• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Keberhasilan Revegetasi dari Aspek Kesuburan Tanah

Famili Collembola Yang Terkumpul

4.8. Model Keberhasilan Revegetasi dari Aspek Kesuburan Tanah

Keberhasilan revegetasi dari aspek kesuburan tanah merupakan fungsi dari kelimpahan Collembola tanah dan umur revegetasi. Kelimpahan Collembola tanah sangat berkaitan dengan faktor lingkungan abiotik dan lingkungan biotik yang terdiri atas indikator sifat fisik tanah, sifat kimia tanah, komposisi vegetasi, ketebalan serasah dan predator. Atas dasar tersebut dapat disusun 5 persamaan model kelimpahan Collembola tanah untuk memantau keberhasilan revegetasi dari aspek kesuburan tanah (Tabel 14). Pemilihan model terbaik dilakukan berdasarkan hasil uji akurasi (Tabel 15) dan uji signifikansi (Tabel 16). Model terbaik yang terpilih dapat digunakan sebagai model untuk memantau keberhasilan revegetasi.

Tabel 14 Model keberhasilan revegetasi dari aspek kesuburan tanah di area revegetasi tambang PT NNT

Model Peubah lengkap

Model 1 KR = {0.088 Fisik [Kelembaban]} + {0.587 Kimia [C-Organik]} +

{0.096 Vegetasi [Kerapatan vegetasi tk tiang]} + {0.120 Predator}+ {0.110 Serasah}

Model 2 KR = {0.645 Kimia [C-Organik]} + {0.059 Vegetasi [Kerapatan vegetasi tk tiang]} + {0.123 Predator} + {0.173 Serasah} Model 3 KR = {0.696 Kimia [C-Organik]} + {0.127 Predator} + {0.177

Serasah}

Model 4 KR = {0.795 Kimia [C-Organik]} + {0.205 Serasah} Model 5 KR = {Kimia [C-Organik]}

Uji model dilakukan untuk mengatahui dan mengukur ketelitian dari model yang dihasilkan dalam menduga tingkat keberhasilan revegetasi terhadap kondisi sebenarnya di lapangan. Referensi yang digunakan adalah standar nilai C-organik (Puslitan 1983). Akurasi model dihitung berdasarkan koinsidensi antara model dan referensi dengan menggunakan matrik kesalahan (Confusion matrix). Uji model dilakukan mengunakan akurasi umum (Overall accurasy) dan akurasi kappa (Kappa accurasy). Akurasi umum biasanya memberikan hasil

piksel diagonal saja. Akurasi Kappa umumnya mempunyai nilai akurasi lebih kecil dari akurasi rata-rata umum. Akurasi kappa mempertimbangkan semua elemen dalam matrik.

Berdasarkan hasil uji akurasi model 1 sampai dengan 5 (Tabel 15), model 2 dan 3 memiliki nilai akurasi yang sama dan tertinggi dengan nilai akurasi umum sebesar 77 % dan akurasi kappa sebesar 49.35 %. Akurasi yang sama juga terjadi pada model 4 dan 5 dengan nilai akurasi umum sebesar 73 % dan akurasi kappa yaitu 42.22 %. Nilai akurasi yang paling rendah adalah model 1 dengan nilai akurasi umum sebesar 65 % dan akurasi kappa sebesar 30.87 %. Guna melihat beda nyata antar model dilakukan uji signifikansi.

Tabel 15 Hasil uji akurasi model keberhasilan revegetasi berdasarkan aspek kesuburan tanah di area revegetasi tambang PT NNT

Model

Verifikasi Model

Akurasi rata-rata umum (%) Akurasi Kappa (%)

Model 1 65 30.97

Model 2 77 49.35

Model 3 77 49.35

Model 4 73 42.22

Model 5 73 42.22

Tabel 16 Hasil uji signifikansi model keberhasilan revegetasi berdasarkan aspek kesuburan tanah di area revegetasi tambang PT NNT

