• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Penggunaan Media Baru,

Dalam dokumen 20161217171433 2016 Binder1 (Halaman 119-121)

A. Penggunaan Media Baru di Komunitas Desa Petani,

C.3. Model Penggunaan Media Baru,

Karakteristik masyarakat mempunyai relasi yang signifikan terhadap pemanfaatan media baru berbasis internet, apakah mereka dibedakan karena geografis (kota-desa), sosiologis dan budayanya. Data hasil penelitian ini sebagian telah tergambar bahwa karakteristik masyarakat petani, dan nelayan juga ada persamaan, tetapi ada pula perbedaannya. Persamaannya dilihat dari aspek sumber daya dan pengetahuan terhadap teknologi informasi dan internet. Sedangkan perbedaannya dari aspek operasional antara petani dan nelayan memerlukan perlakuan teknologi yang berbeda,termasuk kebijakannya di lapangan. Karakteristik masyarakat ini memiliki aspek strategis bagi program pembangunan apapun termasuk pemberdayaan masyarakat petani dan nelayan, melalui pemanfaatan media baru berbasis internet.

Bermakna strategis karena kelompok merekalah sebagai pengguna teknologi informasi dan komunikasi berbasis internet ini. Lantas apa relasinya antara karakteristik masyarakat dengan pemodelan system pemanfaatan media baru berbasis internet ini. Kedua komunitas inilah yang menjadi konsumen ketika system aplikasi pemanfaatan media baru di implementasikan. Karakteristik kedua konsumen ini (petani dan nelayan) akan menentukan model seperti apa yang nantinya sesuai dengan kebutuhan mereka. Pada

27

Berdasarkan laporan Lembaga swadaya masyarakat Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) pada Harian Republika tanggal 13 April 2012

109

dasarnya penerimaan teknologi bagi konsumennya di masyarakat berelasi denga sumberdaya dan tingkat pengetahuan masyarakat. Untuk mencapai penerimaan yang maksimal diperlukan literasi, dan pembelajaran. Persoalannya seberapa besar biaya ketika pembelajaran media digital berbasis internet diterapkan di kalangan petani dan nelayan di Indonesia yang jumlahnya jutaan orang itu. Maka seharusnya tidak dengan biaya yang mahal, ketika system informasi pertanian, dan nelayan ini telah berjalan lancar secara global dan dapat diakses semua orang termasuk petani dan nelayan di kawasan terpinggir, dan kepulauan terpencil sekalipun. Untuk mencapai tujuan tersebut melalui proses yang saling ketergantungan antara yang satu dengan lainnya.

Program ini tidak mungkin terlaksana jika tidak ada jaringan internet, maka diperlukan adanya pembangunan insfrastrutur TIK dan jaringan internet yang cukup memadai. Hal ini agar kesiapan konsumen (masyarakat petani dan nelayan), serta kehadirannya teknologi ini diterima masyarakat. Dari data penelitian ini tidak lantas semua unsur yang menjadi persyaratan tersebut terpenuhi, bahkan untuk memenuhi kreteria tersebut masih amat jauh dari yang diharapkan. Maka diperlulan terobosan cepat tetapi tepat sasaran informasi pertanian maupun nelayan sampai pada petani dan nelayan dimanapun mereka berada. Jadi bukan teknologinya yang disederhanakan, tetapi perlu dicarikan solusi bagaimana agar petani dan nelayan bisa dan terbiasa mengakses informasi yang telah disediakan oleh siapapun. Pada saat ini model aplikasi (pertanian, dan nelayan) sudah banyak tersedia, diberbagai situs internet baik yang bersumber dari Pemerintah, dan lembaga swasta. Persoalannya sebagian besar system informasi itu belum mampu menjangkau masyarakat petani dan nelayan di level akar rumput (grassroots). Kendala yang muncul dari berbagai aspek (teknologi, sosial, budaya dan ekonomi). Maka dalam konteks ini diperlukan sebuah lembaga atau media yang menjebatani dan mampu menyampaikan informasi tersebut agar sampai pada sasaran. Model yang ditawarkan berdasarkan hasil temuan penelitian ini diantaranya penguatan organisasi pada kelembagaan komunikasi yang sudah dibentuk disetiap desa pertanian, dan desa nelayan. Kelompok tani, kelompok nelayan sudah banyak dibentuk dan difasilitasi berbagai insfrastruktur, tetapi karena fungsinya tidak terfokus, hasilnya juga kurang optimal. Misalnya desa pertanian yang telah memanfaatkan internet, (Desa Kedungjaran, Sragi, Pekalongan, Desa Sabatang, Tonddopolili, Maros) dan masih banyak desa petani lainnya diluar objek penelitian ini. Sementara untuk desa nelayan yang dipilih sebagai objek penelitian ini tidak ditemukan pemanfaatan internet secara inten untuk produktivitas nelayan, tetapi bukan berarti tidak ada di desa lainnya. Penguatan organisasi lembaga komunikasi sosial yang sudah ada akan lebih efisien dari pada mendirikan lembaga komunikasi yang baru.

