• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Model Pembelajaran Kooperatif

1. Model Pembelajaran Cooperative Learning

a. Pengertian pembelajaran kooperatif

Beberapa pengertian mengenai model pembelajaran

kooperatif menurut beberapa tokoh seperti yang termuat dalam

Etin dan Raharjo (2007:4-5) antara lain sebagai berikut:

1) Pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut (Hamid Hasan, 1996).

2) Suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen (Slavin, 1984).

3) Cooperative learning is more effective increasing motive and performance students (Michaels, 1977).

Dari berbagai pendapat tersebut, semua tokoh

sependapat bahwa pembelajaran kooperatif merupakan

pembelajaran dalam kelompok-kelompok kecil sehingga muncul

unsur interaksi yaitu saling bekerja sama satu sama lain dalam

memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

b. Unsur-unsur pembelajaran kooperatif

Unsur pembelajaran kooperatif menurut Arens (Nur

Asma, 2008:9), yaitu:

1) Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama.

2) Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya.

3) Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.

4) Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.

5) Siswa dikenakan atau diberi hadiah (penghargaan) yang akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.

6) Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajar. 7) Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara

individual materi yang dipelajari dalam kelompoknya.

c. Karakteristik pembelajaran kooperatif

Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik

pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan Slavin

(Isjoni, 2009:33), yaitu:

1) Penghargaan kelompok

Pembelajaran kooperatif dimaksudkan agar suatu kelompok mencapai tujuan yaitu mendapat penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok dapat diperoleh jika kelompok

mencapai standar kriteria yang ditetapkan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada masing-masing individu sejauh mana mereka mampu menciptakan hubungan antar personal untuk saling membantu dan peduli.

2) Pertanggungjawaban individu

Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota. Dimana individu mempunyai tanggung jawab masing-masing untuk aktif dalam memecahkan masalah. Adanya pertanggungjawaban individu juga diharapkan dapat menjadikan setiap anggota siap dan mampu dalam menghadapi tes tanpa meminta bantuan anggota kelompok lain.

3) Kesempatan yang sama untuk berhasil

Pembelajaran kooperatif menggunakan metode scoring dari prestasi belajar siswa yang sebelumnya. Dengan metode ini setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk belajar aktif dan memberikan yang terbaik untuk kelompoknya.

d. Prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif

Menurut Yatim Riyanto (2009:270), ada lima prinsip

yang mendasari pembelajaran kooperatif, yaitu:

1) Positive independence (saling ketergantungan positif ) Dalam pembelajaran kooperatif keberhasilan kelompok sangat tergantung dari pencapaian usaha masing-masing anggota dalam mengerjakan tugasnya. Pembagian tugas didasarkan pada kemampuan masing-masing anggota kelompok. Ketergantungan positif artinya bahwa setiap anggota menyadari bahwa pentingnya kerja sama dalam kelompok sangat berpengaruh besar terhadap pencapaian tujuan kelompok.

2) Face to face interaction (interaksi tatap muka)

Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan luas kepada kelompok untuk berinteraksi dengan saling berhadapan dan bertukar pikiran. Informasi yang diberikan anggota lain dapat membantu kelompok dalam memecahkan masalah. Interaksi tatap muka juga ditujukan terciptanya kerja sama antar anggota dan mengajarkan bagaimana menghargai pendapat dan saling mengisi kelebihan serta kekurangan masing-masing.

3) Individual accountability (partisipasi)

Dalam pembelajaran ini, siswa diharapkan mampu untuk berpartisipasi dan memberikan kontribusi terhadap

keberhasilan kelompok. Siswa dilatih untuk mampu belajar aktif. Untuk aktif dalam kelompok, tentunya siswa perlu dibekali kemampuan bagaimana berkomunikasi dengan baik. Misalnya bagaimana cara menyatakan ketidak- setujuan pendapat anggota kelompok lain dengan sopan. 4) Use the collaborative/social skill (menggunakan

keterampilan)

Suatu kelompok tidak akan berhasil tanpa kolaborasi yang terjadi antar anggota. Hubungan tersebut akan tercipta apabila masing-masing anggota mampu menggunakan keterampilan mereka untuk bekerja sama dan bersosialisasi. Agar siswa mampu untuk berkolaborasi, maka diperlukan adanya bimbingan guru.

5) Group processing (proses menilai)

Agar keberhasilan kelompok dapat tercapai, maka setiap anggota perlu bertanggung jawab terhadap pencapaian tujuan kelompok. Dengan begitu, siswa perlu menilai sejauh mana kelompok dapat bekerja sama dengan efektif.

e. Prosedur pembelajaran kooperatif

Menurut Suprijono (2009), ada enam tahapan dalam

pembelajaran kooperatif. Berikut tabel tahapan pembelajaran

kooperatif:

Tabel 2.1

Tahapan Pembelajaran Kooperatif

FASE-FASE PERILAKU GURU

Fase 1 : Menyampaikan tujuan mempersiapkan

peserta didik

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pembelajaran.

Fase 2 : Menyampaikan informasi

Guru menjelaskan materi ajar kepada siswa.