Model

Nilai Z

Model 1 Model 2 Model 3 Model 4

Model 1

Model 2 5.32

Model 3 5.32 0.00

Model 4 1.80 1.37 1.37

Model 5 1.80 1.37 1.37 0.00

Hasil uji signifikansi (Tabel 16) menunjukan bahwa model 1, model 2 dan 3 berbeda secara signifikan karena memiliki nilai z > 1,96. Model 4 dan 5 tidak berbeda secara signifikan dengan model 1 karena nilai z < 1,96. Model 1 dapat

5, sehingga model 2 atau model 3 dapat mewakili model 4 dan model 5. Berdasarakan hasil uji akurasi dan uji signifikasi, model terpilih yang dapat digunakan untuk memantau keberhasilan revegetasi dari aspek kesuburan tanah adalah model 3. Model 3 dipilih karena memiliki nilai akurasi paling tinggi dan peubah yang lebih sederhana. Model 3 dibangun berdasarkan indikator sifat kimia tanah, indikator ketebalan serasah dan indikator predator.

Pemantauan merupakan suatu rangkaian penting yang harus dilakukan dalam kegiatan revegetasi tujuannya untuk mengevaluasi sejauh mana keberhasilan revegetasi yang telah dilakukan serta upaya-upaya yang perlu dikembangkan agar keberhasilan revegetasi dapat dipercepat dan diprediksi waktu pencapaiannnya. Pemantauan keberhasilan revegetasi dengan melihat kelimpahan Collembola tanah akan lebih mudah dan murah untuk dilakukan. Kemudahan merupakan salah satu syarat pemantauan yang efektif, disamping itu harus hemat biaya, hal ini penting guna mencapai perbaikan yang berkelanjutan. Kunci kesuksesan pemantauan adalah bagaimana memilih indikator yang efektif, mudah diukur, dapat dibuktikan secara ilmiah dan dapat didefinisikan dengan jelas (Blood 2006). Indikator yang tepat akan lebih terperinci dalam memantau sistem yang menjadi perhatian.

Kegiatan pemantauan yang selama ini dilakukan di area revegetasi

PT NNT meliputi perhitungan persentase tutupan efektif „basal‟ dan tutupan vegetasi „aerial‟, potensi permudaan, tiang pancang dan pohon serta jumlah dan

keragaman spesies. Pemantauan keberhasilan revegetasi menggunakan indikator invertebrata seperti Collembola tanah belum dilakukan. Indikator yang digunakan dalam menetapkan kriteria keberhasilan revegetasi di area tambang pada umumnya hanya berdasarkan pada kondisi fisik tanah dan pengukuran komunitas tumbuhan. Pengukuran terhadap fauna jarang dilakukan. karena binatang akan ada setelah kondisi flora stabil. Fauna yang dijadikan indikator kesuksesan hanya sebatas vertebrata yang di pertimbangkan, sedangkan keberadaan invertebrata atau Collembola tanah tidak pernah diperhitungkan (Bisevac & Majer 1998). Beberapa penelitian telah menunjukan bahwa penggunaan kelompok Invertebrata untuk pemantauan keberhasilan rehabilitasi dilaporkan memiliki keunggulan tersendiri

yang lebih tinggi dibanding kelompok vertebrata dan tanaman. Invertebrata juga merupakan anggota kerajaan hewan yang paling beragam dan melimpah (Bisevac & Majer 1998) Invertebrata merupakan komponen utama dari keanekaragaman baik pada kawasan yang masih alami maupun terganggu (Majer 1989; Erwin 1991).

Tabel 17 Klasifikasi nilai estimasi kelimpahan Collembola tanah di area revegetasi tambang PT NNT

Umur Revegetasi

(tahun) Collembola rendah Collembola sedang Collembola tinggi

1 0-1 1-1 2 2 0-1 1-2 3 3 0-3 3-5 8 4 0-6 6-9 15 5 0-9 9-15 26 6 0-14 14-23 39 7 0-20 20-32 55 8 0-27 27-43 75 9 0-35 35-56 97 10 0-45 45-71 122 11 0-55 55-87 151 12 0-66 66-106 182 13 0-79 79-125 216 14 0-93 93-147 253 15 0-107 107-170 293 16 0-123 123-195 337 17 0-140 140-222 383 18 0-158 158-251 432 19 0-177 177-281 484 20 0-197 197-313 539

