• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran menurut Asep dan Abdul (2012: 25) yaitu suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi peserta didik, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran atau lainnya. Dari pengertian tersebut diketahui bahwa suatu model pembelajaran sebagai acuan guru dalam menentukan proses pembelajaran yang diinginkan, sehingga di dalam sebuah model pembelajaran terdapat metode-metode pembelajaran yang digunakan seperti ceramah, tanya jawab, ekspositori, penemuan, dan sebagainya.

Pendapat di atas sesuai dengan pendapat Fathurrohman (2015: 29) yaitu model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Secara jelasnya model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang mendiskripsikan

21

dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu dan berfungsi sebagai pedoman dalam perencanaan pembelajaran dalam proses pembelajaran yang akan dilaksanakan nanti.

Fungsi dari model pembelajaran menurut Shoimin (2016: 24) yaitu sebagai pedoman bagi pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran, sehingga setiap model yang akan digunakan dalam pembelajaran menentukan perangkat yang akan dipakai dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut. Fungsi tersebut juga sesuai dengan pendapat Ngalimun (2014: 29) yaitu fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman perancangan dan pelaksanaan pembelajaran. Pemilihan model sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan dibelajarkan, tujuan (kompetensi) yang akan dicapai dalam pembelajaran dan tingkat kemampuan peserta didik.

b. Model Pembelajaran Kooperatif

Berbagai macam model pembelajaran yang telah berkembang saat ini menjadikan dunia pendidikan menjadi lebih terbantu terutama dalam masalah pembelajaran. Adapun berbagai model pembelajaran tersebut yang sering kita dengar yaitu model kooperatif, model kuantum, model pembelajaran berbasis masalah, model pembelajaran berbasis proyek, dan sebagainya. Salah satu model pembelajaran yang sering digunakan oleh guru yaitu model pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin (2005: 10) model pembelajaran kooperatif menyumbangkan ide bahwa siswa yang bekerja sama dalam belajar dan

22

bertanggung jawab terhadap teman satu timnya mampu membuat diri mereka belajar sama baiknya. Hal tersebut mengartikan bahwa dalam model pembelajaran kooperatif yaitu belajar dalam tim, siswa dituntut untuk tidak hanya mementingkan diri sendiri dalam pemahaman materi tetapi juga dituntut untuk memberikan bantuan kepada teman mereka yang belum menguasai materi. Dengan demikian diharapkan keberhasilan dalam tim tersebut dapat tercapai.

Menurut Eggen & Kauchak yang dikutip oleh Trianto (2010: 58-59) pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Maksud dari hal tersebut yaitu siswa secara bersama-sama dan secara kolaboratif melakukan kegiatan belajar baik untuk memecahkan masalah atau menemukan pengalaman pelajaran yang baru. Dalam pembelajaran kooperatif, diharapkan dapat meningkatkan partisipasi dari siswa, memberikan pengalaman dalam mengorganisir suatu tim, melatih kepemimpinan, memutuskan suatu keputusan secara bersama-sama, saling menghargai teman satu dengan lainnya dengan latar belakang yang berbeda-beda. Para ahli mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir secara kritis. Tujuan dari pembelajaran secara kooperatif adalah hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.

23

Menurut Sanjaya (2009: 309) pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang menggunakan sistem pengelompokan atau membentuk tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang anak. Setiap anggota tim tersebut memiliki latar kemampuan akademis, jenis kelamin, ras, suku yang berbeda. Sistem penilainnya dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan mendapatkan hadiah (reward) apabila mencapai hasil yang baik, hal inilah yang mendorong setiap kelompok untuk mencapai hasil yang maksimal secara bersama-sama. Kerjasama ini yang membuat ketergantungan positif antar setiap anggota kelompok, yaitu saling membantu untuk keberhasilan kelompoknya masing-masing.

Terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif menurut Sanjaya (2009: 310-311) antara lain sebagai berikut.

a. Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence)

Keberhasilan suatu kelompok tergantung dari usaha setiap anggota kelompok. Suatu kelompok akan berhasil menyelesaikan tugasnya apabila setiap anggota kelompok dapat mengerjakan tugasnya dengan baik. Pembagian tugas ini tentu disesuaikan dengan tingkat kemampuan oleh masing-masing anggota kelompok. Hal ini diharapkan anggota kelompok yang memiliki kemampuan tinggi dapat membantu anggota kelompok yang memiliki kemampuan rendah, sehingga dapat menciptakan ketergantungan yang positif antar anggota kelompok.

24

b. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability)

Prinsip ke dua ini memiliki hubungan erat dengan prinsip pertama. Apabila setiap anggota kelompok telah memiliki tugasnya masing-masing, maka itu akan menjadi tanggung jawab individu. Sehingga keberhasilan kelompok dalam penyelesaian tugas tergantung dari penyelesaian tugas individu sendiri. Apabila terdapat individu yang belum dapat menyelesaikan tugas individunya dalam kelompok, maka akan berakibat pada penyelesaian tugas kelompoknya.

c. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction)

Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan pada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka supaya dapat saling bertukar informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka ini berguna bagi setiap anggota untuk saling mengenal teman kelompoknya, dapat menerima segala perbedaan, dapat bekerja sama, dapat saling menghargai, dan sebagainya.

d. Partisipasi dan komunikasi (participation communication)

Dalam berdiskusi tentu saja menuntut siswa untuk mengeluarkan suara atau berkomunikasi. Selain itu, berdiskusi juga menuntut siswa untuk dapat mengeluarkan pendapatnya atau dapat berpartisipasi aktif dalam kelompoknya. Kemampuan berpartisipasi dan berkomunikasi sangat penting untuk mereka pelajari karena kelak akan berguna saat mereka hidup dalam bermasyarakat.

Jihad & Haris (2012: 30-31) mengatakan bahwa tujuan penerapan pembelajarannya, model pembelajaran kooperatif memiliki tujuan sebagai berikut.

25

a. Meningkatkan hasil belajar akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif unggul dalam memahamkan konsep sulit terhadap siswa.

b. Membelajarkan kepada siswa agar dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial

c. Mengembangkan keterampilan sosial siswa karena dalam model pembelajaran kooperatif membelajarkan kepada siswa untuk berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, bekerja secara kelompok, dan sebagainya.

Berdasarkan tiga poin tujuan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan secara berkelompok/tim/diskusi akan meningkatkan kemampuan siswa pada bidang akademik karena dalam tim antar anggota dituntut untuk membelajarkan satu sama lain untuk kepentingan kelompoknya. Dampak yang ditimbulkan dari adanya diskusi, antar anggota akan belajar berbicara dengan teman kelompoknya, dapat menerima berbagai hal keadaan dari anggota kelompoknya, belajar mengemukakan pendapatnya, dan sebagainya sehingga keterampilan sosial siswa akan berkembang. Karakteristik dan tujuan dari model pembelajaran kooperatif sesuai dengan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Melalui diskusi kelompok siswa dapat saling memahamkan materi pembelajaran sehingga akan meningkatkan hasil belajar siswa.

26

3. Model Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD)

Dokumen terkait