• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1. Teori Pertumbuhan Ekonocmi

3.1.2. Model Pertumbuhan Solow

Teori lain yang juga banyak membahas tentang pertumbuhan ekonomi adalah teori pertumbuhan ekonomi neoklasik (neoclasical growth thoery) atau sering disebut Teori Pertumbuhan Solow (Solow growth theory). Dalam model Harrod-Domar hanya memfokuskan pada faktor tabungan dan investasi, maka dalam model pertumbuhan Solow, selain faktor kapital, juga menekankan pentingnya faktor tenaga kerja dan teknologi. Model Solow umumnya digunakan oleh ahli ekonomi untuk mengkaji issue-issue mengenai pertumbuhan. Model pertumbuhan Solow adalah titik awal bagi sebagian besar analisis ekonomi, bahkan untuk model-model yang secara mendasar berbeda dari model Solow.

Solow neoclassical growth model merupakan pilar yang sangat memberi kontribusi terhadap teori pertumbuhan neoklasik sehingga penggagasnya, Robert Solow, dianugerahi Hadiah Nobel bidang ekonomi. Pada intinya, model ini merupakan pengembangan dari formulasi Harrod-Domar dengan menambahkan faktor kedua, yakni tenaga kerja, serta memperkenalkan variabel independen ketiga, yakni teknologi, ke dalam persamaan pertumbuhan. Perbedaannya Harrod- Domar mengasumsikan skala hasil tetap (constant return to scale) dengan koefisien baku, model pertumbuhan Solow berpegang pada konsep skala hasil yang terus berkurang (diminishing returns) dari input tenaga kerja dan modal jika keduanya dianalisis secara terpisah, jika keduanya dianalisis secara bersamaan atau sekaligus, Solow juga memakai asumsi skala hasil tetap tersebut.

Kemajuan teknologi ditetapkan sebagai faktor residu untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, dan tinggi-rendahnya pertumbuhan itu sendiri oleh Solow maupun para teoritisi lainnya diasumsikan bersifat eksogen atau tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Dalam bentuknya yang lebih formal, model pertumbuhan neoklasik Solow memakai fungsi produksi agregat standar, yakni:

Y(t) = F(K(t)α ,[ A(t)L(t)]1-α ... (3.8) dimana Y adalah produk domestik bruto, K adalah stok modal fisik dan modal manusia, L adalah tenaga kerja dan A adalah produktivitas tenaga kerja, yang pertumbuhannya ditentukan secara eksogen. Karena tingkat kemajuan teknologi ditentukan secara eksogen, maka model neoklasik Solow terkadang juga disebut sebagai model pertumbuhan “eksogen”, yang berlawanan dengan pendekatan pertumbuhan endogen. Adapun simbol α melambangkan elastisitas output terhadap modal (atau persentase kenaikan GDP yang bersumber dari satu persen penambahan modal fisik dan modal manusia).

Hal itu biasanya dihitung secara statistik sebagai pangsa modal dalam perhitungan pendapatan nasional suatu negara. Karena diasumsikan kurang dari satu dan modal swasta diasumsikan dibayar berdasarkan produk marjinalnya sehingga tidak ada ekonomi eksternal, maka formulasi teori pertumbuhan neoklasik ini memunculkan skala hasil modal dan tenaga kerja yang semakin menurun (diminishing returns).

Menurut teori pertumbuhan neoklasik tradisional (traditional neoclassical growth theory), pertumbuhan output selalu bersumber dari satu atau lebih dari tiga

faktor: kenaikan kuantitas dan kualitas tenaga kerja (melalui pertumbuhan jumlah penduduk dan perbaikan pendidikan), penambahan modal (melalui tabungan dan investasi), serta penyempurnaan teknologi. Lebih lanjut dikemukakan bahwa perekonomian tertutup (closed economy), yakni tidak menjalin hubungan dengan pihak-pihak luar, yang tingkat tabungannya rendah (dalam kondisi cateris paribus) dalam jangka pendek pasti akan mengalami laju pertumbuhan yang lebih lambat jika dibandingkan dengan perekonomian lainnya yang memiliki tingkat tabungan lebih tinggi.