Berdasarkan nilai estimasi Collembola yang diproleh dari hubungan antara kelimpahan Collembola tanah dengan C-organik dan umur revegetasi, pemantauan menggunakan kelimpahan Collembola tanah dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelas jumlah Collembola yaitu Collembola tinggi, Collembola sedang dan Collembola rendah (Tabel 17). Penggunaan data estimasi menyebabkan kelimpahan Collembola sampai umur 20 tahun dapat diketahui jumlahnya. Kelas monitoring menggunakan kelimpahan Collembola tanah dapat dilihat pada

menjadi 3 kelas keberhasilan berdasarkan skor maksimum yang diperoleh yaitu kurang berhasil, cukup berhasil dan berhasil. Hasil klasifikasi kelas keberhasilan model 3 dapat dilihat pada Tabel 18, sedangkan untuk memonitoring keberhasilan revegetasi dari aspek kesuburan tanah menggunakan model 3 disajikan pada Gambar 19.

Tabel 18 Klasifikasi nilai skor monitoring keberhasilan revegetasi dari aspek kesuburan tanah di area revegetasi tambang PT NNT menggunakan model 3

Umur Revegetasi (tahun) Kurang berhasil Cukup berhasil Berhasil

1 0-1 1-7 10 2 0-1 1-9 13 3 0-2 2-13 19 4 0-3 3-19 29 5 0-4 4-26 39 6 0-5 5-34 56 7 0-7 7-45 76 8 0-9 9-60 90

Berdasarkan kelas kelimpahan Collembola tanah yang diperoleh di lapangan dapat dibuat peta sebaran kelimpahan Collembola tanah (Gambar 20). Berdasarkan model 3 dapat dibuat peta kelas keberhasilan revegetasi yang merupakan hasil akhir dari suatu rangkaian proses analisis spasial. Peta kelas keberhasilan revegetasi model 3 dibangun dari layer-layer indikator sifat kimia tanah yaitu C-organik (Gambar 21), indikator ketebalan serasah (Gambar 22) dan.indikator predator yaitu jumlah inidividu Acarina (Gambar 23). Peta kelas keberhasilan dapat menggambarkan luas area yang sudah dan belum tercapai keberhasilan revegetasinya. Berdasarkan peta keberhasilan revegetasi model 3 (Gambar 24) tahun tanam 2001 (umur 8 tahun) dan 2002 (umur 7 tahun) termasuk berhasil jika dibandingkan dengan seluruh area revegetasi PT NNT, namun jika dibandingkan dengan pencapaian kondisi hutan alam tahun tanam 2001 dan 2002 tergolong dalam kelas cukup berhasil dengan luasan mencapai kurang lebih 22.7040 ha. Tahun tanam 2003 tahun sampai dengan tahun tanam 2008 atau umur 6 sampai dengan umur 1 tahun tergolong dalam kelas kurang berhasil dengan

revegetasi mencapai 41.0120 ha. Gambaran kondisi hutan alam dapat dilihat pada Gambar 24. Kondisi lapangan area revegetasi mulai dari umur 1 sampai 8 tahun atau tahun tanam 2001 sampai 2008 dapat dilihat pada Gambar 25 sampai dengan Gambar 32.

Gambar 18 Kelas monitoring keberhasilan revegetasi berdasarkan kelimpahan Collembola tanah dan umur revegetasi -50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 K e li m p ah an Co ll e m b o la Tan ah ( in d iv id u )

Umur Revegetasi (tahun)

Coll tinggi Coll sedang Coll rendah

Gambar 19 Kelas monitoring keberhasilan revegetasi menggunakan model 3 pada area revegetasi tambang PT NNT 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1 2 3 4 5 6 7 8 S K OR

UMUR REVEGETASI (tahun)

BERHASIL CUKUP BERHASIL KURANG BERHASIL

Gambar 20 Peta sebaran kelimpahan Collembola tanah pada area revegetasi tambang PT NNT

Gambar 22 Peta sebaran ketebalan serasah pada area revegetasi tambang PT NNT

Gambar 24 Peta kelas keberhasilan revegetasi pada area tambang PT NNT menggunakan Model 3

