• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II IMPLEMENTASI KURIKULUM

2. Model Konsep Kurikulum

Kurikulum pada umumnya adalah rancangan yang memuat seperangkat mata pelajaran dan materinya yang akan diajarkan oleh guru kepada siswanya. Tetapi bagi siswa kebanyakan bahwa kurikulum identik dengan tugas pelajaran, latihan atau buku pelajaran. Para orang tua sendiri memaknai kurikulum sebagai latihan atau pekerjaan rumah untuk anaknya. Bagi guru kurikulum sebagai petunjuk pedoman tentang konten

kurikulum yang akan diajarkan oleh siswa.15 Dengan berbagai perbedaan tersebut bahwa kurikulum itu adalah penting bagi pendidikan karena dengan adanya kurikulum, tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik.

Berangkat dari filsafat pendidikan yang dikelompokkan menjadi empat yang kemudian melahirkan teori pendidikan ada empat model konsep, yaitu kurikulum subyek akademik, kurikulum humanistik, kurikulum teknologi dan kurikulum rekonstruksi sosial.16 Sementara Murray Print membagi model konsep kurikulum menjadi enam yaitu kurikulum akademik, kognitif, humanistik, rekontruksi sosial, teknologik, dan eklektik.17 Perbedaan keduanya bukan mempengaruhi makna dari model konsep kurikulum, tetapi perbedaan itu hanya dari segi substansi saja.

Demikian ada empat kategori umum model kurikulum, yaitu humanistik, rekonstruksi sosial, teknologi, dan akademik. Diantaranya adalah:

a. Kurikulum Humanistik

Berdasarkan humanistik, bahwa fungsi kurikulum adalah menyiapkan peserta didik dengan berbagai

15

Mohamad Ansyar, Kurikulum Hakikat, Fondasi, Desain dan

Pengembangan, (Jakarta: Kencana, 2015), 22-23.

16

Allan C.Ornstein & Francis P.Hunkins, Curriculum: Foundation,

Principle and Issues, (New York: Pearson, 2009), 57.

17

Murray Print, Curriculum Development and Design, (Sydney: Allen &Unwin Pty Ltd, 1993), 46.

pengalaman naluriah yang berperan pada individu dengan tujuan diri individu yang dinamis, yang berkaitan dengan pemikiran, integritas dan otonominya. Di sini guru diharapkan dapat membangun hubungan emosional yang baik dengan peserta didiknya, demi perkembangannya.18 Yang terpenting dalam pendidikan di sini adalah aktualisasi diri (self actualization), tujuan tersebut merupakan bagian dari proses.

Kurikulum ini juga menekankan integrasi, yaitu kesatuan perilaku antara kognitif, afektif, dan psikomotorik. Artinya harus mampu memberikan pengalaman yang menyeluruh, bukan per penggal-penggal. Kurikulumnya juga menuntut hubungan emosional yang baik antara guru dan murid. Yaitu guru harus mampu menciptakan hubungan yang hangat dengan murid, di samping sebagai sumber belajar yang mampu menyampaikan materi yang menarik dan mampu menciptakan situasi belajar yang baik sehingga belajarnya dapat berjalan dengan lancar.19

Dalam evaluasi, kurikulum disini berbeda pada umumnya yang lebih menekankan pada hasil akhir atau produk. Sebaliknya, humanistik ini lebih menekankan pada proses yang dilakukan. Dengan cara melihat kegiatan sebuah manfaat untuk peserta didik di jenjang masa depan bahwa

18

Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, 143.

19

kelas yang baik dapat mempengaruhi lainnya untuk dapat berfikir dan berkembang.20 Maka kurikulum ini dalam evaluasi lebih menekankan prosesnya dari pada hasil. b. Kurikulum Rekonstruksi Sosial

Kurikulum rekonstruksi sosial adalah kurikulum yang lebih memusatkan perhatian pada permasalahan-permasalahan yang dihadapinya dalam masyarakat. Model ini bahwa pendidikan bukan upaya sendiri melainkan kegiatan bersama, interaksi dan kerja sama. Bahwa proses pendidikan bukan terjadi pada guru dengan siswa saja, tetapi juga terlibat oleh orang lain atau masyarakat lingkungannya dan sumber-sumber belajar.21 Dengan demikian kurikulum rekonstruksi sosial sangat memperhatikan sosial masyarakat dengan tujuan rekonstruksi sosial untuk menghadapkan peserta didik pada berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan.

