BAB II: DESKRIPSI TEORETIK, KERANGKA BERPIKIR DAN
2. Model Pembelajaran Conceptual Understanding Prosedures
Joyce dalam Triyanto menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan
perangkat-18
Herry Pribawanto Suryawan,Strategi Pemecahan Masalah Matematika,2011, (http://ebookbrowse.com/strategi-pemecahan-masalah-matematika-pdf-d33814193)
19
Fajar Shadiq,kemahiran matematika,(Yogyakarta: Departeman Pendidikan Nasional, 2009), h. 14.
19
perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lain-lain.20
Adapun Arends dalam Triyanto menyatakan “The term teaching model refers to a particular approach to instruction that includes its goals, syntax, environment, and management system.” Istilah model pengajaran mengarah pada
suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaannya.21
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pedoman bagi seorang guru yang diperlukan dalam mengajar yang mencakup segala sesuatu dalam proses pembelajaran dan menggambarkan prosedur sistematika yang dapat mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu.
b. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya.22Dengan memahami konsep maka siswa dapat lebih mudah dalam menyelesaikan soal-soal sesuai konsep yang mereka pahami tersebut.
Artz dan Newman dalam Miftahul Huda mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagaiSmall group of Learners working together as a team to solve a problem, complete a task, or accomplish a common goal (kelompok kecil pembelajar/siswa yang bekerja sama dalam satu tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau mencapai satu tujuan bersama).23 Dengan demikian siswa dapat melatih kemampuannya dalam merangkum suatu materi yang telah dipelajari dan dapat menyatukan pendapat-pendapat dalam kerja sama kelompok sehingga setiap siswa dapat mengembangkan pemikirannya dan mencapai hasil bersama sesuai dengan yang mereka inginkan.
20
Triyanto, op. cit., h. 5. 21
Ibid., h. 6. 22
Ibid., h. 41. 23
20
Menurut Lie dalam Made Wena pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur, dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator.24Menurut Eggen dan Kauchak dalam Triyanto, pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.25 Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran, memberikan pengalaman kepada siswa dalam membentuk sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dalam pembelajaran sehingga siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran.
Menurut Nurhadi dan Senduk (2003) dan Lie (2002) dalam Made Wena ada berbagai elemen yang merupakan ketentuan pokok dalam pembelajaran kooperatif, yaitu (a) saling ketergantungan positif (positive interdevendence); (b) interaksi tatap muka (face to face interaction); (c) akuntabilitas individual (individual accountability), dan (d) keterampilan untuk menjalin hubungan antarpribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan (use of collarative/social skill).26
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah suatu kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu menemukan dan memahami suatu konsep serta menyelesaikan masalah yang diberikan dengan partisipasi aktif kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
c. Pengertian Model Pembelajaran Conceptual Understanding Prosedures(CUPs)
Coceptual Understanding Prosedures (CUPs) adalah prosedur pengajaran yang dirancang untuk mengembangkan pemahaman konsep yang dirasa sulit
24
Made Wena,Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 189.
25
Triyanto, op.cit., h. 42. 26
21
untuk siswa dengan meningkatkan peran aktif siswa dalam kegiatan belajar mengajar, serta membangun pendekatan berdasarkan kepada keyakinan bahwa siswa membangun pemahaman mereka sendiri atas suatu konsep dengan mengembangkan pandangan yang ada. Prosedur pengajaran dalam CUPs menguatkan nilai daricooperative learningdan peran aktif individual siswa dalam belajar.
Model pembelajaran CUPs pertama kali dikembangkan oleh Richard F. Gunstone dari Universitas Monash, Australia melalui Project For Enhancing Learning (PEEL). CUPs dikembangkan pada tahun 1996 oleh Davis Mills dan Susan Feteris (School of Physics and Materials Engineering at Monash University) serta Pam Mulhall dan Brian Mckittrick (Faculty of Education). CUPs sendiri telah diperbaharui pada tahun 1999, 2001 dan 2007 oleh Pam Mulhall dan Brian Mckittrick.
Menurut David Mills, model pembelajaran CUPs mengadung 4 prinsip, yaitu:
1) Dalam proses pembelajaran setiap siswa mengkonstruk pemahamannya sendiri.
2) Suasana kepercayaan mendukung pembelajaran yang baik.
3) Dalam pembelajaran aktif yang berlangsung orang yang bertanggung jawab lebih memfasilitasi diskusi dari pada menyediakan jawaban benar.
