• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

2.2. Model Pembelajaran Kooperatif

Cooperative Learningatau Pembelajaran kooperatif tersusun dari kata cooperativeyang artinya bekerja sama sebagai suatu kelompok untuk mencapai tujuan tertentu dan learningyang artinya suatu perbuatan yang menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Menurut Anita Lie yang dikutip oleh Isjoni (2007: 15-16) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif berkenaan dengan kerja sama antar siswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang terstruktur.

Pembelajaran kooperatif lebih menekankan kerja kelompok daripada kerja individu. Menurut Halubec (dalam Nurhadi dan Senduk, 2005: 59), model pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran menggunakan kelompok kecil untuk bekerja sama dalam kondisi belajar. Pendapat ini diperkuat oleh Sugiyanto (2010: 37) yang mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar.

Kelompok dalam pembelajaran kooperatif bersifat heterogen, yang artinya anggota kelompok harus merata. Siswa belajar dan bekerja dalam kelompok secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan struktur kelompok heterogen (Slavin dan Isjoni, 2009: 15). Struktur kelompok yang heterogen berguna untuk memaksimalkan kondisi pembelajaran sehingga dapat menumbuhkan perubahan perilaku. Stahl dalam Isjoni (2009: 15) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap saling tolong-menolong dalam perilaku sosial.

Agus Suprijono (2009: 54) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah konsep dalam arti luas yang meliputi jenis kerja kelompok yang diarahkan oleh guru. Guru berperan penting dalam pembelajaran kooperatif. Arahan diberikan oleh guru supaya tugas-tugas dapat dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur.

Dari beberapa definisi mengenai konsep pembelajaran kooperatif, dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerja kelompok dalam aktivitas belajar secara terstruktur dan sistematis sehingga mampu menumbuhkan perubahan sikap tolong-menolong dan perilaku sosial.

3.2.2 Tujuan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Wisenbaken (dalam Slavin, 2005: 4) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif bertujuan untuk menciptakan norma-norma akademik yang penting bagi pencapaian siswa. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Johnson (dalam Trianto, 2010: 57) bahwa pembelajaran kooperatif dapat memaksimalkan kegiatan belajar siswa dalam peningkatan prestasi akademik. Louisell dan Descamps (dalam Trianto, 2010: 57) juga menambahkan, kerja tim dapat memperbaiki hubungan antar siswa dari latar belakang etnis dan kemampuan, serta mengembangkan keterampilan-keterampilan pemecahan masalah.

3.2.3 Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Menurut Ibrahim dkk (2010: 3-4), pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Siswa bekerja dalam kelompok

2. Siswa dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi

3. Anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda 4. Orientasi penghargaan diberikan secara berkelompok.

Sedangkan menurut Isjoni (2009: 27) memaparkan ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

1. Setiap anggota memiliki peran

2. Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa 3. Setiap anggota bertanggung jawab atas kerja kelompoknya

4. Guru membantu mengembangkan keterampilan interpersonal kelompok 5. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan

Selain itu, Isjoni (2007: 27-28) juga menambahkan dari pendapat Slavin bahwa tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif, yaitu: penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan untuk berhasil.

1. Penghargaan kelompok

Penghargaan kelompok diperoleh apabila kelompok mencapai sekor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok dinilai berdasarkan kerja antar individu dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung.

2. Pertanggungjawaban individu

Adanya pertanggungjawaban secara individu menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya. Pertanggungjawaban tersebut menitik beratkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar.

3. Kesempatan untuk berhasil

Pembelajaran kooperatif menggunakan metode sekoring dalam pemberian nilai perkembangan sesuai dengan peningkatan prestasi yang diperoleh. Metode sekoring ini diberikan kepada setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi untuk memperoleh kesempatan untuk berhasil.

3.2.4 Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Lungdren dalam Isjoni (2009: 16) mengemukakan unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

1. Siswa memiliki persepsi “tenggelam atau berenang bersama”.

2. Siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya.

3. Siswa harus memiliki tujuan yang akan dicapai bersama. 4. Siswa membagi tugas secara merata.

5. Siswa diberikan evaluasi dan penghargaan kelompok.

Roger dan David (dalam Agus Suprijono, 2009: 58) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Belajar dapat memaksimalkan proses belajar supaya mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Untuk memaksimalkan hasil belajar diperlukan lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif. Lima unsur tersebut adalah sebagai berikut:

1. Positive interdependence

Dalam unsur ini terdapat dua pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut. 2. Personal responsibility

Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat. Tanggung jawab perseorangan dalam kelompok menjadi kunci untuk menjamin semua anggota diperkuat oleh kegiatan belajar kelompok.