Gambar 25 Hutan Alam di area tambang PT NNT yang menjadi acuan keberhasilan revegetasi

Gambar 26 Area revegetasi PT NNT umur 8 tahun atau tahun tanam 2001 termasuk cukup berhasil

Gambar 27 Area Revegetasi PT NNT umur 7 tahun atau tahun tanam 2002 termasuk cukup berhasil

Gambar 28 Area Revegetasi PT NNT umur 6 tahun atau tahun tanam 2003 termasuk kurang berhasil

Gambar 29 Area Revegetasi PT NNT umur 5 tahun atau tahun tanam 2004 termasuk kurang berhasil

Gambar 30 Area Revegetasi PT NNT umur 4 tahun atau tahun tanam 2005 termasuk kurang berhasil

Gambar 31 Area Revegetasi PT NNT umur 3 tahun atau tahun tanam 2006 termasuk kurang berhasil

Gambar 32 Area Revegetasi PT NNT umur 2 tahun atau tahun tanam 2007 termasuk kurang berhasil

Gambar 33 Area Revegetasi PT NNT umur 1 tahun atau tahun tanam 2008 termasuk kurang berhasil

Gambar 34 Area Revegetasi PT NNT umur 0 tahun atau tahun tanam 2010

5.1. Kesimpulan

Beberapa hal yang dapat disimpulkan pada penelitian ini adalah :

1. Model spasial pemantau keberhasilan revegetasi dapat dibangun berdasarkan beberapa indikator dan peubah kunci, yang mempunyai keakuratan pendugaan sebesar 77 % dengan persamaan adalah

KR = {0.696 Kimia [C-Organik]} + {0.127 Predator} + {0.177 Serasah} 2. Peubah-peubah kunci yang dapat digunakan untuk membangun model adalah

kelembaban (RH), C-organik, kerapatan vegetasi tingkat tiang, ketebalan serasah dan jumlah Acarina.

3. Famili Collembola yang jumlah individunya paling banyak dikumpulkan berturut-turut adalah Entomobryidae, Isotomidae dan Dicyrtomidae. Ketiga famili tersebut ditemukan di hutan alam.

4. Perkiraan waktu yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan revegetasi dari aspek kesuburan tanah adalah 20 tahun.

5. Kelimpahan Collembola dapat dijadikan indikator penting yang menentukan keberhasilan revegetasi

5.2. Saran

Diperlukan waktu pengamatan yang lebih panjang dengan musim yang berbeda-berbeda, serta menambah jumlah peubah yang diukur. Referensi validasi keberhasilan revegetasi perlu juga diujicoba menggunakan referensi luas bidang dasar dan indikator tajuk untuk melengkapi hasil model ini.

Anonim. 2003. Menambang di Kawasan Lindung. http://fwi.or.id/publikasi/intip_ hutan/Menambang.pdf. [diakses 9 Januari 2010].

Agus YH. 2007. Keanakaragaman Collembolan, Semut dan Laba-Laba Permukaan Tanah pada Empat Tipe Penggunaan Lahan [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Ananthakrishna TN. 1996. Forest Litter Insect Communities. Biology and Chemical Ecology. New Hampshire : Science Publisher Inc.

Ananthakrisna. 1978. Microarthropods and Soil Ec0system. J Bombay Nat His Soc 75 : 625-531.

Andersen AN, Sparling GP. 1997. Ants as Indicator of Restoration Success : Relationship with Soil Microbial Biomassa ini the Australian Seasonal Tropics. Res Ecol 5:109-114.

Anderson AN. 1997. Using Ants and Bioindicators: Multiscale Issues In Ant Community Ecology. Conservation Ecology. 1:8.

Asdak C. 2004, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Cetakan Ketiga. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

As‟ad, 2005, Thesis : Pengelolaan Lingkungan pada Penambangan Rakyat ( Studi

Kasus Penambangan Intan Rakyat di Kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru Propinsi Kalimantan Selatan ).

