• Tidak ada hasil yang ditemukan

Salah satu pertanyaan mendasar dalam pengelolaan sumberdaya ikan adalah bagaimana memanfaatkan sumberdaya tersebut sehingga menghasilkan manfaat ekonomi yang tinggi bagi pengguna, namun kelestariannya tetap terjaga. Secara implisit pertanyaan tersebut mengandung dua makna, yaitu makna ekonomi dan makna biologi. Oleh karena itu, pendekatan bioekonomi dalam pengelolaan sumberdaya ikan merupakan hal yang harus dipahami oleh setiap pelaku yang terlibat dalam pengelolaan sumberdaya ikan (Fauzi dan Anna 2005).

Istilah bioekonomi diperkenalkan oleh Scott Gordon, seorang ahli ekonomi dari Kanada yang pertama kali menggunakan pendekatan ekonomi untuk menganalisis pengelolaan sumberdaya ikan yang optimal. Konsep MSY yang pertama kali diperkenalkan oleh Schaefer pada tahun 1954, hanya didasarkan pada pendekatan biologi semata. Dalam perspektif MSY, jika sumberdaya ikan dipanen pada tingkat MSY, sumberdaya ikan akan lestari. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah bagaimana dengan biaya pemanenan ikan, bagaimana dengan pertimbangan sosial-ekonomi akibat pengelolaan sumberdaya ikan, serta bagaimana pula dengan nilai ekonomi terhadap sumberdaya yang tidak panen atau intrinsic value (dibiarkan di laut). Dalam pendekatan MSY, pertanyaan-pertanyaan tersebut sengaja diabaikan, sebab tujuan pendekatan biologi adalah memperoleh produksi setinggi-tingginya. Akan tetapi, dalam pendekatan biologi sering mengalami ketidakstabilan MSY itu sendiri, MSY juga tidak memiliki basis logis pada saat terjadi interaksi antarspesies ikan. Kekurangan-kekurangan tersebutlah yang kemudian melahirkan konsep pendekatan bioekonomi. Dalam

pendekatan biologi, tujuan pengelolaan adalah pertumbuhan biologi. Sedangkan, dalam pendekatan bioekonomi tujuan utamanya adalah aspek ekonomi dengan kendala aspek biologi sumberdaya ikan (Fauzi dan Anna 2005).

Model bioekonomi Gordon-Schaefer dibangun dari model surplus produksi yang telah dikembangkan sebelumnya oleh Graham pada 1935. Pada pendekatan ini, Gordon menambahkan faktor ekonomi dengan memasukkan faktor harga dan biaya, untuk mengembangkan model Gordon-Schaefer ini beberapa asumsi akan digunakan untuk memudahkan pemahaman, asumsi-asumsi tersebut antara lain (Fauzi 2006):

(1) Harga per satuan output (Rp per kg) diasumsikan konstan atau kurva permintaan elastis sempurna;

(2) Biaya penangkapan per satuan upaya penangkapan dianggap konstan; (3) Spesies sumberdaya ikan dianggap tunggal (single spesies);

(4) Hanya faktor penangkapan langsung yang diperhitungkan (tidak memasukkan faktor pasca panen dan lain sebagainya).

Dengan menggunakan asumsi di atas, maka penerimaan total dapat diperoleh sebagai berikut: ... (2.11) Keterangan: TR = penerimaan total p = harga rata-rata rajungan h = hasil tangkapan

Demikian juga dengan biaya total upaya penangkapan yang dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:

... (2.12) Keterangan :

TC = total biaya penangkapan rajungan persatuan upaya c = biaya penangkapan rajungan persatuan upaya E = upaya penangkapan

Maka keuntungan dari pemanfaatan sumberdaya rajungan tersebut adalah :

... (2.13) Keterangan :

π = keuntungan dari pemanfaatan sumberdaya

Dalam kondisi pengelolaan yang bersifat terbuka (open access), keseimbangan pengelolaan akan dicapai pada tingkat upaya , dimana penerimaan total (TR) sama dengan biaya total (TC) sehingga keuntungan yang diperoleh dari usaha penangkapan ikan sama dengan nol (π = 0). Pelaku perikanan hanya menerima biaya opportunitas dan rente ekonomi sumberdaya atau profit tidak ada. Tingkat effort pada posisi ini adalah tingkat effort keseimbangan yang oleh Gordon disebut sebagai ”bioeconomic equilibrium of open access fishery” atau keseimbangan bionomik dalam kondisi akses terbuka (Fauzi 2006). Keseimbangan pengelolaan perikanan dalam dua rezim pengelolaan yang berbeda dapat digambarkan pada model Gordon-Schaefer seperti pada Gambar 7.