Pada akhirnya hal ini akan mengakibatkan konvergensi penurunan pendapatan per kapita (semua perekonomian tertutup akan sama-sama mengalami penurunan pendapatan per kapita). Di lain pihak, perekonomian terbuka (open economy), yakni yang mengadakan hubungan perdagangan, investasi, dan sebagainya dengan negara atau pihak-pihak luar, pasti akan mengalami suatu konvergensi peningkatan pendapatan per kapita, karena arus permodalan akan mengalir deras dan negara-negara kaya ke negara-negara miskin di mana rasio modal-tenaga kerjanya masih rendah sehingga menjanjikan imbalan atau tingkat keuntungan investasi (returns on investments) yang lebih tinggi.

Model pertumbuhan neoklasik Solow, yang membuat Robert Solow dari Massachusetts Institute of Technology menerima Hadiah Nobel, mungkin merupakan model pertumbuhan ekonomi yang paling terkenal, meskipun dalam hal tertentu model Solow menggambarkan perekonomian negara maju secara lebih baik daripada kemampuannya dalam menjelaskan perekonomian negara berkembang, model ini tetap menjadi titik acuan dasar dalam kepustakaan mengenai pertumbuhan dan pembangunan. Model ini menyatakan bahwa secara

kondisional, perekonomian berbagai negara akan bertemu (converge) pada tingkat pendapatan yang sama, dengan syarat bahwa negara-negara tersebut mempunyai tingkat tabungan, depresiasi, pertumbuhan angkatan kerja, dan pertumbuhan produktivitas yang sama. Modifikasi penting dari model pertumbuhan Harrod- Domar (atau model pertumbuhan AK), adalah bahwa model Solow membolehkan substitusi antara modal dan tenaga kerja. Karena adanya skala hasil yang konstan, jika semua input dinaikkan dengan jumlah yang sama, maka output akan naik dengan jumlah yang sama. Notasinya adalah:

γY = F ( γK, γL) ... (3.9) Dimana γ > 0. Karena γ dapat berupa angka riil positif berapa pun, secara matematis agar bermanfaat dalam menganalisis implikasi model tersebut adalah dengan menetapkan nilai γ = 1/ L, sehingga:

Y/L = F(K/L, 1) ... (3.10) atau

y = f(k) ... (3.11) Penyederhanaan ini membuat kita hanya berurusan dengan satu variabel dalam fungsi produksi. Misalnya, dalam kasus fungsi Cobb-Douglas dapat dituliskan sebagai berikut:

Y = Akα ... (3.12) Hal ini mencerminkan sebuah cara alternatif mengenai fungsi produksi, di mana segala sesuatu dihitung dalam kuantitas per tenaga kerja. Persamaan di atas menyatakan bahwa output per pekerja adalah fungsi yang tergantung pada jumlah modal per tenaga kerja. Semakin banyak jumlah modal yang harus ditangani masing-masing pekerja, maka semakin banyak pula output yang dapat dihasilkan per pekerja.

3.1.3. Model Pertumbuhan Baru

Kinerja teori neoklasik yang tidak memuaskan dalam menjelaskan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi jangka panjang telah menyebabkan kekecewaan yang meluas terhadap teori pertumbuhan tradisional. Bahkan, menurut teori tradisional, tidak terdapat karakteristik intrinsik dari perekonomian yang dapat menyebabkannya tumbuh dalam jangka panjang. Sebaliknya, literatur tersebut malah membahas proses dinamis yang membuat rasio modal-tenaga kerja mendekati tingkat keseimbangan jangka panjang.

Jika tidak ada “guncangan” eksternal atau perubahan teknologi, yang tidak dijelaskan dalam model neoklasik, semua perekonomian akan menuju kepada pertumbuhan nol. Oleh karena itu, peningkatan GNP per kapita dianggap merupakan fenomena sementara saja, yang bersumber dari perubahan teknologi atau proses penyeimbangan jangka pendek selama perekonomian mendekati keseimbangan jangka panjangnya. Tidak mengherankan, teori ini gagal memberikan penjelasan yang memuaskan atas terjadinya pertumbuhan ekonomi yang berlangsung dengan kecepatan yang luar biasa konsisten di seluruh dunia.

