• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Masuk Dan Daya Keracunan

Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorpsi, menempel pada kulit, atau dihasilkan didalam tubuh dalam jumlah yang relative kecil dapat mengakibatkan cedera dari tubuh dengan adanya rekasi kimia (23). Arti lain dari racun adalah suatu bahan dimana ketika diserap oleh tubuh organisme makhluk hidup akan menyebabkan kematian atau perlukaan (22). Racun dapat diserap melalui pencernaan, hisapan, intravena, kulit, atau melalui rute lainnya.Reaksi dari racun dapat seketika itu juga, cepat, lambat, atau secara kumulatif.Keracunan dapat diartikan sebagai setiap keadaan yang menunjukkan kelainan multi system dengan keadaan yang tidak jelas (21).Keracunan melalui inhalasi (pengobatan dengan cara memberikan obat dalam bentuk uap kepada sisakit langsung melalui alat pernapasannya (hidung ke paru-paru)) dan menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan merupakan kondisi bahayakesehatan.

Jenis-jenis keracunan (FK-UI, 1995) dapat dibagi berdasarkan: 1. Cara terjadinya, terdiridari:

a. Self poisoning

Pada keadaan ini pasien memakan obat dengan dosis yang berlebih tetapi dengan pengetahuan bahwa dosis ini tak membahayakan.Pasien tidak bermaksud bunuh diri tetapi hanya untuk mencari perhatian saja.

b. Attempted Suicide

Pada keadaan ini pasien bermaksud untuk bunuh diri, bisa berakhir dengan kematian atau pasien dapat sembuh bila salah tafsir dengan dosis yangdipakai

c. Accidental poisoning

Keracunan yang merupakan kecelakaan, tanpa adanya factor kesengajan d. Homicidal poisoning

Keracunan akibat tindakan criminal yaitu seseorang dengan sengaja meracuni orang lain.

a. Keracunan kronik

Keracunan yang gejalanya timbul perlahan dan lama setelahpajanan. Gejala dapat timbul secara akut setalah pemajanan berkali-kali dalam dosis relative kecil cirri khasnya adalah zat penyebab diekskresikan 24 jam lebih lama dan waktu paruh lebih panjang sehingga terjadi akumulasi. Keracunan ini diakibatkan oleh keracunan bahan-bahan kimia dalam dosis kecil tetapi terus menerus dan efeknya baru dapat dirasakan dalam jangka panjang (minggu, bulan, atau tahun).Misalnya, menghirup uap benzene dan senyawa hidrokarbon terkklorinasi (spt.Kloroform, karbon tetraklorida) dalam kadarrendah tetapi terus menerusakan menimbulkan penyakit hati (lever) setelah beberapa tahun. Uap timbale akan menimbulkan kerusakan dalam darah.

b. Keracunan akut

Biasanya terjadi mendadak setelah makan sesuatu, sering mengenai banyak orang (pada keracunan dapat mengenai seluruh keluarga atau penduduk sekampung )gejalanya seperti sindrom penyakit muntah, diare, konvulsi dan koma.Keracunan ini juga karena pengaruh sejumlah dosis tertentu yang akibatnya dapat dilihat atau dirasakan dalam waktu pendek.Contoh, keracunan fenol menyebabkan diare dan gas CO dapat menyebabkan hilang kesdaran atau kematian dalam waktu singkat.

3. Menurut alat tubuh yang terkena

Pada jenis ini, keracunan digolongkan berdasarkan organ yang terkena, contohnya racun hati, racunginjal, racun SSP, racun jantung.

4. Menurut jenis bahan kimia

Golongan zat kimia tertentu biasanya memperlihatkan sifat toksik yang sama, misalnya golongan alcohol, fenol, logam berat, organoklorin dan sebagainya. Keracunan juga dapat disebabkan oleh kontaminasi kulit (luka bakar kimiawi), melalui tusukan yang terdiri dari sengatan serangga (tawon, kalajengking, dan laba- laba) dan gigitan ular, melalui makanan yaitu keracunan yang disebabkan oleh perubahan kimia (fermentasi) dan pembusukan karena kerja bakteri (daging busuk) pada bahan makanan, misalnya ubi ketela (singkong) yang mengandung asam sianida (HCn), jengkol, tempe bongkrek,

dan racun pada udang maupun kepiting, dan keracunan juga dapat disebabkan karena penyalahgunaan zat yang terdiri dari penyalahgunaan obat stimultan (Amphetamine), depresan (Barbiturate), atau halusinogen (morfin), dan penyalahgunaan alcohol.

