan akan terjadi karena adanya bahaya yang terpapar pada populasi dalam dosis atau konsentrasi tertentu. Risiko ini menggambarkan frekuensi dan intensitas dari bahaya kepada populasi yang terpapar.

Identifikasi bahaya adalah tahap awal ARKL untuk mengenali sumber risiko. Informasinya dapat ditelusuri dari sumber dan penggunaan risk agent. Penelusuran informasi dapat menggunakan pendekatan, yaitu:

2) Disease oriented yaitu identifikasi dengan melakukan pengamatan terhadap gejala dan penyakit yang berhubungan dengan toksisitas risk agent di masyarakat.

Dari dua pendekatan tersebut,agent orientedadalah pendekatan yang didahulukan pada studi ARKL, karena sangat berguna untuk analisis dosis-respon (WHO, 1983).

ARKL biasanya dilakukan karena adanya peristiwa yang menjadi perhatian umum, bisa juga karena kebutuhan tertentu meskipun tidak atau belum menjadi perhatian umum. Kasus-kasus muncul karena dua masalah utama yaitu indikasi pencemaran atau indikasi gangguan kesehatan. Masyarakat awam biasanya memakai identifikasi inderawi sebagai dasar kepedulian mereka maka kalangan profesional atau akademisi harus menggunakan data dan informasi ilmiah sebagai basis untuk menilai keberadaan masalah lingkungan dan kesehatan. Morbiditas dan mortalitas penyakit berbasis lingkungan, insiden dan prevalen, hasil–hasil monitoring kualitas lingkungan atau studi epidemiologi kesehatan lingkungan merupakan sumber data yang lazim dipakai untuk merumuskan masalah. Jadi keberadaan risk agent dapat disimpulkan dari gangguan kesehatan yang teramati (disease oriented), tingkat pencemaran (agent oriented) misalnya yang melampaui baku mutu atau keduanya (Rahman, 2007).

2.6.3.2. Analisis Pemajanan (Exposure Assesment)

Analisis pemajanan yang disebut juga penilaian kontak bertujuan untuk mengenali jalur- jalur pajanan risk agent agar jumlah asupan yang diterima individu

dalam populasi berisiko bisa dihitung. Risk agent bisa berada dalam tanah, udara, air, atau pangan seperti ikan, daging, telur, susu, sayur mayur dan buah-buahan. Pemajanan adalah proses yang menyebabkan organisme kontak dengan bahaya, pemajanan adalah penghubung antara bahaya dan risiko. Pemajanan dapat terjadi karena risk agent terhirup dalam udara, tertelan bersama air atau makanan, terserap melalui kulit atau kontak langsung dalam kasus radiasi (Kolluru, 1996).

Adapun jalur pemajanan secara umum dari risk agent gas dapat dilihat pada bagan dibawah sebagai berikut ini :

2.6.3.3. Analisis Dosis-Respon (Dose-Response Assessment)

Analisis dosis respon menetapkan nilai – nilai kuantitatif toksisitas risk agent

untuk setiap bentuk kimianya. Toksisitas dinyatakan sebagai dosis referensi (reference dose, RfD) untuk efek- efek non karsinogenik dan Cancer Slope Factor(CSF) atau Cancer Unit Risk (CCR) untuk efek-efek karsinogenik. Analisis

Risk Agent Gas Inhalasi Hidung Darah Paru-paru Organ tubuh

dosis respon merupakan tahap paling menentukan karena ARKL hanya bisa dilakukan untuk risk agent yang ada dosis responnya (Kolluru, 1996).

RfC atau RfD adalah toksisitas kuantitatif non karsinogenik menyatakan estimasi dosis pajanan harian yang diprakirakan tidak menimbulkan efek yang merugikan kesehatan meskipun pajanan berlanjut sepanjang hayat. Dosis referensi dibedakan untuk pajanan oral atau tertelan (ingesti untuk makanan dan minuman) yang disebut RfD dan untuk pajanan inhalasi (udara) yang disebut Reference Concentration (RfC). Dalam analisis dosis–respon, dosis dinyatakan sebagai risk agent yang terhirup (inhaled), tertelan (ingested) atau terserap melalui kulit (absorbed) per kg berat badan per hari (mg/kg/hari). Respon atau efek non karsinogenik, yang disebut juga efek sistemik yang ditimbulkan oleh risk agent tersebut dapat beragam mulai dari yang tidak teramati yang sifatnya sementara, kerusakan organ yang menetap,kelainan fungsional yang kronik sampai kematian.

RfC atau RfD menunjukkan probabilitas untuk mendapatkan risiko. Jika dosis yang diterima melebihi maka probabilitas mendapatkan risiko juga lebih besar, demikian juga apabila dosis yang diterima di bawah RfC atau RfD maka probabilitas mendapatkan risiko juga kecil. Nilai RfC, RfD dan SF masing-masing risk agent telah tersedia dalam pangkalan data Integrated Risk Information System dari US-EPA.

