• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.2 Rumusan Masalah

2.1.3 Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

Dewey (dalam Tritanto, 2009:91) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sitem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik. Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan akan menjadikan kepadanya bahan dan materi guna memperoleh pengertian serta bisa dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya.

Hudoyo (dalam Rusman, 2011:245) dalam belajar masalah, masalah yang disajikan dalam pembelajaran berbasis masalah tidak perlu berupa penyelesaian masalah sebagaimana biasanya, tetapi pembentukan masalah yang kemudian

diselesaikan. Aspek yang disajikan tentu saja hal-hal yang sesuai dengan pengalaman dalam kehidupan siswa, sehingga masalah yang ditimbulkan menjadi masalah yang kontekstual. Pembelajaran melalui pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian pendekatan kegiatan belajar yang diharapkan dapat memperdayakan siswa untuk menjadi seorang individu yang mandiri dan mampu menghadapi setiap permasalahan dalam hidupnya dikemudian hari.

Menurut Ratumanan (dalam Tritanto, 2009:92), belajar berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun komplek.

Dapat disimpulkan pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian pendekatan kegiatan belajar yang diharapkan dapat memperdayakan siswa untuk menjadi seorang individu yang mandiri dan mampu menghadapi setiap permasalahan dalam hidupnya dikemudian hari. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun komplek.

2.1.3.2 Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah

Rusman (2011:232) karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut :

b) Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur;

c) Permasalahan membutuhkan perspektif ganda artinya memperoleh pandangan yang bervariasi dalam menanggapi masalah;

d) Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar;

e) Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama artinya mengarahkan diri pada masalah yang dihadapi;

f) Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM; g) Belajar adalah kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif;

h) Pengembangan ketrampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan;

i) Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar; dan

j) PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.

2.1.3.3 Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Ibrahim, Nur dan Ismail (dalam Rusman, 2011:243) Tabel 1. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

Fase Langkah-langkah PBM Tingkah Laku Guru

1. Orientasi siswa pada masalah

Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, dan memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah.

2. Mengorganisir siswa dalam belajar

Membantu siswa dalam mendefinisikan dan mengorganisir tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

3.

Membimbing penyelidikan individual maupun

kelompok

Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mengadakan penjelasan dan pemecahan masalah.

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka membagi berbagi tugas dengan temannya.

5.

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang digunakan.

Kelebihan dan kelemahan pembelajaran berbasis masalah (PBM) a. Kelebihan

Sanjaya (2006:218-219) kelebihan pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut :

1) Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.

2) Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi siswa.

3) Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.

4) Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.

5) Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan, disamping itu juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.

6) Melalui pemecahan masalah bisa mempertimbangkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran dasarnya merupakan cara berpikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku.

7) Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa karena dapat menjadikan siswa berpikir kritis, mandiri dan mampu menghadapi setiap permasalahan dalam hidupnya. 8) Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa

untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dan pengetahuan baru.

9) Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

10) Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

b. Kelemahan

Menurut Sanjaya (2011:219) kelemahan pembelajaran berbasis masalah adalah :

1) Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit dipecahkan, maka mereka akan merasa malas untuk mencoba.

2) Keberhasilan strategi pembelajaran melalui pembelajaran berbasis masalah membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.

2.1.4 Pendidikan Kewarganegaraan

2.1.4.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Wiharyanto (2008:6) pendidikan kewarganegaraan untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, serta membentuk sikap dan perilaku cinta tanah air yang bersendikan kebudayaan bangsa. Di berbagai negara juga dikembangkan materi pembekalan nilai-nilai yang mendasari sikap dan perilaku warganegaranya. Oleh karena itu, Pendidikan kewarganegaraan dapat disejajarkan dengan Civics Education yang diberikan di berbagai negara. Pendidikan Kewarganegaraan bersifat interdisipliner (antar bidang) bukan monodisipliner, karena kumpulan pengetahuan yang membangun ilmu kewarganegaraan ini diambil dari berbagai disiplin ilmu.

Sumarsono (2001:6-7) pendidikan kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga negara dan negara serta Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Melalui pendidikan kewarganegaraan, warga negara Kesatuan Republik Indonesia diharapkan mampu: memahami, menganalisis, dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat, bangsa, dan negaranya secara berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita dan tujuan nasional seperti yang digariskan dalam Pembukaan UUD 1945. Pendidikan Kewarganegaraan yang berhasil akan membuahkan sikap mental yang cerdas, penuh tanggung jawab dari peserta didik. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan pendidikan kewarganegaraan salah satu mata pelajaran yang mempunyai tujuan untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, serta membentuk sikap dan perilaku cinta tanah air yang bersendikan kebudayaan bangsa.membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga negara dan negara serta Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.1.4.2 Tujuan PKn

Wiharyanto (2008:5) tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah:

1. Mengantarkan peserta didik memiliki wawasan kesadaran bernegara untuk bela Negara dan memiliki pola pikir, pola sikap, dan pola perilaku untuk cinta tanah air.

2. Menumbuhkankembangkan wawasan kebangsaan, kesadaran berbangsa dan bernegara pada diri peserta didik, sehingga terbentuk daya tangkal sebagai ketahanan nasional.

3. Peserta didik dapat menerapakan nilai-nilai luhur Pancasila dalam menciptakan ketahanan nasional, serta

4. Peserta didik mampu menuangkan pemikiran berdasarkan nilai-nilai Pancasila dalam menganalisa permasalahan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2.1.4.3 Ruang Lingkup Mata pelajaran PKn

Ruang lingkup mata pelajaran PKn meliputi aspek-aspek sebagai berikut (Fathurrohman dan Wuri 2011: 8-9):

1. Persatuan dan Kesatuan Bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, keutuhan NKRI, partisipasi dalam pembelaan Negara, sikap positif terhadap NKRI, keterbukaan dan jaminan keadilan.

2. Kebutuhan Warga negara, meliputi: Hak dan Kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemujaan, penghormatan, dan perlindungan HAM.

3. Pancasila, meliputi : Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara. Pengalaman nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka 4. Hak Asasi Manusia, meliputi: hak dan kewajiaban anak, hak dan

kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan, dan perlindungan HAM.

5. Norma, Hukum dan Peraturan, meliputi : tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku dalam masyarakat, peraturan- peraturan daerah,norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional. 6. Konstitusi Negara, meliputi: Proklamasi Kemerdekaan dan konstitusi yang

pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar Negara dan konstitusi.

7. Kekuasaan dan politik, meliputi: pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan system politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.

8. Globalisasi, meliputi globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.

2.1.4.4 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PKn di SD

Standar kompetensi yang digunakan adalah 4.Menunjukkan sikap terhadap globalisasi di lingkungan, dan kompetensi dasar adalah 4.1 Memberikan contoh

sederhana pengaruh globalisasi di lingkungan, dan 4.3 Menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi yang terjadi di lingkungannya.

2.2 Materi Globalisasi

Dokumen terkait