Setiap peningkatan GNP yang bukan berasal dari penyesuaian jangka pendek dalam cadangan tenaga kerja maupun modal, dianggap bersumber dari kategori ketiga, yaitu yang biasa disebut sebagai residu Solow (Solow residual). Residu ini, tidak seperti namanya, bertanggung jawab atas sekitar 50 persen pertumbuhan yang terjadi di banyak negara industri. Dengan kata lain, teori neoklasik menyebutkan bahwa sebagian besar sumber pertumbuhan ekonomi merupakan faktor eksogen atau proses yang sama sekali independen dari kemajuan teknologi (Todaro dan Smith, 2004).

Meskipun hal ini mungkin terjadi, pendekatan ini paling tidak mempunyai dua kelemahan. Pertama, dengan menggunakan kerangka neoklasik, adalah tidak mungkin untuk menganalisis penentu kemajuan teknologi karena kemajuan tersebut sama sekali tidak berkaitan dengan keputusan yang dibuat oleh berbagai lembaga ekonomi. Dan kedua, teori tersebut gagal menjelaskan besarnya perbedaan residu yang terdapat di antara negara yang mempunyai teknologi yang serupa. Dengan kata lain, keyakinan yang besar ditempatkan pada proses eksternal yang kurang dipahami, dan kurang didukung oleh teori maupun bukti empiris.

Menurut teori neoklasik, rasio modal-tenaga kerja yang rendah pada negara-negara berkembang menjanjikan tingkat pengembalian investasi yang luar biasa tinggi, bahkan setelah menerapkan liberalisasi dalam perdagangan dan pasar domestik, banyak negara berkembang yang tidak tumbuh atau hanya tumbuh sedikit dan gagal menarik investasi asing, atau gagal mencegah larinya modal domestik ke luar negeri. Perilaku aliran modal negara-negara berkembang yang aneh (dari negara miskin ke negara kaya) turut memicu munculnya konsep pertumbuhan endogen (endogenous growth) yang lebih sederhana kita kenal dengan teori pertumbuhan baru (new growth theory).

Teori pertumbuhan baru tersebut memberikan kerangka teoritis untuk menganalisis pertumbuhan endogen, yaitu pertumbuhan GNP yang persisten, yang ditentukan oleh sistem yang mengatur proses produksi dan bukan oleh kekuatan-kekuatan di luar sistem. Berlawanan dengan teori neoklasik tradisional, model-model ini menganggap bahwa pertumbuhan GNP merupakan konsekuensi alamiah dari keseimbangan jangka panjang.

Motivasi utama dari teori pertumbuhan baru ini adalah untuk menjelaskan perbedaan tingkat pertumbuhan antarnegara maupun faktor-faktor yang memberi proporsi lebih besar dalam pertumbuhan yang diobservasi. Teori pertumbuhan endogen berusaha untuk menjelaskan faktor-faktor yang menentukan tingkat pertumbuhan GDP yang tidak dijelaskan dan dianggap sebagai variabel eksogen dalam perhitungan teori pertumbuhan neoklasik Solow (residual Solow).

Model pertumbuhan endogen mempunyai kemiripan struktural dengan model neoklasik, namun sangat berbeda dalam hal asumsi yang mendasarinya dan kesimpulan yang ditarik darinya. Perbedaan teoritis yang paling signifikan berasal dari dikeluarkannya asumsi neoklasik tentang hasil marjinal yang semakin menurun atas investasi modal, memberikan peluang terjadinya skala hasil yang semakin meningkat (increasing returns to scale) dalam produksi agregat, dan sering kali berfokus pada peran eksternalitas dalam menentukan tingkat pengembalian investasi modal. Dengan mengasumsikan bahwa investasi sektor publik dan swasta dalam sumberdaya manusia menghasilkan ekonomi eksternal dan peningkatan produktivitas yang membalikkan kecenderungan hasil yang semakin menurun yang alamiah, teori pertumbuhan endogen berupaya menjelaskan keberadaan skala hasil yang semakin meningkat dan pola pertumbuhan jangka panjang yang berbeda-beda antarnegara. Dan karena teknologi masih memainkan peran penting dalam model-model ini, tidak ada perlunya lagi untuk menjelaskan pertumbuhan jangka panjang.