Racunyangseringmenyebabkan keracunan dan simptomatisnya:

Asam kuat (nitrit, hidroklorid, sulfat) Terbakar sekitar mulut, bibir, dan hidung

Anilin (hipnotik, notrobenzen)

Kebiruan *gelap* padakulit wajah dan Leher

Asenik (metal arsenic, mercuri, tembaga,

dll) Umumnya seperti diare

Atropine (belladonna), Skopolamin Dilatasi pupil

Basakuat (potassium, hidroksida) Terbakar sekitar mulut, bibir, dan hidung

Asam karbolik (ataufenol) Bau seperti disinfektan Karbonmonoksida Kulit merah cerry terang

Sianida

Kematian yang cepat, kulit merah, dan Bau yang sedap

Keracunan makanan Muntah, nyeri perut

Nikotin Kejang-kejang *konvulsi*

Opiat Kontraksi pupil

Asam oksalik (fosfor-oksalik) Bau seperti bawang putih Natrium Florida Kejang-kejang “konvulsi”

Striknin

Kejang “konvulsi”, muka dan leher kebiruan “gelap”

Jika kita sehari–hari bekerja, atau kontak dengan zat kimia, kita sadar dan tahu bahkan menyadari bahwa setiap zat kimia adalah beracun, sedangkan untuk bahaya pada kesehatan sangat tergantung pada jumlah zat kimia yang masuk kedalam tubuh.

Seperti garam dapur, garam dapur merupakan bahan kimia yang setiap hari kita konsumsi namun tidak menimbulkan gangguan kesehatan. Namun, jika kita terlalu

banyak mengkonsumsinya, maka akan membahayakan kesehatan kita. Demikian juga obat yang lainnya, akan menjadi sangat bermanfaat pada dosis tertentu, jangan terlalu banyak ataupun sedikit lebih baik berdasarkan resep dokter.

Bahan-bahan kimia atau zat racun dapat masuk kedalam tubuh melewati tiga saluran, yakni:

1. Melaluimulutatautertelanbiasdisebutjugaper-oralatauingesti.Halinisangat jarang terjadikecualikitamemipetbahan-bahankimialangsung menggunakan mulut atau makan dan minum dilaboratorium.

2. Melaluikulit.Bahankimiayangdapatdenganmudahterserapkulitialahaniline, nitrobenzene, dan asam sianida.

3. Melaluipernapasan(inhalasi).Gas,debudanuapmudahterseraplewatpernapasan dan saluran inimerupakan sebagian besardari kasuskeracunanyang terjadi. SO2 (sulfur dioksida) danCl2(klor) memberikan efeksetempatpada jalanpernapasan. SedangkanHCN,CO,H2S,uap PbdanZnakansegeramasukke dalamdarahdan terdistribusi ke seluruh organ-organ tubuh.

4. Melalui suntikan (parenteral, injeksi)

5. Melalui dubur atau vagina (perektal atau pervaginal) (20)

a) Daya Keracunan Meliputi Sangat-Sangat Toksik, Sedikit Toksik Dan Lain-Lain. 1. Super Toksik : Struchnine, Brodifacoum, Timbal, Arsenikum, Risin, Agen Oranye, Batrachotoxin, Asam Flourida, Hidrogen Sianida.

2. Sangat Toksik :Aldrin, Dieldrin, Endosulfan, Endrin, Organofosfat 3. Cukup Toksik :Chlordane, DDT, Lindane, Dicofol, Heptachlor

4. KurangToksik :Benzenehexachloride(BHC) Dalam obat-obatan,

Penggolongan dayaracunyaitu: No

.

Kriteria Toksik Dosis

1. Super Toksik > 15 G/KGBB 2. Toksik Ekstrim 5 – 15 G/KGBB 3. Sangat Toksik 0,5 – 5 G/KGBB 4. Toksisitas Sedang 50 – 500 MG/KGBB 5. SedikitToksik 5 – 50 MG/KGBB 6. Praktis Non Toksik <5 MG/KGBB

b.) Faktor Yang Mempengaruhi Kerja Racun

 Cara pemberian

Setiap racun baru akan menimbulkan efek yang maksimal pada tubuh jika cara pemberiannya tepat. Misalnya jika racun-racun yang berbentuk gas tertentu akan memberikan efek maksimal bila masuknya ke dalam tubuh secara inhalasi. Jika racun tersebut masuk ke dalam tubuh secara ingesti tentu tidak akan menimbulkan akibat yang sama hebatnya walaupun dosis yang masuk ke dalam tubuh sama besarnya.

Berdasarkan cara pemberian, maka umumnya racun akan paling cepat bekerja pada tubuh jika masuk secara inhalasi, kemudian secara injeksi (i.v, i.m, dan s.c), ingesti, absorbsi melalui mukosa, dan yang paling lambat jika racun tersebut masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang sehat.

