• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Suherman (2003: 257), pembelajaran kooperatif (cooperative learning) mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau tugas. Untuk mencapai hasil yang optimal, para siswa yang tergabung dalam kelompok itu harus berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan masalah yang dihadapinya, sehingga mereka menyadari bahwa setiap pekerjaan individu mempunyai akibat langsung pada keberhasilan kelompoknya.

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mendorong siswa bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya sehingga siswa aktif menemukan sendiri pengetahuannya melalui keterampilan proses. Siswa belajar dalam kelompok kecil yang kemampuannya heterogen. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu dalam memahami suatu bahan ajar. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi dan saling membantu teman sekelompok mencapai ketuntasan (Slavin, 2005: 73).

2.1.4.1Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai minimum tiga tujuan penting pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan keterampilan sosial.

(1) Hasil Belajar Akademik

Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit.

(2) Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu

Efek penting yang kedua dari model pembelajaran kooperatif ialah penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan maupun ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantian satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.

(3) Pengembangan Keterampilan Sosial

Tujuan yang ketiga ialah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat di mana banyak kerja orang sebagian besar dilakukan

dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain dan di mana masyarakat secara budaya semakin beragam (Ibrahim et al, 2000: 7-8).

2.1.5 Model Pembelajaran Pair Check

Model Pembelajaran Pair Check adalah model pembelajaran kooperatif yang menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan. Model pembelajaran Pair Check juga melatih tanggung jawab sosial siswa, kerjasama, dan kemampuan memberi penilaian (Huda, 2013: 211). Model pembelajaran Pair Check ini mempunyai kelebihan yaitu (1) meningkatkan kerjasama antar siswa; (2) peer tutoring; (3) meningkatkan pemahaman atas konsep dan/atau proses pembelajaran; dan (4) melatih siswa berkomunikasi dengan baik dengan teman sebangkunya.

Model pembelajaran Pair Check melibatkan 3 tahap atau fase penting yang harus dikembangkan dan dilakukan dalam pembelajaran matematika, yaitu sebagai berikut.

1. Fase Think (berpikir)

Dalam tahap ini siswa secara individu mengamati, menalar apa yang diberikan oleh guru di depan kelas dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru tentang materi prasyarat yang berkaitan tentang materi yang akan dipelajari. Sehingga dalam tahap ini siswa dituntut untuk mempersiapkan diri di rumah untuk belajar terlebih dahulu tentang materi yang akan dipelajari.

Pada tahap Pair, siswa berdiskusi dengan teman sebangkunya yang menjadi pasangannya. Siswa nantinya berdiskusi tentang masalah yang diberikan oleh guru. Diskusi diharapkan dapat menghasilkan solusi atas masalah yang diberikan.

Pada tahap ini, siswa akan berperan sebagai partner dan pelatih dalam berdiskusi secara bergantian. Siswa yang mendapatkan peran sebagai partner mempunyai tugas untuk menjawab soal yang diberikan oleh guru. Sedangkan yang menjadi pelatih bertugas untuk mengecek jawaban yang dikerjakan oleh si partner. Dalam peran sebagai pelatih, siswa dituntut juga untuk mengerjakan soal yang diberikan agar nanti dapat mengecek jawaban dengan benar dan tepat. 3. Fase Check (mengecek)

Pada tahap check, siswa yang berperan sebagai pelatih melaksanakan tugasnya dalam mengecek jawaban dari pasangannya yang berperan sebagai partner. Pemahaman konsep sangat dibutuhkan pada proses tahap ini. Siswa harus memiliki pemahaman konsep yang bagus sehingga dapat mengecek jawaban dari pasangannya dengan benar dan tepat.

Berdasarkan tahap yang dapat dilakukan dalam model pembelajaran Pair Check, menurut Huda (2013: 211-212), langkah-langkah rinci penerapan model pembelajaran Pair Check adalah sebagai berikut: (1) guru menjelaskan konsep; (2) siswa dibagi ke dalam beberapa tim yang terdiri dari 4 orang (setiap tim terdiri 2 pasangan dalam satu tim, setiap pasangan dibebani masing-masing satu peran yang berbeda : pelatih dan partner); (3) guru membagikan soal kepada partner; (4) partner menjawab soal dan pelatih bertugas mengecek jawabannya (partner yang menjawab satu soal dengan benar berhak mendapat satu kupon dari pelatih);

(5) pelatih dan partner saling bertukar peran (pelatih menjadi partner dan partner menjadi pelatih); (6) guru membagikan soal kepada partner; (7) partner menjawab soal dan pelatih bertugas mengecek jawabannya (partner yang menjawab satu soal dengan benar berhak mendapat satu kupon dari pelatih); (8) setiap pasangan kembali ke tim awal dan mencocokkan jawaban satu sama lain; (9) guru membimbing dan memberikan arahan atas jawaban dari berbagai soal; (10) setiap tim mengecek jawabannya; dan (11) tim yang paling banyak mendapat kupon diberi hadiah atau reward dari guru. Model pembelajaran Pair Check juga memiliki kelemahan sebagai berikut: (1) membutuhkan waktu yang benar-benar memadai dan (2) membutuhkan kesiapan siswa untuk menjadi pelatih dan partner yang jujur dan memahami soal dengan baik (Huda, 2013: 212-213).

2.1.6 Aplikasi Prezi

Saat ini sudah banyak alternative media untuk membuat presentasi yang menarik selain PowerPoint, salah satunya menggunakan Prezi. Menurut Simamora (2014: 1) Prezi adalah aplikasi presentasi yang bisa kita gunakan untuk membuat presentasi online dan offline yang lebih menarik, sehingga ide-ide yang kita miliki bisa kita sampaikan dengan lebih mudah. Presentasi menggunakan Prezi ini memiliki beberapa keunggulan, diantaranya: (1) membuat presentasi dapat secara online dan offline; (2) memungkinkan untuk membuat presentasi dengan satu kanvas; (3) menggunakan sistem garis edar atau disebut “Path” yang digunakan untuk mengatur perpindahan antara satu objek ke objek lainnya di dalam kanvas; (4) memberikan fasilitas untuk memasukkan gambar, video, beberapa shape dan ilustrasi seperti diagram; (5) memberikan template menarik,

fasilitas import untuk converter konten di PowerPoint menjadi konten di dalam Prezi; dan (6) memungkinkan untuk dapat diedit kapan pun dan dimana pun (fleksibel waktu dan tempat) (Simamora, 2014: 1-3).

Dokumen terkait