Awalin LJ, Sukojo BM. 2003 Pembuatan dan Analisa Sistem Informasi Geografis Distribusi Jaringan Listrik (Studi kasus: Surabaya Industri Estate Rungkut di Surabaya). Makara Teknologi, Vol 7 no 1. Surabaya.

Bisevac L, Majer JD. 1998. Invertebrates as Success Indicator for Mine Site Rehabilitation. Proceedings of Workshop on Indicators of Ecosystem Rehabilitation Succes (Eds. C.J. Asher and L.C. Bell). pp.47-52.

Blood JR. 2006. Monitoring Rehabilitation Success on Namakwa Sands Heavy Minerals Mining Operation, Namaqualand, South Africa [tesis]. Coservation Ecology and Entomology, University of Stellenbosch.

Brown AL. 1980. Ecology of Soil Organism. London: Heinemann Educational Books.

Buckman MH, Brady. 1982. Ilmu Tanah. Jakarta: Bharata Karya.

Budianto E, 2010. Sistem Informasi Geografi dengan ArcView GIS: ANDI. Yogyakarta.

Bengal (India). Rec Zool Surv India 66 (1-4): 81 – 101.

Christiansen K. 1964. Bionomic of Collembola. Ann. Rev. Ent. 9: 147-178.

Coleman DC, Crossley DA, Hendrix PF. 2004. Fundamental of Soil Echology. USA: Elsevier Academic Pr. Compaction and Vegetation Control on Collembola population. Pedobiologia 48: 121-128.

Coutrier PL. 2001. Peranan Energi dan Sumber Daya Mineral dalam Keberlanjutan Pembangunan di Indonesia. Dampak Sosial dan Lingkungan dari Ektraksi Migas dan Sumber Daya Mineral. [Jakarta, 19 November 2001]. [Seminar].

Deharveng L, Suharjono YR. 1994. Isotomiella Bagnall 1939 (C0llembola Isotomidae) of Sumatra (Indonesia). Tropical Zoology 7: 309 -323.

DeMers, Michael N. 1997. Fundamentals for Geographic Information System. John Wiley & Sons Inc. USA.

Detsis V. 2000. Vertical Distribution of Collembola in deciduous Forest under Mediterranean Climatic Conditions. Belg J Zool: 130: 55-59.

Dewi H. 2005. Tingkat Kesesuaian Habitat Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert) di Taman Nasional Gunung Halimun Salak [Tesisi]. Bogor. Sekolah Pascasarjana Institut pertanian Bogor.

[Dephut] Departemen Kehutanan, Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. 1997. Pedoman Reklamasi Lahan Tambang. Jakarta :

Dephut.

Dunger W, Schulz HZ, Zinidars B. 2002. Colonization Behavior of Collembola under Different Conditions of Dispersal. Pedobiologia 46:316-327.

Eaton RJ, Barberchek M. Buford M, Smith W. 2004. Effect of Organic Matter Removal, Soil Compaction and Vegetation Control On Collembola Population. Pedobiologia 48: 121-128.

Erwin TL. 1991. How Many Species Are There?: Revisited. Conversation Biology 5, 330-333.

Foth HD. 1990. Fundamentals of Soil Science, 8th ed. New York: John Wiley & Sons.

Frampton GK, Van den Brink PJ, Wratten SD. 2001. Diel Activity Patteens in an Arable Collembola Community. Appl Soil Ecol 17:63-80.

Usage: Evidence and Methodes From The UK Arable Echosystem. Pedobiologia 41: 179-184.

Geissen V, Illmann J, Flohr A, Kahrer R, Brümmer GW. 1997. Effects of Liming and Fertilization on Collembola in Forest Soil in Relation to Soil Chemical Parameter. Pedobiologia 41:194-201.

Greenslade P, Vaughan GH. 2003. A Comparison of Collembola Species For Toxicity Testing of Australian Soil. Pedobiologia 47: 171-179.

Greenslade PJ, Deharveng L, Bedos A, Suhardjono Y. 2000. Handbook 0f Collembola of Indonesia. (draf)

Greenslade PJ. 1991. Collembola dalam Naumann ID (ed). The Insect of Australia Vol. 1. CSIRO. Victoria : Melbourne University Press Carlton.