4) Suatu konsep paling mudah dipahami jika dipelajari dalam konteks kehidupan nyata.27
Model pembelajaran CUPs menggunakan pendekatan konstruktivisme yang menilai bahwa siswa harus membangun sendiri pengetahuannya. Menurut teori konstruktivisme, suatu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi
27
22
mereka sendiri untuk belajar. Nur dalam Triyanto mengatakan bahwa guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut.28
Para ahli konstruktivisme dalam Erman Suherman mengatakan bahwa ketika siswa mencoba menyelesaikan tugas-tugas di kelas, maka pengetahuan matematika dikonstruksi secara aktif.29Dalam menyelesaikan tugas-tugas di kelas akan lebih mudah apabila diselesaikan secara diskusi dalam kelompok yang disebut sebagai pembelajaran kooperatif, dengan begitu maka pemikiran-pemikiran individu akan lebih berkembang.
Pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya.30 Kelompok yang dimaksud dalam pembelajaran kooperatif ini bukan merupakan kelompok yang beranggotakan banyak orang, melainkan hanya dua sampai empat orang dalam kelompok, hal ini untuk mengantisipasi siswa dalam bekerja kelompok agar semua anggota terlibat didalamnya.
Model pembelajaran CUPs merupakan pengembangan dari model pembelajaran kooperatif. Dengan pembelajaran kooperatif siswa dapat lebih meningkatkan kemampuan belajar mereka khususnya dalam pemecahan masalah matematika. Beberapa aspek penting dalam pembelajaran kooperatif dengan menerapkan model pembelajaran CUPs, yaitu : membangun pemahaman siswa, menciptakan kepercayaan dalam kegiatan belajar mengajar, dalam kegiatan diskusi tidak hanya hasil yang diperhatikan tetapi juga proses, dan konsep yang dipelajari berasal dari pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Istilah Conceptual Understanding Prosedures (CUPs) atau langkah-langkah pemahaman konsep dapat diartikan dari dua istilah yaitu Conceptual Understanding(Pemahaman Konsep) danProsedures(langkah-langkah).
Seseorang dikatakan memahami suatu konsep matematika jika ia mampu melakukan beberapa hal dibawah ini, antara lain:
28
Triyanto, op. cit., h. 14. 29
Suherman, op. cit., h. 76. 30
23
a. Menemukan (kembali) suatu konsep yang sebelumnya belum diketahui berlandaskan pada pengetahuan dan pengalaman yang telah diketahui dan dipahami sebelumnya.
b. Mendefinisikan atau mengungkapkan suatu konsep dengan cara kalimat sendiri namun tetap memenuhi ketentuan berkenaan dengan atau gagasan konsep tersebut.
c. Mengidentifikasi hal-hal yang relevan dengan suatu konsep dengan cara-cara yang tepat.
d. Memberikan contoh (dan bukan contoh) atau ilustrasi yang berkaitan dengan suatu konsep guna memperjelas konsep tersebut.31
Seseorang dikatakan memahami langkah-langkah atau prosedur terjadinya sesuatu bila ia telah dapat melakukan beberapa hal dibawah ini, antara lain:
a. Menyatakan urutan atau langkah kerja dalam melakukan hal tertentu secara logis dan sistematis.
b. Mengenali proses terjadi atau berlangsungnya sesuatu dan mengoreksinya bila ditemukan hal-hal yang tidak semestinya.32
Berdasarkan dua istilah tersebut maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran CUPs adalah suatu model pembelajaran yang menekankan pada siswa untuk dapat membuat kesimpulan atas materi yang telah dipelajarinya dengan kalimat sendiri serta dapat mengidentifikasi konsep dan memberikan contoh (dan bukan contoh) atau ilustrasi yang dapat menggambarkan contoh yang dilakukan dengan cara mempelajari konsep-konsep secara sistematis.
Proses pembelajaran CUPs mendorong siswa berpikir secara aktif dan mengubah pandangan mereka sehingga menghasilkan partisipasi dan kepuasan tingkat tinggi.33 Fokus pembelajaran pada model CUPs untuk meningkatkan kualitas peranan aktif dan keterlibatan siswa baik secara intelektual maupun secara sosial dalam proses pembelajaran matematika di kelas. Upaya peningkatan keterlibatan siswa berdasarkan pada : (1) Upaya pengenalan kembali (recognition)
31
Suhendra,dkk,Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 7.21.
32
Ibid., h. 7.22. 33
24
yang menitikberatkan pada upaya membangun sikap positif siswa terhadap proses pembelajaran, dan (2) Upaya mempertimbangakan (considering) dan merefleksikan faktor-faktor yang dapat menjembatani keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran34.
d. Sintaktikal Pelaksanaan CUPs
Dalam pembelajaran model CUPs terdapat beberapa tahap didalamnya yaitu, persiapan, bahan, organisasi triplet, kepercayaan untuk diskusi seluruh kelas, dan sesi CUPs.35Dalam CUPs jika dalam suatu kelas tidak memungkinkan untuk dibentuk kelompok dalam jumlah tiga, maka akan lebih baik jika dalam satu kelompok berjumlah empat dari pada berjumlah dua.