Permasalahannya tinggal memfokuskan kembali visi lembaga komunikasi sosial yang telah dibentuk di berbagai desa petani dan nelayan di berbagai daerah. Penguatan organisasi berarti menjadikan lembaga komunikasi sosial di perdesaan ini menjadi super body dalam menangani informasi pertanian, dan nelayan yang dibutuhkan publik. Minimal disebuah desa petani dan nelayan terdapat satu lembaga komunikasi sosial yang berfungsi sebagai media center di desa petani dan nelayan ini. Meski personil organisasi lembaga komunikasi sosial di desa umumnya mengalami keterbatasan personal setidaknya ada 3 (tiga) orang anggota yang mempunyai latar belakang sama dengan fungsi lembaga komunikasi sosial tersebut.

110

Organisasi lembaga komunikasi sosial yang ada di desa ini memiliki tenaga ahli/skill dalam, 3 (tiga) bidang tersebut, : (a). Keahlian bidang computer (pranata computer), ia bertanggung jawab dan bertugas menangani teknologinya (jika ada kerusakan teknik, jaringan, hardwere, keamanan teknologi), dan lainnya. (b). Keahlian bidang Chip Information Officer (CIO), ia bertanggung jawab dan bertugas mencari, mengolah, dan mendistribusikan semua kebutuhan informasi dari kelompok petani dan nelayan di desanya. (c). Keahlian bidang diseminasi informasi, ia bertanggung jawab dan bertuas menyampaikan informasi yang sudah diolah kepada kelompok tani dan nelayan di desanya masing-masing. Mereka bisa dari petugas penyuluh lapangan (PPL) dari Dinas Pertanian, maupun Dinas KKP di Pemerintah Kabupaten/Kota yang sudah ada selama ini. Tenaga petugas penyuluh lapangan (PPL) ini harus menguasai/mampu mengoperasionalkan media digital yang berbasis internet. Permasalahannya bagaimana memberikan legalitas/paying hokum terhadap lembaga komunikasi sosial ini, siapa yang bertanggung jawab mendanainya.

Jika lembaga komunikasi sosial bergerak di sektor pertanian, seharusnya Kementerian/ Dinas pertanian yang bertanggung jawab di tingkat daerah. Jika lembaga komunikasi sosial ini bergerak di sektor nelayan tangkap, seharusnya Kementerian Kelautan dan Perikanan/ Dinas Kelautan dan Perikanan yang ada di Kabupaten/Kota. Namun demikian karena program ini melibatkan 4 (empat) Instansi Pemerintah, perlu dibicarakan bersama antara, : Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta Kementerian Komunikasi dan Informatika. Kompromi ini dapat diwujudkan dalam Surat Keputusan Bersama (SKB 4 Menteri), atau Keputusan Presiden, sebagai paying hukumnya. Kata kunci dalam penguatan organisasi lembaga komunikasi sosial di pedesaan yang telah terbentuk ini adalah bagaimana menemukan 3 (tiga) keahlian bidang TIK/media digital berbasis internet. Misalnya bisa saja merekrut relawan TIK yang ada di wilayah sekitar desa, atau kalangan muda yang mau dan memiliki keahlian di bidang tersebut. Agar lembaga komunikasi sosial yang difokuskan menggarap sektor pertanian dan nelayan ini berjalan dengan lancar dan efisien diperlukan pengawasan melekat pada kinerja organisasi ini. Lembaga atau pejabat yang dianggap paling tepat adalah Kepala Desa/Lurah. Hal ini karena berdasarkan Undang Undang Nomor : 6/2014/tentang Desa, Kepala Desa diberikan kewenangan otonom untuk mengatur pemerintah desa dengan berkoordinasi dengan Camat dan Bupati/Walikota. Disamping itu menurut pasal 86 UU No:6/2014/tentang Desa, memberikan peluang kepada Kepala Desa untuk melakukan pembangunan system informasi perdesaan, baik di desa pertanian, atau desa nelayan.

C.4. Prosfek Penggunaan Media Baru Berbasis Internet

Dalam dokumen 20161217171433 2016 Binder1 (Halaman 119-121)

Dokumen terkait