Greenslade PJ. 1996. Collembola dalam: Naumann ID, ed The Insect of Australia: A Textbook for Student and Research Workers vol 1 2nd ed. CSIRO. Melbourne: Melbourne Univ Pr.

Hagvar S. 1982. Collembola in Norwegian Coniferous Forest Soils. Relations to Plant Communities and Soil Fertility. Pedobiologia 24: 255-296.

Hanafiah KA, Napoleon A, Ghofar N., 2007. Biologi Tanah: Ekologi dan Mikrobiologi Tanah. Jakarta : Penerbit PT. Raja Grafindo Persada.

Hardjowigeno S. 2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.

Hazra AK, Choudhuri DK. 1983. Study of Collembola Communities in Cultivatred and Uncultivatred Field of WestBengal. Bull Zool Sur India 1(2): 107-114.

Hertzberg K, Ceinaar HP, Ims RA 1994. Pattern of Abudance and Demography: Collembola in Habitat Patch Gradient. Echography 17: 349-359.

Holt JA. 1985. Acari and Collembola in the litter and Soil of Three North Queensland Rainforest. Austr J Ecol 10:57-65.

Hopkin SP. 1997. Biology of the springtail (Insect: Collembola). Oxford University Press, Tokyo: 330.

Huston BR. 1978. Influence of pH Temperature and Salinity on the fecundity and Longevity of four Species Collembola. Pedobiologia 18:163-179.

Imler U. 2004. Long-term Fluctuation of Soil Fauna (Collembola and Orabatida) as Ground Water-Near Side in an Alder Wood. Pedobiologia 48:349-363. Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara.

Jaya I N S. 2006. Teknik-teknik Pemodelan Spasial dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Fakultas Kehutanan IPB Bogor. Jaya I N S. 2002. Aplikasi Sistem Informasi Geografis untuk Kehutanan.

Laboratorium Inventarisasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Jaya I N S. 2007. Analisis Citra Dijital: Perspektif Penginderaan Jauh untuk Pengelolaan sumberdaya Alam. Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Jordana R, Arbea JI. 1989. Clave de Identification de Los Generos de Collembolos de Espana (Insecta : Collembola) Serie Zoologica 19:1-16. Juceviva E, Melecis V. 2005. Long-term effect of Climate Warning on Forest Soil

Collembola. Acta Zool Lituanica vol 15: 124-126.

Kaneda S, Kaneko N. 2004 Growth of the Collembola Folsomia Candida Willem in Soil Supplemented with Glucose. Pedobiologia 48: 165-170.

Kartasapoetra AG. 2006. Klimatologi: Pengaruh Iklim terhadap Tanah dan Tanaman.

Kusmana C. 1997. Metode Survey Vegetasi. PT. Penerbit Institut pertanian Bogor.

Kayoman L. 2010. Pemodelan Spasial Resiko Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi Kalimantan Barat [Tesisi]. Bogor. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Lau RWC. 1999. TED Case Studies : Tin Mining in Maysia_present and Future Tin Mining in Malaysia. http:// www American edu/TED/tin.htm [20 desember 2010].

Leow I. 1978. Population Studies of Soil Mesofauna (particulary Acari) in Pasoh Forest Malay. Nat. J.30:307-312.

Loranger G, Bandyopadhyaya I, Razaka B, Ponge JF. 2001. Does Soil Acidity Explain Altitudinal Squences in Collembola Communities. Soil Bio & Biochem 33: 831-393.

Lugo AE. 1997. The Apparent Paradoks of Reextablishing Species Richness on Degarded Land with Tree Monocultur. Forest Echology and Management 99:9-19.

Majer JD. 1989. Fauna Studies and Land Reclamation Technology – A Review of

5 -70 (Cambridge University Press: Cambridge).

Materna J. 2004. Does Fores Type and Vegetation Patchiness Influence Horizontal Distribution of Soil Collembola in two Neighboring Forest Site. Pedobiologia.