Nilai RfC atau RfD ditetapkan berdasarkan nilai NOAEL (No Observed Adverse Effect Level)atau LOAEL (Lowest Observed Adverse Effect Level) yang diperoleh dari hasil penelitian menggunakan hewan uji (bioassay) atau studi

epidemiologi. NOAEL yaitu dosis tertinggi suatu zat pada studi toksisitas kronik atau subkronik yang secara statistik atau biologis tidak memperlihatkan efek merugikan pada hewan uji atau pada manusia. Sedangkan LOAEL yaitu dosis terendah yang secara statistik atau biologis masih memperlihatkan efek merugikan pada hewan uji atau pada manusia.

Secara teknis RfC atau RfD ditetapkan dengan membagi NOAEL atau LOAEL

dengan UF (uncertainty factor) sesuai konsep probabilitas. Adapun persamaannya sebagai berikut: (Rahman, 2007).

MF UF UF UF UF RfD × × × × = 4 3 2 1 LOAEL atau NOAEL

Angka dan kriteria UF dan MF sebgai berikut:

UF1 = 10 (untuk variasi sensitivitas dalam populasi manusia)

UF2 = 10 (untuk ekstrapolasi dari hewan ke manusia)

UF3 = 10 (NOAEL diturunkan dari uji subkronik, bukan kronik)

UF4 = 10 (bila menggunakan LOAEL bukan NOAEL)

MF = 0 – 10 (default 1) Catatan:

MF (modifying factor) merupakan penilaian profesional terhadap kualitas stui toksisitas dan kelengkapan datanya yang tidak tertampung dalam UF.

Karakterisasi risiko adalah penghubung antara analisis risiko dengan manajemen risiko. Asupan pada manusia (Intake) dibandingkan dengan dosis acuan (RfC). Karakteristik risiko kesehatan dinyatakan dengan RfC dikenal dengan bilangan risiko (Risk Questiens), disingkat RQ yaitu tingkatan risiko untuk efek-efek nonkarsinogenik. RQ dihitung dengan membagi asupan nonkarsinogenik (intake/I) setiap risk agent dengan RfC atau RfD menurut persamaan berikut: (ATSDR 2005).

RfC I RQ=

Dalam ARKL, RQ menyatakan kemungkinan risiko yang potensial terjadi. Semakin besar nilai RQ diatas 1 (RQ>1) semakin besar kemungkinan risiko itu terjadi dan sebaliknya jika nilai RQ kurang dari 1 (RQ<1) maka semakin kecil kemungkinan risiko kesehatan itu untuk terjadi (Kolluru, 1996).

Adapun nilai asupan (Intake) ditentukan dengan persamaan berikut:

avg b t E E t W D f t R C I × × × × × = Keterangan:

I = asupan (intake), mg/kg/hari C = konsentrasi risk agent, mg/m3 R = (nilai default US- EPA0,83 M3 / Jam ) tE = lama pajanan, jam/hari

Dt = durasi pajanan (riiltime/lifetime), tahun Wb = berat badan, kg

tavg

Merumuskan manajemen risiko untuk meminimalkan tingkat risiko yaitu dengan memanipulasi nilai faktor pemajanan untuk menyamakan Intake dengan RfC

yaitu dengan cara menurunkan konsentrasi risk agent atau mengurangi waktu kontak. Supaya tujuan pengelolaan risiko ini dapat tercapai dengan baik maka pilihan-pilihan manajemen risiko harus dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Langkah ini dikenal sebagai komunikasi risiko. Manajemen dan komunikasi risiko bersifat spesifik bergantung pada karakteristik risk agent, pola pemajanan, individu atau populasi yang terpajan, sosiodemografi dan kelembagaan masyarakat dan pemerintah setempat (Rahman, 2005).

= perioda waktu rata-rata

= 30 th × 365 hari/tahun untuk zat nonkarsinogenik = 70 th × 365 hari/tahun untuk zat karsinogenik

2.6.3.5. Manajemen Risiko ARKL

Manajemen risiko adalah upaya yang didasarkan pada informasi tentang risiko kesehatan yang diperoleh melalui suatu analisis risiko untuk mencegah, menanggulangi atau memulihkan efek yang merugikan kesehatan oleh pajanan zat toksik. Hasil dari karakteristik risiko kemudian digunakan untuk memutuskan upaya pengendalian dengan memperhatikan faktor–faktor lain seperti ketersediaan teknologi, perangkat hukum dan perundangan, sosial, ekonomi dan informasi politik.

Dokumen terkait