• Tidak ada hasil yang ditemukan

II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share (TPS) Model pembelajaranThink Pair and Share(TPS) merupakan bagian

dari pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman tahun 1985. Model ini terbagi dalam tiga tahap, yaitu berpikir

(thinking), berpasangan (pairing), dan berbagi (sharing). Siswa akan berpikir secara mandiri, menyampaikan ide pikiran kepada

pasangannya untuk didiskusikan, dan kemudian menyampaikan hasil diskusi ke depan kelas (Ibrahim, 2000: 26).

Model pembelajaranThink Pair and Share(TPS) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif sederhana. Model ini memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. Keunggulan model ini adalah optimalisasi partisipasi siswa (Lie, 2004: 57). Model pembelajaranThink Pair and Share(TPS) adalah salah satu model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukan partisipasi kepada orang lain.

21

Adapun langkah-langkah dalam pembelajaranThink Pair and Share (TPS) adalah.

a. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.

b. Siswa diminta untuk berpikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru.

c. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.

d. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.

e. Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum

diungkapkan para siswa. f. Guru memberi kesimpulan. g. Penutup.

(Mardiana dalam strukturaljabar, 2011.html)

Think Pair and Share(TPS) memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain (Nurhadi, 2003: 66). Dengan demikian, siswa dituntut aktif dalam proses pembelajaran agar dapat memecahkan suatu permasalahan yang diberikan oleh guru.

Tahap utama dalam pembelajaranThink Pair and Share(TPS) menurut Ibrahim (2000: 26-27) adalah sebagai berikut.

Tahap 1 :Thinking(berpikir) Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.

Tahap 2 :Pairing(berpasangan) Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Dalam tahap ini, setiap anggota pada kelompok membandingkan jawaban atau hasil pemikiran mereka dengan mendefinisikan jawaban yang dianggap benar, paling meyakinkan, atau paling unik. Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan.

Tahap 3 :Sharing(berbagi) Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Keterampilan berbagi dalam seluruh kelas dapat

dilakukan dengan menunjuk pasangan yang secara sukarela bersedia melaporkan hasil kerja kelompoknya atau bergiliran pasangan demi pasangan hingga sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.

Kegiatan “berpikir-berpasangan-berbagi” dalam modelThink Pair and Share(TPS) memberikan keuntungan. Siswa secara individu dapat mengembangkan pemikirannya masing-masing karena adanya waktu berpikir (think time), sehingga kualitas jawaban juga dapat meningkat yang dapat mengakibatkan siswa lebih aktif dalam proses

pembelajaran.

Menurut Jones (2002: 144), akuntabilitas berkembang karena siswa harus saling melaporkan hasil pemikiran masing-masing dan berbagi (berdiskusi) dengan pasangannya, kemudian pasangan-pasangan tersebut harus berbagi dengan seluruh kelas. Jumlah anggota kelompok yang kecil mendorong setiap anggota terlibat secara aktif, sehingga siswa jarang atau bahkan tidak pernah berbicara di depan kelas paling tidak memberikan ide atau jawaban karena pasangannya.

Ada beberapa alasan mengapa TPS perlu digunakan antara lain. a. TPS membantu menstrukturkan diskusi. Siswa mengikuti proses

yang telah ditentukan sehingga membatasi kesempatan pikirannya melantur dan tingkah laku yang menyimpang karena harus melapor hasil pemikirannya ke teman-temannya.

b. TPS dapat meningkatkan partisipasi siswa dan meningkatkan banyaknya informasi yang dapat diingat siswa.

c. TPS meningkatkan lamanya “Time On Task” dalam kelas dan

kualitas kontribusi siswa dalam diskusi kelas. Siswa dapat mengembangkan kecakapan hidup sosialnya (Susilo, 2005: 3). Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipeThink Pair and Share (TPS) adalah sebagai berikut.

a. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas.

Penggunaan metode pembelajaran Think Pair Sharemenuntut siswa menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan oleh guru di awal pertemuan

sehingga diharapkan siswa mampu memahami materi dengan baik sebelum guru menyampaikannya pada pertemuan selanjutnya.

23

b. Memperbaiki kehadiran.

Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan selain untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa dapat selalu berusaha hadir pada setiap pertemuan. Sebab bagi siswa yang sekali tidak hadir maka siswa tersebut tidak mengerjakan tugas dan hal ini akan mempengaruhi hasil belajar mereka.

c. Angka putus sekolah berkurang.

Model pembelajaranThink Pair Sharediharapkan dapat

memotivasi siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat lebih baik dari pada pembelajaran dengan model

konvensional.

d. Sikap apatis berkurang.

Sebelum pembelajaran dimulai, kencenderungan siswa merasa malas karena proses belajar di kelas hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru dan menjawab semua yang ditanyakan oleh guru. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar

mengajar, metode pembelajaranThink Pair Shareakan lebih menarik dan tidak monoton dibandingkan metode konvensional. e. Penerimaan terhadap individu lebih besar.

Dalam model pembelajaran konvensional, siswa yang aktif di dalam kelas hanyalah siswa tertentu yang benar-benar rajin dan cepat dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru

sedangkan siswa lain hanyalah “pendengar” materi yang

disampaikan oleh guru. Dengan pembelajaranThink Pair Sharehal ini dapat diminimalisir sebab semua siswa akan terlibat dengan permasalahan yang diberikan oleh guru.

f. Hasil belajar lebih mendalam.

Parameter dalam PBM adalah hasil belajar yang diraih oleh siswa. Dengan pembelajaranThink Pair Shareperkembangan hasil belajar siswa dapat diidentifikasi secara bertahap. Sehingga pada akhir pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal. g. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.

Sistem kerjasama yang diterapkan dalam model pembelajaran Think Pair Sharemenuntut siswa untuk dapat bekerja sama dalam tim, sehingga siswa dituntut untuk dapat belajar berempati,

menerima pendapat orang lain atau mengakui secara sportif jika pendapatnya tidak diterima (Lie, 2007)

Kelemahannya model pembelajaranThink Pair and Share(TPS) adalah sebagai berikut.

Kekurangan model pembelajaranThink Pair Sharemenurut Lie (2007), kekurangan dari kelompok berpasangan (kelompok yang

terdiri dari 2 orang siswa) adalah: 1) banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor, 2) lebih sedikit ide yang muncul, dan 3) tidak ada penengah jika terjadi perselisihan dalam kelompok. Beberapa

kelemahan model pembelajaranThink Pair Sharesebagai berikut: a. Tidak selamanya mudah bagi siswa untuk mengatur cara berpikir

sistematik.

b. Lebih sedikit ide yang masuk

c. Jika ada perselisihan, tidak ada penengah dari siswa dalam kelompok yang bersangkutan sehingga banyak kelompok yang melapor dan dimonitor.

Model pembelajaran kooperatif tipeThink Pair and Share(TPS) memberikan waktu yang banyak kepada siswa dan pasangannya untuk berpikir (think and pair) sebelum berbagi (share) dengan seluruh kelas berdasarkan pasangan atau kelompoknya masing-masing. Diharapkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeThink Pair and Share(TPS) dapat meningkatkan aktivitas belajar lebih aktif pada siswa.

5. Model Pembelajaran Kooperatif tipeProblem Based Learning

Dokumen terkait