Fase 3 : Membantu peserta didik untuk

membentuk kelompok

Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok.

Fase 4 : Membantu siswa belajar dalam kelompok

Guru membantu siswa dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan di kelompok.

Fase 5 : Mengevaluasi Guru memberikan kuis untuk menguji seberapa besar pemahaman

yang didapat siswa. Fase 6 : Memberikan

pengakuan atau penghargaan

Bagi kelompok yang berhasil mencapai kriteria diberi penghargaan.

f. Keunggulan pembelajaran kooperatif

Wina Sanjaya (2006:247) memaparkan keunggulan dari

pembelajaran kooperatif, antara lain:

1) Melalui pembelajaran kooperatif, siswa tidak telalu tergantung pada guru sehingga dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir.

2) Melalui pembelajaran kooperatif, siswa dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata sendiri dan dapat membandingkan ide-ide orang lain.

3) Pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa untuk merespon rangsangan orang lain.

4) Dengan pembelajaran kooperatif, siswa dapat dilatih untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.

5) Pembelajaran kooperatif mampu membantu siswa untuk meningkatkan prestasi akademik dan mengembangkan kemampuan sosialnya untuk berinteraksi dengan orang lain. 6) Pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa dalam

mengembangkan kemampuannya untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri dan menerima umpan balik.

7) Dengan pembelajaran kooperatif, siswa dapat meningkatkan kemampuan menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).

8) Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan berpikir siswa.

g. Kelemahan pembelajaran kooperatif

Selain keunggulan, Wina Sanjaya (2006:248) juga

memaparkan beberapa kelemahan pembelajaran kooperatif,

antara lain:

1) Untuk memahami dan mengerti filosofi Sistem Pembelajaran Kooperatif (SPK) memang butuh waktu. Jika ada siswa yang dianggap memiliki kelebihan, mereka akan

merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Keadaan ini akan mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok.

2) Ciri utama SPK adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar demikian tidak mempelajari apa yang seharusnya dicapai oleh siswa.

3) Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Hal ini dapat membutakan penilaian secara individu. Dengan demikian guru harus jeli dalam menyadari bahwa keberhasilan kelompok diharapkan adalah hasil kerja individu siswa. 4) Dalam keberhasilan SPK dibutuhkan waktu yang relatif

panjang untuk menumbuhkan kesadaran berkelompok. Oleh karena itu dibutuhkan berkali-kali penerapan agar kesadaran berkelompok dapat tumbuh dengan sendirinya

5) Setiap siswa diharapkan mempunyai kemampuan kerja sama dan kemampuan secara individual. Oleh karena itu idealnya melalui SPK selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam SPK memang bukan pekerjaan yang mudah.

h. Lima tipe pembelajaran kooperatif

Isjoni (2007:51) memaparkan lima tipe pembelajaran

kooperatif, antara lain:

1) Student Teams Achievement Divisions (STAD)

Dalam tipe ini siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok beranggotakan 4-5 siswa yang bersifat heterogen. Setelah siswa mengerjakan soal, guru membahas dan meminta siswa untuk memeriksa hasil pekerjaan mereka. Kemudian guru akan mengadakan kuis.

2) Jigsaw

Tiap kelompok dalam tipe ini akan terdiri 5-6 siswa. Setiap anggota kelompok diminta untuk mempelajari satu bagian materi pelajaran kemudian menjelaskannya kepada anggota kelompok yang lain. Kemudian guru mengadakan kuis. 3) Group Investigation

Dalam metode ini siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok mempelajari satu bagian materi pembelajaran, kemudian menjelaskannya kepada seluruh siswa di kelas.

4) Thing Pair Share

Strategi think-pair-share (TPS) atau berfikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran koperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa. TPS merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Langkah–langkah pembelajaran TPS yaitu berfikir (thinking), berpasangan (pairing), dan berbagi (sharing)

5) Teams Games Tournament (TGT)

Tipe ini hampir sama dengan STAD, hanya saja hasil belajar akan dievaluasi dengan permainan seperti cerdas cermat. Skor tim secara keseluruhan akan ditentukan oleh prestasi kelompok.

Sedangkan menurut Lie (http://akhmadsudrajat.

wordpress.com/2008/01/19/model-pembelajaran-inovatif/), ada

beberapa tipe pembelajaran kooperatif yang bisa digunakan di

kelas, antara lain:

1) Mencari pasangan (Make a Match)

Teknik yang dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil memahami suatu konsep dalam suasana menyenangkan.

2) Bekerja berpasangan (Cooperative Script)

Memberi kesempatan siswa untuk bekerja sama dengan orang lain. Pasangan dapat ditunjuk oleh guru.

3) Berpikir Berpasangan Berempat (Think Pair and Share)

Tipe ini memberikan kesempatan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain.

4) Berkirim salam dan soal

Siswa dapat membuat soal sendiri dan menjawab soal yang dibuat temannya.

5) Kepala bernomor (Numbered Heads)

Siswa dapat melaksanakan tanggung jawab pribadinya dan bersosialisasi dengan teman lainnya.

Dokumen terkait