• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Model Pembelajaran Inquiry

Model inquiry didefinisikan oleh Sanjaya (2008:196) sebagai pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan esperimen sendiri, dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbol-simbol dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan orang lain. Inquiry didefinisikan sebagai sebuah pencarian kebenaran, informasi/pengetahuan, atau pencarian informasi dengan cara mempertanyakan dan melakukan upaya menjawab pertanyaan dimaksud. mendefinisakn bahwa Inquiry merupakan usaha manusia untuk menjelaskan secara rasional fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu. Menurut Hamalik (2009:220), Model pembelajaran Inquiry yaitu sebuah model pembelajaran dimana guru berusaha mengarahkan siswa untuk mampu

menyadari apa yang sudah didapatkan selama belajar. Sehingga siswa mampu berfikir dan terlibat dalam kegiatan intelektual dan memproses pengalaman belajar itu menjadi sesuatu yang bermakna dalam kehidupan nyata.

Langkah-langkah pembelajaran Inquiry menurut Sanjaya (2008:202) sebagai berikut:

1. Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan model ini sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah, tanpa kemauan dan kemampuan itu tidak mungkin proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar.

2. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahakan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki dalam rumus inkuiri, oleh sebab itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.

3. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.

Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap individu yang kurang mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional dan logis.

4. Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam metode pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Karena itu, tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. Seiring terjadi kemacetan benrinkuiri adalah manakala siswa tidak apresiatif terhadap pokok permasalahan. Tidak apresiatif itu biasannya ditunjukkan oleh gejala-gejala semacam ini, maka guru hendaknya secara terus-menerus memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar melalui penyuguhan berbagai jenis pertanyaan secara merata kepada seluruh siswa sehingga mereka terangsang untuk berpikir.

5. Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan

data. Dalam menguji hipotesis yang terpenting adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Di samping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpiir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.

6. Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan dalam proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh bedasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan hasil akhir dalam proses pembelajaran. Sering terjadi, karena banyaknya data yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus pada masalah yang hendak dipecahkan. Karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

Inkuiri dalam bahasa Indonesia berarti pertanyaan atau pemeriksaan, sedangkan inkuiri pada konteks IPS tidak hanya berarti pertanyaan atau pemeriksaan, tetapi lebih luas dari pada pengertian tersebut. Sehubungan dengan itu, John Jarolimek mengemukakan hal berikut. Jadi, pengertian inkuiri tidak hanya terbatas pada pertanyaan atau pemeriksaan, tetapi meliputi pula proses penelitan, keingintahuan, analisis sampai dengan penarikan simpulan tentang hal-hal yang diperiksa atau diteliti. Dalam rangka pengajaran IPS, wawasan inkuiri ini diarahkan kepada kemampuan peserta didik dalam berpikir kritis dan menjadi orang yangsecara bebas dapat memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya (Assegaf, 2009:25).

Pengertian inkuiri juga meliputi pengidentifikasian masalah sosial yang harus ditelaah. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, yang dimaksudkan dengan inkuiri reflektif adalah proses berpikir yang mendalam dan merefleksikan pengalaman, atau dengan perkataan lain dapat dikatakan sebagai proses merenung. Oleh karena itu, proses inkuairi reflektif atau berpikir dan merenung berhubungan pula dengan sikap penilaian pengungkapan pengalaman. Kunci proses inkuiri reflektif tardapat pada konsep-konsep, minat, nilai, berpikir kritis, dan terlibat ke dalam ha-hal yang janggal di sekitar. Pembelajaran IPS sebagai inkuiari reflektif berlangsung ketika peserta didik dilibatkan ke dalam suasana kehidupan yang nyata, yang penuh dengan persoalan yang harus diteliti dan dipikirkan secara kritis.

Model inkuiry terbagi menjadi dua (Joyce, 2000:161): Bibiological Science Inquiry: siswa dilatih untuk melakukan penelitian.