Kurikulum ini guru berperan menghubungkan tujuan peserta didik dengan manfaat lokal, nasional, dan internasional. Pembelajaran yang dilakukan menggunakan tiga kriteria, yaitu nyata, membutuhkan tindakan, dan harus mengajarkan nilai. Mengenai evaluasi kurikulum rekonstruksi sosial mencakup sprektrum yang luas, yaitu kemampuan peserta didik dalam menyampaikan

20

Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, 144-145.

21

permasalahan, memecahkan masalah, menganalisa dari pandangannya, kemudian menyimpulkan.22

Maka, evaluasi dalam kurikulum rekonstruksi sosial tidak hanya menilai yang dikuasai saja, akan tetapi secara keseluruhan, yaitu menilai pengaruhnya belajar dengan sosial lingkungan masyarakat.

c. Kurikulum Teknologi

Perspektif teknologi sebagai kurikulum ditekankan pada efektivitas program metode dan material untuk mencapai suatu manfaat dan keberhasilan. Teknologi mempengaruhi kurikulum dalam dua cara yaitu aplikasi dan teori.23 Teknologi berperan untuk meningkatkan kualitas kurikulum.

Kurikulum teknologi dapat memberikan dasar ilmiah pada proses pembelajaran yang banyak digunakan pada seni (art). Hasil-hasil teknologi ada yang berupa hardware (proyektor, TV, radio, dll) dan software (modul pembelajaran, dll).24

22 Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, 146-147.

23

Teknologi merupakan suatu rencana penggunaan beragam alat dan media. Teori dalam teknologi digunakan dalam pengembangan dan evaluasi material kurikulum dan intruksional. Pandangan pertama menyatakan pemanfaatan teknologi lebih diarahkan pada bagaimana mengajarnya, pandangan berikutnya menyatakan teknologi diarahkan pada penerapan tahapan intruksional (Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan

Kurikulum, 147-148).

Konsep kurikulum yang dikembangkan pada teknologi pendidikan memiliki beberapa ciri yaitu tujuan yang diarahkan pada penguasa kompetensi dalam bentuk perilaku, metode di sini merupakan kegiatan pembelajaran yang dapat merespon dan memperkuat pembelajaran, organisasi bahan ajar atau isi kurikulum, dan evaluasi yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat akhir semester yang berupa tes.25

Dengan model pengajaran ini tingkat penguasaan siswa dapat jauh lebih tinggi dari model lainnya, apalagi kalau digunakan dalam program-program yang lebih berstrutur seperti pengajaran dengan bantuan video dan komputer yang dilengkapi umpan timbal balik dan bimbingan yang teratur maka dapat mempercepat dan meningkatkan penguasaan siswa.

d. Kurikulum Akademik

Kurikulum akademik berisi tentang pengetahuan. Artinya peserta didik yang berada di sekolah harus mempelajari semua mata pelajaran dengan demikian pendidikan lebih bersifat pengembangan intelektual. Kurikulum ini lebih menekankan pada isi (content), yaitu belajar lebih diarahkan untuk menguasai sebanyak-banyaknya. Ditinjau dari kerangka dasar kurikulum, konsep

25

Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 97-98.

kurikulum akademik memiliki karakteristik diantaranya tujuan, isi, metode, dan evaluasi.26 Ada beberapa pola organisasi isi (materi) kurikulum akademik menurut Sukmadinata:

1) Correlated curriculum adalah konsep yang dipelajari dalam suatu pelajaran dikorelasikan dengan pelajaran lainnya.

2) Unified atau concentrated curriculum adalah pola organisasi bahan pelajaran tersusun dari berbagai pelajaran.

3) Integrated curriculum adalah pola yang warna disiplin ilmu tersebut sudah tidak kelihatan. Bahan ajar diintegrasikan dalam suatu kegiatan atau segi kehidupan tertentu.

4) Problem solving curriculum adalah pola organisasi yang berisi topik pemecahan masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupan dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan.27

Dokumen terkait