Muntasib EKSH. 2002. Penggunaan Ruang Habitat oleh Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus, Desm. 1822) di Taman Nasional Ujung Kulon [Disertasi]. Bogor. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Munihab K. 2008. Model Spasial Perubahan Penggunaan Lahan dan Arah Penggunaan Lahan Berwawasan Lingkungan Studi Kasus DAS Cidanau, Provinsi Banten [Disertasi]. Bogor. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Mussury, R.M., S. de Paula Quităo Scalon, S.V. da Silva, and V.R. Soligo. Study

of Acari and Collembola Populations in Four Cultivation Systems in Dourados – MS. Brazilian Archives of Biology and Technology 45: 100-107

Nurtjahya E, Setiadi D, Guhardja E, Muhadiono,Setiadi Y. 2007. Populasi Collembola di Lahan Revegetasi Timah di Pulau Bangka. Biodiversitas Volume 8 Nomer 4 : 309-313.

Nurtjahya E, Setiadi D, Guhardja E, Muhadiono,Setiadi Y. 2007. Potensi Collembola sebagai Indikator Revegetasi Tailing Timah di Pulau Bangka. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia 9:113-123.

Nurtjahya E. 2008. Revegetasi Lahan Pasca Tambang Timah Dengan Beragam Jenis Pohon Lokal Di Pulau Bangka. [Desertasi] unpublished Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Parrotta JA, Knowles OH. 2001. Restoring Tropical Forests on Land Mined for Bauxite: Penerbit Bumi Aksara.

Pfug A, Wolters V. 2001. Influence of Drought and Litter age on Collembola Communities. Eur J Soil Biol 37:305-308.

Pinto C, Sousa JP. Graca MAS. Da Gama MM. 1997. Forest Soil Collembola. Do tree Introductions make a difference ?. Pedobiologia 41:131-138.

Poole TB. 1959. Studies on the Food of Collembola in Douglas fir plantation. Proc Zool Soc London 132:71-82.

Prahasta E. 2005. Sistem Informasi Geografis: Konsep-konsep Dasar. Informatika. Bandung.

pengelolaan sumberdaya alam. Bogor. [CIFOR].

http://www.cifor.org/publications/pdf_files/Books/SIGeografis/SIG-part-1.pdf [20 Desember 2010].

PT Newmont Nusa Tenggara. 2008. Reklamasi Lereng 2V:1HTambang Batu

Hijau, PT NNT. http://www.newmont-indonesiaoperations.com.

[diakses 6 Juli 2009].

Pusat Penelitian Tanah. 1983. Jenis dan Macam Tanah di Indonesia untuk Keperluan Survai dan Pemetaan Tanah Daerah Transmigrasi.

Puspaningsih N, 2011. Pemodelan Spasial dalam Monitoring Reforestasi Kawasan Pertambangan Nikel PT. INCO di Sorowako Sulawesi Selatan. [Desertasi] unpublished. Bogor. Program Pascasarjana, Isntitut Pertanian Bogor.

Rafi‟i S. 1994. Ilmu Tanah. Bandung : Penerbit Angkasa.

Rahmadi C, Suhardjono YR, Andayani I. 2004. Collembola Lantai Hutan di Kawasan Hulu Sungai Tabalong Kalimantan Selatan. Biota Vol. IX (3): 179-185.

Rahmawaty. 2002. Restorasi Lahan Bekas Tambang Berdasarkan Kaidah Ekologi. Digitized By USU Digital Library.

Randall J. 2004. Ecosystem Function Analysis a Tools for Monitoring Mine Site Rahabilitation

success.http://www.pir.sa.gov.au/__data/assets/pdf_file/0008/11024/mj35 _ecosystem.pdf [diakses 8 desember 2010].

Rind D. 1988. Dependence of Warm and Cold Climate Depiction on Climate Model Resolution. J. Climate, 1, 965-997.

Rosmarkam A, Yuwono N W. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta.

Samsuri. 2008. Model Spasial Tingkat Kerawanan kebakaran Hutan dan Lahan, Studi Kasus di Wilayah Propinsi Kalimantan Selatan [Tesis]. Bogor. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Sebayang D. Suryati T. Adianto. 2000. Keanekaragaman dan Kelimpahan Artropoda Tanah di Hutan Alami, Hutan Pinus, Kebun Sayur dan Lahan

Terbuka di Gunung Tangkubanparahu. Prosiding Simposium

Keanekaragaman Hayari Artropoda pada Sistem Produksi Pertanian. Cipayung, 16-18 Oktober 2000.