1. Fase satu, mengemukakan area investigasi kepada siswa (area of investigation is posed to student) pada fase pertama, guru menghadapkan siswa pada suatu masalah

2. Fase dua, siswa merumuskan masalah (student structure the problem). Pada fase kedua, siswa merumuskan masalah agar dapat mengidentifikasi kesulitan penyelidikan yang bisa berupa interpretasi data, perolehan data kontrol eksperimen dan membuat kesimpulan.

3. Fase tiga, siswa mengidentifikasi masalah melalui investigasi (student identify the problem in the investigation). Pada fase ktiga ini siswa diminta untuk menerka masalah sehingga mereka dapat mengidentifikasi kesulitaninquiry.

4. Fase empat, siswa mempertimbangkan cara untuk menyelesaikan masalah (student speculate on ways to clear up the difficulty). Pada fase ini siswa merancang suatu kegiatan untuk menyelesaikan masalah (kesulitan).

Inquiry Training(Latihan berinkuiri):

1. Fase pertentangan terhadap masalah (confrontation with the problem). Menghadapkan siswa pada situasi masalah sehingga menimbulkan pertanyaan-pertanyaan pada siri siswa atau kepada guru. Selanjutnya guru pun

akan memberikan jawaban terbats berupa jawaban “ya” atau “ tidak”,

sehingga setiap ertanyaan yang diajukan dapat dianggap sebagai suatu hipotesis terbatas.

2. Fase mengumpulkan data melalui pengujian (data-gathering-verification). Siswa berusaha mengupulkan data informasi sebanyak-banyaknya, tentang masalah yang mereka hadapi. Data tersebut dapat diperoleh berdasarkan kondisi objek atau menguji bagaimana proses terjadinya masalah tersebut. 3. Fase mengumpulkan data melalui eksperimen (data-gathering-

experimentation). Pada phase ini dilakukan isolasi tehadap data-data yang menjadi esensi masalah yang dihadapi.

4. Fase mengorganisir, menyusun penjelasan (organizing, formulating an explanation). Pada fase ini guru dapat merumuskan penjelasan untuk membimbing siswa pada pemecahan masalah yang terarah. Bagi siswa yang menemui kesulitan dalam mengemukakan informasi yang mereka peroleh untuk memberikan uraian yang jelas, maka dapat memberikan penjelasan yang sederhana saja dan tidak mendetail.

5. Fase menganalisis kegiatan proses inkuiri (analysis of the inquiry process). Pada phase ini siswa menganalisis pola-pola penemuan mereka. Dengan demikian siswa akan banyak memperoleh tipe-tipe informasi, yang sebelumnya tidak dimiliki siswa. Hal ini penting bagi siswa, sebab hal tersebut dapat melengkapi dan memperbanyak data yang relevan serta menunjang untuk menentukan pemecahan masalah.

Gambar 2.2 : Tahapan dalam proses Inquiry. Diadopsi dari Beyer (1994:18). Gambar tersebut menjelaskan bahwa proses inkuiri menurut Beyer (1994:18) dimulai dengan sebuah keraguan yang mesti dijelaskan, penjelasan keraguan masalah tersebut mesti sistematis dengan formulsi masalah yang jelas, ada hipotesis, ada teori, pengumpulan data, analisis data, dan generalisasi. Pengajaran IPS sebagai inkuiri reflektif atau sebagai proses penelaahan dan pemikiran yang mendalam, merupakan teknik atau strategi pembelajaran yang bermanfaat dalam

membina peserta didik menjadi kritis, kreatif, dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya. Di beberapa negara maju mempunyai tingkat kompleksitas yang berbeda-beda oleh karena itu tujuan pembelajaran dengan pemberian materi social studies di tingkat pendidikan dasar dan menengah antara satu negara dengan negara lain berbeda. Misalnya sebagai berikut : 1. Jerman Barat : pembelajaran social studies ditujukan untuk menumbuh kembangkan semangat demokrasi dengan munculnya berbagai partai politik (Assegaf, 2009:25).