Dalam membandingkan teori pertumbuhan (endogen) yang baru dengan teori neoklasik tradisional, sangat bermanfaat jika kita mengetahui bahwa banyak teori pertumbuhan endogen yang dapat dinyatakan oleh persamaan sederhana,

yaitu Y = AK, seperti yang terdapat dalam model Harrod-Domar. Dalam formulasi ini, A dianggap mewakili semua faktor yang mempengaruhi teknologi, dan K mencerminkan modal fisik dan sumberdaya manusia.

Namun perhatikan bahwa dalam rumus ini tidak terdapat hasil yang semakin menurun atas modal; sehingga terdapat kemungkinan bahwa investasi dalam modal fisik dan sumberdaya manusia dapat menghasilkan ekonomi eksternal dan peningkatan produktivitas yang melebihi keuntungan pribadi dalam jumlah yang cukup untuk membalikkan efek hasil yang semakin berkurang. Hasil akhirnya adalah pertumbuhan jangka panjang yang berkesinambungan, sebuah hasil yang ditabukan oleh teori pertumbuhan neoklasik tradisional. Sehingga meskipun teori pertumbuhan baru tersebut menekankan kembali pentingnya tabungan dan investasi modal manusia untuk mempercepat pertumbuhan, teori ini juga membawa beberapa implikasi pertumbuhan yang sama sekali berlawanan dengan teori tradisional. Pertama, tidak terdapat kekuatan yang mengarahkan terciptanya persamaan tingkat pertumbuhan antarnegara yang perekonomiannya tertutup; tingkat pertumbuhan nasional tetap konstan dan berbeda antarnegara tergantung pada tingkat tabungan nasional dan tingkat teknologinya. Selanjutnya, tidak terdapat kecenderungan bahwa tingkat pendapatan per kapita di negara- negara yang miskin modal akan menyamai tingkat pendapatan per kapita di negara-negara kaya meskipun tingkat pertumbuhan tabungan dan tingkat pertumbuhan populasinya serupa.

Konsekuensi serius dari fakta ini adalah bahwa resesi yang berlangsung sementara atau lama di sebuah negara dapat menyebabkan semakin melebarnya jurang pendapatan yang permanen di dalam negara tersebut dan dengan negara-

negara lain yang lebih kaya. Namun mungkin aspek yang paling menarik dari model pertumbuhan endogen adalah bahwa model tersebut membantu menjelaskan keanehan aliran modal internasional yang memperparah ketimpangan antara negara maju dengan negara berkembang.

Potensi tingkat pengembalian investasi yang tinggi yang ditawarkan oleh negara berkembang yang mempunyai rasio modal-tenaga kerja yang rendah berkurang dengan cepat dikarenakan rendahnya tingkat investasi komplementer (complementary investments) dalam sumberdaya manusia (pendidikan), infrastruktur, atau riset dan pengembangan (R&D). Pada gilirannya, negara- negara miskin kurang mendapat manfaat dari luasnya keuntungan sosial yang terkait dengan setiap alternatif bentuk pengeluaran modal ini. Karena para individu tidak menerima keuntungan pribadi dari eksternalitas positif yang tercipta dari investasi mereka sendiri, pasar bebas menyebabkan akumulasi modal komplementer menjadi lebih sedikit daripada tingkat optimalnya (Todaro and Smith, 2004).

Karena investasi komplementer menghasilkan manfaat sosial maupun pribadi, pemerintah dapat memperbaiki efisiensi alokasi sumberdayanya. Pemerintah dapat melakukannya dengan menyediakan barang-barang publik atau mendorong investasi swasta dalam industri-industri yang padat pengetahuan (knowledge-intensive industries) di mana sumberdaya manusia dapat diakumulasikan dan akhirnya diperoleh skala hasil yang semakin meningkat.

Tidak seperti model Solow, model teori pertumbuhan baru menganggap perubahan teknologi sebagai sebuah hasil endogen dari investasi publik dan swasta dalam sumberdaya manusia dan industri padat pengetahuan. Sehingga,

berlawanan dengan contoh teori kontra revolusi neoklasik, model pertumbuhan endogen mendorong peran aktif kebijakan publik dalam merangsang pembangunan ekonomi melalui investasi langsung maupun tidak langsung dalam pembentukan sumberdaya manusia dan mendorong investasi swasta asing dalam berbagai industri padat pengetahuan seperti industri perangkat lunak komputer dan telekomunikasi.

Dokumen terkait