Setiadi Y. 2002. Mycorrhizal Inoculum Production Technique for zland Rehabilitation. Jurnal Manajemen Hutan Tropik 8 (1) : 51 -64.

Setiadi Y. 2006. Teknik Revegetasi untuk Merehabilitasi Lahan Pasca Tambang. Seminar Nasional PKRLT Fakultas Pertanian UGM.

Sinka M, Jones TH, Hartley SE. 2007. The Indirect Effect of Above-Ground Herbivory in Collembola Population is not Mediated by Changes in Soil Water Conten. Appl Sail Ecol 36:92-99.

Sitenggang G, Domiri DD, Carolita I, Noviar H. 2006. Model Spasial Indek Luas Daun (ILD) Padi menggunakan Data TM-Landsat untuk Prediksi

Produkasi Padi. Jurnal Penginderaan Jauh. 36-49.

http://www.perpustakaan.lapan.go.id/ jurnal/index.php/jurnal_inderaja/ article/viewFile/498/427.[ 12 Mei 2009].

Smith, Batzer D. 1997. Macro-invertebrata Responses to Wetland Restoration in Northern New York. Enviropmental Entomology 26: 1016-1024.

Soeroyo. 2003. Pengamatan Guguran Serasah Di Hutan Mangrove Sembilang Sumatera Selatan. P3O-LIPI:38-44.

Subowo, 1988. Populasi Collembola pada Ladang Kacang Tunggak (Vigna unguilata) varietas KT 1 pada tanah Podsolik merah-kuning Rangkasbitung (Banten-Jawa Barat)[Tesis S2]. Program Biologi/Ekologi. Jurusan Ilmu-ilmu Matematika dan pengetahuan Alam. Fakultas Pascasarjana Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Suhardjono YR, Adiyanto, Adisoemarto S. 2000. Strategi Pengembangan Pengelolaan Arthropoda. Prosiding Simposium Keanekaragaman Hayati Artropoda pada Sistem Produksi Pertanian. Bogor.

Suhardjono YR. 1985. Perbandingan Populasi Serangga Permukaan Lantai Hutan Wanariset. Kalimantan Timur. Berita Biologi 3 (3) : 104 - 107.

Suhardjono YR. 1989. Revished Check List of Collembola from Indonesia and its Adjacent region. AZAO 1:1-22.

Suhardjono YR. 1992. Fauna Collembola Tanah di Pulau Bali dan Pulau Lombok [Disertasi]. Jakarta: Universitas Indonesia. Program Pasca Sarjana.

Suhardjono YR. 2004. Buku Pegangan Belajar Collembola (ekor pegas). Bogor : Museum Zoologicum Bogoriense.

Suin NM. 1989. Ekologi Hewan Tanah. Bandung: Penerbit Bumi Aksara.

Sumantri A, Harmani N, Wibisono B. 2008. Studi Pengelolaan lingkungan Berkelanjutan di Wilayah Pengendapan Pasir Sisa Tambang. Jurnal ekologi Kesehatan. Vol 7 No 2 : 758-768.

Szujecki A. 1987. Ecology of Forest Insect. PWN-Poloish Scientific Publishers. Warszawa.

Takada H. 1981. Effect of Shiffering Cultivation on The Soil Meso-Fauna With Special References to Collembolan Population In The North East Thailand. Japan: Laboratory of Foret Ecology Kyoto University.

Takeda, Ichimura, 1983. Feeding Attributes of Four Species of Collembola in a Pine Forest Soil. Pedobiologia 48: 609-622.

Takeda H. 1978. Ecological Studies of Collembola Population in a Pine Forest Soil. II. Vertical Distribution of Collembola. Pedobiologia 18: 22-30. Tongway D, Hindly N, Setyawan D. 2001. Indicator of Ecosystems Rehabilitation

Success_ Stage two verification of indicator. Kelian Equatorial Mining