Berdasarkan Gambar 7, terlihat bahwa keseimbangan bioekonomi merupakan kondisi dimana pada setiap effort dibawah , penerimaan total akan melebihi biaya total, sehingga pelaku perikanan (nelayan) akan lebih banyak tertarik (entry) untuk melakukan penangkapan ikan. Sebaliknya pada kondisi effort diatas , biaya total akan melebihi penerimaan total sehingga banyak pelaku perikanan yang akan keluar (exit) dari usaha penangkapan ikan. Dengan demikian, hanya pada tingkat effort keseimbangan akan tercapai sehingga proses entry dan exit tidak akan terjadi. Dengan kata lain, keseimbangan open access akan terjadi jika seluruh rente ekonomi telah terkuras habis (driven to zero), sehingga tidak ada lagi insentif untuk entry maupun exit, serta tidak ada perubahan pada tingkat upaya yang sudah ada (Fauzi 2006).

Sumber: Schaefer (1954) diacu dalam Fauzi (2006)

Gambar 7 Model Gordon-Schaefer.

Cara lain untuk melihat keseimbangan Gordon-Schaefer adalah dari sisi hubungan penerimaan rata-rata, penerimaan marginal dan biaya marginal. Hal ini dapat diturunkan dari persamaan penerimaan total dan biaya total. Dengan menggunakan fungsi permintaan yang linear, dimana harga tidak lagi konstan tetapi linear terhadap hasil tangkapan p(h) maka kurva penerimaan rata-rata dapat diturunkan dari kurva penerimaan total dibagi dengan hasil tangkapan (h).

... (2.14) Kurva penerimaan marginal diperoleh dengan menurunkan penerimaan total terhadap hasil tangkapan.

... (2.15)

Kurva biaya marginal merupakan turunan pertama (kemiringan/slope) dari biaya total yang merupakan konstanta.

... (2.16)

0 TR = p.h  TC = c.E    C MEY B MSY Cost, Revenue  π max Effort 

Persamaan 2.16 dapat digambarkan pada kurva keseimbangan bioekonomi dari sisi penerimaan rata-rata seperti pada Gambar 8.

Sumber: Schaefer (1954) diacu dalam Fauzi (2006)

Gambar 8 Kurva keseimbangan bioekonomi dari sisi penerimaan rata-rata.

Berdasarkan Gambar 8, terlihat bahwa keuntungan lestari yang maksimum (maximum sustainable rent) akan diperoleh secara maksimum (sustainable profit) pada tingkat upaya EMEY karena memiliki jarak vertikal terbesar antara penerimaan dan biaya. Tingkat upaya ini sering disebut sebagai maximum economic yield (MEY) atau produksi yang maksimum secara ekonomi, dan merupakan tingkat upaya yang optimal secara sosial (socially optimum). Jika dibandingkan antara tingkat upaya pada saat keseimbangan open access dengan tingkat upaya optimal secara sosial, maka akan terlihat bahwa pada kondisi open access tingkat upaya yang dibutuhkan jauh lebih banyak daripada yang semestinya untuk mencapai keuntungan optimal yang lestari. Dari sudut pandang ilmu ekonomi, keseimbangan open access menimbulkan terjadinya alokasi sumberdaya alam yang tidak tepat (missallocation) dari sumberdaya, karena kelebihan faktor produksi (modal dan tenaga kerja) tersebut dapat dialokasikan untuk kegiatan ekonomi lainnya yang lebih produkstif. Ini merupakan inti prediksi Gordon bahwa pada kondisi perikanan yang open acess akan menimbulkan kondisi economic overfishing.

Revenue/cost

EMEY  EOA Effort 

C = MC =AC  AR

Tingkat upaya yang dibutuhkan untuk mencapai titik optimal secara sosial (E0) jauh lebih kecil dibandingkan dengan yang dibutuhkan untuk mencapai titik MSY (EMSY). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tingkat upaya pada titik keseimbangan (EMEY) terlihat lebih bersahabat (conservative minded) dibandingkan dengan tingkat upaya EMSY (Hannesson 1993 diacu dalam Fauzi 2006).

Dokumen terkait