 Keadaan tubuh o Umur

Pada umumnya anak-anak dan rang tua lebih sensitif terhadap racun bila dibandingkan dengan orang dewasa. Tetapi pada beberapa jenis racun seperti barbiturate dan belladonna, justru anak-anak akan lebih tahan.

o Kesehatan

Pada orang-orang yang menderita penyakit hati atau penyakit ginjal, biasanya akan lebih mudah keracunan bila dibandingkan dengan orang sehat, walaupun racun yang masuk ke dalam tubuhnya belum mencapai dosis toksis. Hal ini dapat dimengerti karena pada orang-orang tersebut, proses detoksikasi tidak berjalan dengan baik, demikian halnya dengan ekskresinya. Pada mereka yang menderita penyakit yang disertai dengan peningkatan suhu atau penyakit pada saluran pencernaan, maka penyerapan racun pada umumnya jelek, sehingga jika pada penderita tersebut terjadi kematian, kita tidak boleh terburu-buru mengambil kesimpulan bahwa kematian seseorang karena penyakit tanpa penelitian yang teliti, misalnya pada kasus keracunan arsen (tipe gastrointestinal)

dimana disini gejala keracunannya mirip dengan gejala gastrointeritis yang lumrah dijumpai.

o Kebiasaan

Faktor ini berpengaruh dalam hal besarnya dosis racun yang dapat menimbulkan gejala-gejala keracunan atau kematian, yaitu karena terjadinya toleransi. Tetapi perlu diingat bahwa toleransi itu tidak selamanya menetap. Menurunnya toleransi sering terjadi misalnya pada pecandu narkotik, yang dalam beberapa waktu tidak menggunakan narkotik lagi. Menurunnya toleransi inilah yang dapat menerangkan mengapa pada para pecandu tersebut bisa terjadi kematian, walaupun dosis yang digunakan sama besarnya.

o Hipersensitif (alergi idiosinkrasi)

Banyak preparat seperti vitamin B1, penisilin, streptomisin dan preparat-preparat yang mengandung yodium menyebabkan kematian, karena si korban sangat rentan terhadap preparat-preparat tersebut. Dari segi ilmu kehakiman, keadaan tersebut tidak boleh dilupakan, kita harus menentukan apakah kematian korban memang benar disebabkan oleh karena hipersinsitif dan harus ditentukan pula apakah pemberian preparat-preparat mempunyai indikasi. Ada tidaknya indikasi pemberi preparat tersebut dapat mempengaruhi berat-ringannya hukuman yang akan dikenakan pada pemberi preparat tersebut.

 Racunnya sendiri o Dosis

Besar kecilnya dosis racun akan menentukan berat-ringannya akibat yang ditimbulkan. Dalam hal ini tidak boleh dilupakan akan adanya faktor toleransi, dan intoleransi individual. Pada toleransi, gejala keracunan akan tampak walaupun racun yang masuk ke dalam tubuh belum mencapai level toksik. Keadaan intoleransi tersebut dapat bersifat bawaan/kongenital atau toleransi yang didapat setelah seseorang menderita penyakit yang mengakibatkan gangguan pada organ yang berfungsi melakukan detoksifikasi dan ekskresi.

o Konsentrasi

Untuk racun-racun yang kerjanya dalam tubuh secara lokal misalnya zat-zat korosif, konsentrasi lebih penting bila dibandingkan dengan dosis total. Keadaan tersebut berbeda dengan racun yang bekerja secara sistemik, dimana dalam hal ini dosislah yang berperan dalam menentukan berat-ringannya akibat yang ditimbulkan oleh racun tersebut.

o Bentuk dan kombinasi fisik

Racun yang berbentuk cair tentunya akan lebih cepat menimbulkan efek bila dibandingkan dengan yang berbentuk padat. Seseorang yang menelan racun dalam keadaan lambung kosong tentu akan lebih cepat keracunan bila dibandingkan dengan orang yang menelan racun dalam keadaan lambungnya berisi makanan.

o Adiksi dan sinergisme

Barbiturate, misalnya jika diberikan bersama-sama dengan alkohol, morfin, atau CO, dapat menyebabkan kematian, walaupun dosis letal. Dari segi hukum kedokteran kehakiman, kemungkinan-kemungkinan terjadinya hal seperti itu tidak boleh dilupakan, terutama jika menghadapi kasus dimana kadar racun yang ditemukan rendah sekali, dan dalam hal demikian harus dicari kemungkinan adanya racun lain yang mempunyai sifat aditif (sinergitik dengan racun yang ditemukan), sebelum kita tiba pada kesimpulan bahwa kematian korban disebabkan karena anafilaksi yang fatal atau karena adanya toleransi.

o Susunan kimia

Ada beberap zat yang jika diberikan dalam susunan kimia tertentu tidak akan menimbulkan gejala keracunan, tetapi bila diberikan secara tersendiri terjadi hal yang sebaliknya.

o Antagonisme

Kadang-kadang dijumpai kasus dimana seseorang memakan lebih dari satu macam racun, tetapi tidak mengakibatkan apa-apa, oleh karena

reaksi-reaksi tersebut saling menetralisir satu sama lain. Dalam klinik adanya sifat antagonis ini dimanfaatkan untuk pengobatan, misalnya nalorfin dan kaloxone yang dipakai untuk mengatasi depresi pernafasan dan oedema paru-paru yang terjadi pada keracunan akut obat-obatan golongan narkotik (19).

BAB III

Dokumen terkait