Dalam pembelajaran CUPs ada tiga tahap kegiatan yang dilakukan siswa, yaitu:
1. Tahap individu
Pada tahap ini, setiap siswa dihadapkan pada suatu masalah dan mereka dituntut untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut secara individu. Tujuan dari tahap individu ini adalah memastikan keterlibatan setiap siswa sebelum proses diskusi serta untuk mengetahui pengetahuan awal siswa.
2. Tahap kelompok triplet (kelompok yang terdiri dari 3 atau 4 anggota)
Pada tahap ini, siswa bergabung dengan kelompoknya yang terdiri dari 3 atau 4 anggota dengan kemampuan yang berbeda-beda. Pembagian kelompok ini dilakukan oleh guru berdasarkan nilai ulangan siswa, setelah itu siswa berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing untuk memecahkan masalah matematika yang dihadapi. Setiap anggota kelompok berkontribusi dalam mendiskusikan permasalahan yang disajikan. Kontribusi tiap anggota kelompok dapat dilacak dengan memberi warna tinta yang berbeda pada tiap siswa dalam satu kelompok. Selanjutnya masing-masing kertas hasil diskusi triplet dipasang di depan kelas. 3. Tahap diskusi kelas
Pada tahap ini, seluruh siswa mendiskusikan hasil diskusi kelompok triplet yang terpasang di depan kelas sehingga memberikan kesimpulan bersama tentang
34
Gunstone, R. F.,Structured Cognitive Discussion Senior High School Physics: Student and Teacher Perception,(Australia: 2002), h. 530.
35
25
permasalahan yang diberikan. Dalam hal ini, guru bertindak sebagai pemandu jalannya diskusi dan memberi kesempatan kepada siswa untuk dapat membangun sendiri pengetahuan konseptualnya masing-masing. Guru membimbing siswa agar tidak terjadi kesalahan konsep. Pada kegiatan akhir guru melakukan evaluasi dengan memberikanpost test.
Kloot menyatakan ada lima langkah penting pelaksanaan CUPs yaitu : 1. Persiapan
Langkah awal dari pelaksanaan CUPs adalah persiapan yang terdiri dari beberapa hal, yaitu:
a. Sangat penting untuk memikirkan mengenai kemungkinan respon awal siswa terhadap sesi-sesi dari CUPs itu sendiri.
b. Mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan
c. Merencanakan pengorganisasian siswa dalam kelompok-kelompok kecil d. Masing-masing latihan/soal/kasus yang diberikan membutuhkan waktu
sekitar satu jam (tetapi bisa juga dibagi dalam beberapa bagian) 2. Perangkat Keras
Perangkat keras yang dimaksud adalah kebutuhan-kebutuhan material yang akan digunakan setelah diskusi, yaitu:
a. Kertas latihan berisi soal/kasus untuk masing-masing siswa b. Kertas berukuran besar (karton) masing-masing untuk tiap triplet c. Spidol berwarna (misalnya 3 warna) untuk masing-masing triplet d. Double tapeuntuk memasang karton ke dinding
e. Papan tulis
3. Organisasi Kelompok Kecil (triplet)
Pembagian kelompok dan anggota kelompok didalamnya harus mengikuti aturan sebagai berikut:
a. Siswa harus dikelompokkan menjadi 3 kemampuan akademis yang berbeda dan terdiri dari 3 orang siswa (triplet). Yang dimaksud dengan kemampuan berbeda adalah tiap kelompok terdiri atas satu orang berkemampuan tinggi, satu orang berkemampuan sedang dan satu orang
26
lagi berkemampuan rendah, kemampuan akademis yang dimaksud bisa dilakukan sesuai dengan pertimbangan guru.
b. Jika siswa tidak bisa dibagi dengan tepat menjadi tiga orang per kelompok akan lebih baik jika siswa membentuk kelompok terdiri dari 4 orang dari pada 2 orang.
c. Paling tidak terdapat 1 orang siswa perempuan atau sebaiknya laki-laki satu orang.
d. Idealnya siswa berada dalam kelompok yang sama dalam latihan CUPs. 4. Kebutuhan untuk percaya
Pada pertemuan pertama dalam penerapan model pembelajaran CUPs, seorang guru harus memberikan penekanan pada setiap siswa untuk terlibat secara aktif dan memberikan pendapatnya dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan karena setiap siswa dimungkinkan memiliki miskonsepsi yang berbeda terhadap suatu konsep yang ingin dibahas. Miskonsepsi tersebut hanya dapat diperbaiki jika miskonsepsi tersebut dikemukakan. Guru juga harus menekankan pada siswa dalam pembelajaran dan harus menghormati setiap pendapat yang dikemukakan oleh rekannya.