3. Face to face promotive interaction

Ciri-ciri interaksi promotif adalah saling membantu, saling memberikan informasi yang diperlukan, memproses informasi secara berkelompok, saling membantu dalam merumuskan argumentasi dan meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi.

4. Interpersonal skill

Siswa harus saling saling berkoordinasi dalam mencapai tujuan bersama. Tujuan tersebut didapatkan dengan cara : saling mengenal dan mempercayai, mampu berkomunikasi secara akurat saling mendukung, serta mampu menyelesaikan konflik.

5. Group processing

Unsur ini mengandung penilaian hasil belajar kelompok. Hasil belajar kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok.

3.2.5 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif dilaksanakan secara berkelompok dalam menyelesaikan permasalahan. Penyelesaian masalah direncanakan dalam diskusi kelompok dengan susunan yang sistematis dan terstruktur. Agus Suprijono (2009: 65) memaparkan model pembelajaran kooperatif terdiri dari enam fase sebagai berikut:

Tabel 1

Fase Pembelajaran Kooperatif

Fase Kegiatan Guru

Fase 1

Present goals and set

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan pembelajaran

Fase 2

Present information

Mepresentasikan informasi kepada siswa secara verbal

Fase 3

Organize students into learning teams

Memberikan penjelasan kepada siswa tentang langkah pembentukan kelompok belajar

Fase 4

Assist team work and studeny

Membantu kelompok belajar dalam mengerjakan tugas

Fase 5

Test on the materials

Menguji pengetahuan siswa mengenai materi pembelajaran hasil kerjanya Fase 6

Provide recognition

Mempersiapkan cara untuk memberikan penghargaan kelompok

3.2.6 Manfaat Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Sadker (dalam Miftahul Huda, 2011: 66) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki beberapa manfaat. Manfaat tersebut adalah sebagai berikut:

1. Siswa memperoleh hasil yang lebih tinggi.

2. Siswa yang berpartisipasi aktif akan memiliki sikap tolong-menolong dan perilaku sosial.

3. Siswa memiliki sikap harga diri dan motivasi yang besar untuk belajar 4. Siswa memiliki rasa persatuan yang tinggi

3.2.7 Perbandingan Pembelajaran Kooperatif dan pembelajaran ceramah

Sharan (dalam Isjoni, 2007:22-24) mengemukakan bahwa siswa yang belajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif akan memiliki motivasi yang tinggi karena didorong oleh rekan sebayanya. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran kooperatif lebih baik digunakan daripada pembelajaran ceramah. Berikut ini adalah perbedaan antara pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran ceramah.

Tabel 2

Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajaran Ceramah Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Ceramah Adanya sikap saling

tolong-menolong antar siswa dan saling memberikan motivasi sehingga menimbulkan interaksi positif.

Guru cenderung membiarkan siswa dalam mengelola tugas kelompoknya

Adanya akuntabilitas dalam mengukur penguasaan materi tiap anggota kelompok.

Tidak adanya akuntabilitas individu sehingga hanya satu siswa yang menyelesaikan tugas. Berbagi peran sebagai pemimpin

kelompok.

Pemilihan pemimpin kelompok ditentukan sebelumnya oleh guru berdasarkan hasil uts atau ulangan harian.

Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Ceramah Membagi tugas kelompok kepada

masing-masing individu

Tugas sering dibebankan kepada salah satu anggota kelompok. Memaksimalkan kegiatan belajar

setiap anggota kelompok

Fokus dalam menyelesaikan tugas

Menekankan pada kerja sama antar anggota kelompok seperti mempercayai anggota kelompok.

Mengabaikan kerja sama yang baik.

Keterampilan sosial diperlukan dalam kerja gotong-royong dan saling tolong-menolong.

Keterampilan sosial sering tidak diajarkan secara langsung.

Kerja kelompok sangat diperhatikan untuk setiap kerja individu dalam proses belajar

Proses kerja kelompok sering tidak diperhatikan.

Merancang prosedur yang jelas dan mengalokasikan waktu untuk pemrosesan kelompok.

Jarang merancang prosedur dan mengalokasikan waktu untuk pemrosesan kelompok.

3.2.8 Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Terdapat beberapa tipe pembelajaran kooperatif menurut Slavin (2009:11-26), diantaranya yaitu Student Teams-Achievement Division (STAD), Team Game Tournament (TGT), Jigsaw II, Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), Team Assisted Individualization (TAI), Group Investigation(GI), Learning Together, Complex Instruction, dan Structure Dyadic Methods.

Dokumen terkait