• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

2.4.1 Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Suherman et al., (2003: 261), pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Pembelajaran kooperatif menekankan pada kegiatan siswa yang berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan suatu masalah atau tugas.

Menurut Johnson & Johnson dalam Huda (2013: 46 – 57)), terdapat beberapa elemen dasar yang membuat pembelajaran kooperatif lebih produktif dibandingkan dengan pembelajaran lainnya, antara lain.

(1) Interdependensi positif

Hal utama yang harus diperhatikan agar pembelajaran kooperatif berjalan efektif adalah interdependensi/ketergantungan positif. Di dalam pembelajaran kooperatif, siswa harus bertanggungjawab pada dua hal, yakni mempelajari materi yang ditugaskan dan memastikan bahwa semua anggota kelompoknya juga mempelajari materi tersebut.

(2) Interaksi promotif

Interaksi promotif dapat didefinisikan sebagai suatu interaksi dalam kelompok dimana setiap anggota saling mendorong dan membantu anggota lain dalam usaha mereka untuk mencapai, menyelesaikan, dan menghasilkan sesuatu untuk tujuan bersama.

(3) Akuntabilitas individu

Pada hakikatnya, tujuan pembelajaran kooperatif selain untuk membangun interaksi yang positif, adalah menciptakan individu-individu yang memiliki kepribadian dan rasa tangung jawab besar. Untuk itulah, akuntabilitas individu menjadi kunci untuk memastikan bahwa semua anggota kelompok benar-benar bisa diperkuat kepribadiannya dengan belajar bekerja sama. Setelah berpartisipasi dalam tugas-tugas kelompok, masing-masing anggota seharusnya bisa lebih siap untuk mengahadapi tugas-tugas selanjutnya yang harus diselesaikan secara individu.

(4) Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil.

Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil tidak serta-merta muncul ketika dibutuhkan. Siswa harus diajari keterampilan sosial untuk bekerja sama secara efektif dan dimotivasi untuk menerapkan keterampilan tersebut dalam kelompok-kelompok kooperatif agar terwujud suasana yang produktif. Sebagian besar penelitian tentang dinamika kelompok pada umumnya didasarkan pada premis bahwa keterampilan sosial merupakan kunci produktivitas suatu kelompok.

(5) Pemrosesan kelompok

Dalam pembelajaran kooperatif, pemrosesan kelompok dapat didefinisikan sebagai refleksi kelompok dalam hal mendeskripsikan tindakan apa saja yang membantu dan tidak terlalu membantu dan membuat keputusan tentang tindakan apa saja yang dapat dilanjutkan atau perlu diubah. Sintaks model pembelajaran kooperatif ditunjukkan pada tabel 2.3 berikut.

Tabel 2.3. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif.

Fase Kegiatan Guru

Fase 1:

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase 2:

Menyajikan informasi.

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase 3:

Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase 4:

Membimbing kelompok.

Guru membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase 5:

Presentasi hasil kerja dan evaluasi.

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masig-masing kelompok mempresentasikan hasil kelompoknya.

Fase 6:

Memberikan penghargaan.

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Sumber: Rudi (2013: 77)

Pada intinya, pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran dengan pembentukan kelompok-kelompok belajar yang bertugas untuk menyelesaikan suatu permasalahan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Di dalam pembelajaran kooperatif, sesama anggota dalam kelompok harus memiliki rasa saling tergantung, rasa tanggung jawab, serta penguasaan pengetahuan prasyarat yang akan digunakan dalam kegiatan diskusi.

2.4.2 Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS)

Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) adalah model pembelajaran dua tinggal dua tamu dimana pembelajaran dimulai dengan pembagian kelompok dan setiap kelompok terdiri dari tamu dan tuan rumah kemudian dari setiap kelompok, dua anggotanya bertamu pada kelompok lain untuk bertanya materi dan tuan rumah dari anggota kelompok yang lain

menjelaskan materi pada anggota kelompok yang bertamu (Suprijono, 2009:93). Sintaks model pembelajaran kooperatif tipe TS-TSditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 2.4. Sintaks Model Pembelajaran TS-TS.

Fase Kegiatan Guru

Fase 1:

Menyampaikan apersepsi dan memotivasi siswa.

Guru menyampaikan apersepsi dan memotivasi siswa belajar.

Fase 2:

Mengecek pemahaman dasar siswa.

Guru mengajukan beberapa pertanyaan tentang materi yang diajarkan.

Fase 3:

Menyajikan materi.

Guru menyajikan materi yang diajarkan. Fase 4:

Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.

Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok belajar dimana setiap kelompok terdiri dari 4 orang siswa. Nantinya, dua orang siswa bertamu ke kelompok yang berbeda, dua orang lainnya tetap berada pada kelompoknya untuk menerima tamu dan setelah selesai membahas materi yang disajikan, siswa kembali ke kelompok asalnya. Fase 5:

Membimbing kelompok.

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat siswa mengerjakan LKS, kemudian membimbing kelompok untuk melakukan pertukaran kelompok.

Fase 6:

Presentasi hasil kerja dan evaluasi.

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari dengan cara memberi kesempatan pada setiap kelompok untuk mempresentasikan dan menyimpulkan hasil kerja mereka.

Fase 7:

Memberikan penghargaan.

Guru menghargai hasil kerja kelompok dengan memberi penghargaan pada kelompok yang memperoleh skor tertinggi.

Sumber: Rudi (2013: 78)

Model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat menumbuhkan keaktifan siswa. Siswa tidak hanya aktif berdiskusi di dalam kelompoknya masing-masing, namun juga aktif untuk menggali informasi dari kelompok lain melalui kegiatan bertamu. Pengetahuan yang diperoleh siswa tidak hanya sebatas dari pertukaran pendapat di

dalam kelompoknya, namun siswa akan memperoleh berbagai variasi hasil diskusi dari kelompok lain. Tugas siswa tidak hanya sampai pada pertukaran informasi dengan kelompok lain, namun masing-masing kelompok harus membandingkan hasil pekerjaan kelompok dengan lain kelompok, sehingga siswa dapat menemukan kelebihan dan kekurangan dari hasil pekerjaan masing-masing kelompok.

Dokumen terkait