5. Skema dasar dari sesi CUPs
Pada sesi CUPs ini ada beberapa langkah, yaitu: a. Sesi 1
Siswa diberi latihan dalam bentuk soal. Guru menjelaskan ketentuan dalam pengerjaannya kepada siswa dan menekankan pentingnya untuk menggambar diagram yang besar ketika mempresentasikan jawaban dari satu triplet dalam karton.
b. Sesi 2
Siswa selama 5-10 menit berusaha untuk menyelesaikan secara individu. Selama waktu itu siswa dapat menuliskan ide dalam kertas A4.
c. Sesi 3
Kemudian siswa pindah ke dalam triplet mereka dan 20 menit selanjutnya memperlihatkan dan mendengarkan ide dari masing-masing anggota triplet. Tujuan dari diskusi ini adalah untuk mempersilahkan mereka untuk
27
menjelaskan apa yang mereka pikirkan, menemukan kesalahan dalam alasan mereka dan akhirnya mencapai hasil bersama yang kemudian ditransferkan ke dalam kertas karton yang mana guru harus memberikan tiga pensil warna yang berbeda kepada tiap grupnya. Siswa-siswa tersebut harus menggambarkan diagram mereka sebesar mungkin menggunakan pensil warna yang telah disediakan agar memudahkan jika dilihat kemudian. Tiap anggota dari triplet sebaiknya mempersiapkan diri untuk mempertahankan jawaban grupnya di depan kelas. Selama diskusi triplet guru sebaiknya berkeliling kelas, menjelaskan tujuan dari latihan jika diperlukan tapi tidak diperbolehkan terlibat dalam diskusi.
d. Sesi 4
Setelah beberapa waktu, semua jawaban dalam karton harus ditempel di dinding/papan tulis dan semua siswa diperbolehkan untuk duduk lebih dekat dalam jajaran berbentuk-U sehingga dapat dengan mudah melihat karton yang telah ditempelkan.
e. Sesi 5
Guru harus melihat semua jawaban dan mencari kesamaan dan perbedaan dan dapat memulai diskusi dengan memilih karton dimana hasilnya sepertinya dapat mewakili beberapa jawaban dan meminta anggotanya untuk menjelaskan jawaban mereka. Siswa dari triplet lain dengan diagram yang berbeda kemudian diminta untuk mempertahankan jawaban mereka. Prosesnya berlangsung dengan siswa memberikan argumen sampai didapat kesepakatan mengenai jawaban akhirnya. Penting diperhatikan bahwa guru tidak diperbolehkan menjelaskan/memberitahukan jawabannya. Sehingga banyak pemikiran akan keluar, guru harus memberikan cukup waktu sebelum menanyakan lebih lanjut.
f. Sesi 6
Diakhir sesi tersebut setiap siswa harus benar-benar memahami jawaban yang disetujui. Untuk membuktikannya guru harus mengulang kembali jawabannya dan mungkin menulis/menggambarkannya dalam karton kosong ke dinding atau papan tulis (tapi tanpa tambahan komentar). Jika
28
waktu habis sebelum kesepakatan diraih, guru memberikan ringkasan sampai bagian yang telah diraih kemudian memberikan suatu petunjuk kepada siswa dan akan diselesaikan di pertemuan berikutnya.36
Tahap pelaksanaan CUPs dalam penelitian ini terdiri dari 3 tahap, yaitu : 1) Tahap Individu
Pada tahap ini, siswa secara individu mempelajari konsep dari materi yang dipelajari yang ada pada LKS serta menyelesaikan soal yang ada pada LKS. 2) Tahap kelompok triplet (kelompok yang terdiri dari 3 atau 4 orang)
Pada tahap ini, siswa bergabung dengan kelompok masing-masing yang terdiri dari 3 sampai 4 orang, kemudian mendiskusikan konsep serta soal yang ada pada LKS dan menuliskan hasil jawaban bersama di dalam karton.
3) Tahap diskusi kelas
Pada tahap ini, semua jawaban dalam karton ditempel di dinding/papan tulis dan semua siswa diperbolehkan untuk duduk lebih dekat dalam jajaran berbentuk U sehingga dapat dengan mudah melihat karton yang telah ditempelkan. Perwakilan kelompok menjelaskan hasil jawaban kelompok mereka didepan kelompok-kelompok lainnya, kelompok lain menanggapi sehingga mencapai kesepakatan bersama.