Akan tetapi setelah Jerman Barat dan Jerman Timur menyatu saat ini maka pembelajaran social studies diarahkan pada persoalan nasionalisme dan tantangan global. 2. Inggris : pembelajaran social studies diarahkan untuk melegitimasi pembelajaran social science, khususnya sosiologi. 3. Di beberapa negara di benua Afrika : social studies digunakan untuk meningkatkan citra dan martabat mereka selepas dari penjajahan kolonial, di samping untuk membangkitkan nasionalisme, persatuan dan kesatuan serta dalam rangka transformasi buadaya politik. 4. Jepang : social studies dipancangkan sebagai alat untuk membangun kerangka dasar bagi terciptanya masyarakat demokratis. 5. Amerika Serikat dan Canada : social studies secara terus menerus digunakan sebagai jalan yntuk mempersiapkan anak didik menjadi warga negara yang efektif dalam tatanan masyarakat yang demokratis. Penjelasan di atas memberikan gambaran, bahwa materi social studies dalam ranah pendidikan menjadi sesuatu yang tidak terhindarkan, terkait dengan upaya pembentukan mental manusia dalam interaksinya dengan sesama. Sistem Pendidikan Indonesia India dan Malaysia merupakan contoh bagi hadirnya pengaruh sistem pendidikan kolonial Inggris atas kelanjutan sistem pendidikan yang berlaku di kedua negara tersebut. Beberapa praktek pendidikan yang

dilaksanakan Inggris ternyata diteruskan, bisa jadi karena dianggap masih relevan, baik oleh India maupun Malaysia. Pengalaman yang sama bisa dipakai untuk menjelaskan akar sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia. Bedanya, meskipun pengaruh penjajahan Belanda di Indonesia telah berlangsung selama tiga setengah abad, justru sistem pendidikan yang banyak digunakan adalah masa kependudukan Jepang. Pasca kemerdekaan, sistem pendidikan di Indonesia mengalami serangkaian transformasi dari sistem persekolahannya.

Menurut Syah (2006:27) menyatakan proses belajar sesungguhnya bukanlah semata-mata kegiatan menghafal. Banyak hal yang kita ingat akan hilang dalam beberapa jam. Mempelajari bukanlah menelan semuannya. Untuk mengingat apa yang telah diajarkan, mahasiswa harus mengolahnya atau memahaminya. Seorang guru tidak dapat dengan serta merta menuangkan sesuatu ke dalam benak para siswa, karena mereka seneirilah yang harus menata apa yang mereka lihat menjadi satu kesatuan yang bermakna. Tanpa peluang untuk mendiskusikan, mengajukan pertanyaan, mempraktikkan dan barangkali bahkan mengajarkannya kepada siswa yang lain, proses belajar yang sesungguhnya tidak akan terjadi Sardiman (2001:67) menyatakan pembelajaran inkuiri mengacu pada prinsip-prinsip berikut: 1. Berorientasi pada pengembangan intelektual. Tujuan utama dari pembelajaran inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar.

2. Prinsip interaksi. Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses

interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar. Tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.

3. Prinsip bertanya. Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan pembelajaran ini adalah guru sebagai penannya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir. Dalam hal ini, kemampuan dosen untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan. Disamping itu, pada pembelajaran ini juga perlu dikembangkan sikap kritis siswa dengan selalu bertanya dan mempertanyakan berbagai fenomena yang sedang dipelajarinya.

4. Prinsip belajar untuk berpikir. Belajar bukan haya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.

5. Prinsip keterbukaan. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan keada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.

Kelebihan model pembelajaraninquiry :

1. Dapat membangkitakan potensi intelektual siswa.

2. Peserta didik yang semula memperolehrewarddalam keberhasilan belajar. 3. Peserta didik dapat mempelajari informasi dari penemuan.

4. Dapat menyebabkan ingatan bertahan lama sampai terinternalisasi pada diri peserta didik.

Kelemaham model pembelajaraninquiry :

1. Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa

2. Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dalam kebiasaan siswa dalam belajar

3. Kadang-kadang dalam implementasinya memerlukan waktu yang panjang. 4. Selama ketentuan keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa

menguasai materi pelajaran.

Dokumen terkait