• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model RPP 3

Dalam dokumen Materi PLPG Modul Penjaskes (Halaman 56-122)

BAB IV INSTRUMEN PENILAIAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN

Lampiran 4: Model RPP 3

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SMP/MTs : ...

Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

Kelas/Semester : VII (Tujuh )/1 (satu)

Standar Kompetensi : Mempraktikan berbagai teknik dasar permainan dan olahraga, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya

Kompetensi Dasar : Mempraktikan teknik dasar salah satu permainan dan olahraga beregu bola besar dengan baik, dan nilai kerja sama, toleransi, percaya diri,

keberanian, menghargai lawan bersedia berbagi tempat dan peralatan **)

Indikator : 1. Melakukan pasing atas dan pasing bawah dalam permainan bola voli

2. Bermain bola voli dengan peraturan yang

dimodifikasi

Alokasi Waktu : 4 x 2 x 40 menit (4 x pertemuan)

A. Tujuan Pembelajaran

a. Siswa dapat melakukan pasing atas dan pasing bawah dalam permainan bola voli

Modul PLPG Penjaskes Rayon 113 UNS Surakarta 54 b. Siswa dapat bermain bola voli dengan baik menggunakan peraturan yang

dimodifikasi

B. Materi Pembelajaran Permainan bola voli

- Pasing atas dan pasing bawah dalam permainan bola voli - Bermain bola voli menggunakan peraturan yang dimodifikasi

C. Metode Pembelajaran - Inclusive (cakupan) - Demonstrasi - Belajar tuntas

- Resiprocal (timbal-balik)

D. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran 1. Pertemuan 1 dan 2

- Berbaris, berdoa, presensi, apersepsi dan pemanasan

- Memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran - Pasing atas dan pasing bawah secara berpasangan dan kelompok

- Bermain sepakbola dengan peraturan yang dimodifikasi secara berkelompok

- Pendinginan, berbaris, tugas-tugas, evaluasi proses pembelajaran, berdoa dan bubar

2. Pertemuan 3 dan 4

- Berbaris, berdoa, presensi, apersepsi dan pemanasan

- Memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran - Pasing atas dan pasing bawah secara berpasangan dan kelompok

- Bermain sepakbola dengan peraturan yang dimodifikasi secara berkelompok

- Pendinginan, berbaris, tugas-tugas, evaluasi proses pembelajaran, berdoa dan bubar

Modul PLPG Penjaskes Rayon 113 UNS Surakarta 55

E. Sumber Belajar

- Ruang terbuka yang datar dan aman - Bola - Net - Tiang - Buku teks - Buku referensi D. Penilaian 1. Teknik penilaian:

- Tes unjuk kerja (psikomotor):

Lakukan teknik dasar pasing atas dan pasing bawah

Keterangan:

Berikan penilaian terhadap kualitas unjuk kerja peserta ujian, dengan rentang nilai antara 1 sampai dengan 4

Jumlah skor yang diperoleh

Nilai = --- X 50 Jumlah skor maksimal

- Pengamatan sikap (afeksi):

Mainkan permainan bola voli dengan peraturan yang telah dimodifikasi. Taati aturan permainan, kerjasama dengan teman satu tim dan tunjukkan perilaku sportif.

Keterangan:

Berikan tanda cek ( √ ) pada kolom yang sudah disediakan, setiap peserta ujian menunjukkan atau menampilkan perilaku yang diharapkan. Tiap perilaku yang di cek ( √ ) memdapat nilai 1

Modul PLPG Penjaskes Rayon 113 UNS Surakarta 56 Jumlah skor yang diperoleh

Nilai = --- X 30 Jumlah skor maksimal

- Kuis/embedded test (kognisi):

Jawab secara lisan atau peragakan dengan baik, pertanyaan-pertanyaan mengenai konsep gerak dalam permainan bola voli

Keterangan:

Berikan penilaian terhadap kualitas jawaban peserta ujian, dengan rentang nilai antara 1 sampai dengan 4

Jumlah skor yang diperoleh

Nilai = --- X 20 Jumlah skor maksimal

- Nilai akhir yang diperoleh siswa =

Modul PLPG Penjaskes Rayon 113 UNS Surakarta 57 2. Rubrik Penilaian

RUBRIK PENILAIAN

UNJUK KERJA TEKNIK DASAR PERMAINAN BOLA VOLI

Aspek Yang Dinilai Kualitas Gerak

1 2 3 4

1. Posisi awal tangan untuk melakukan pasing atas, di depan atas dahi dengan jari-jari direnggangkan

2. Posisi awal kaki untuk melakukan pasing atas dibuka selebar bahu dan kedua lutut direndahkan

3. Gerakan lengan melakukan pasing atas mendorong bola ke depan atas diikuti tumit, lutut dan pinggul naik

4. Posisi awal lengan untuk melakukan pasing bawah lurus dan rapat

5. Posisi awal kaki untuk melakukan pasing bawah dibuka selebar bahu dan kedua lutut direndahkan

6. Gerakan lengan melakukan pasing bawah mendorong bola ke depan atas diikuti tumit, lutut dan pinggul naik

JUMLAH JUMLAH SKOR MAKSIMAL: 24

RUBRIK PENILAIAN

PERILAKU DALAM PERMAINAN BOLA VOLI

PERILAKU YANG DIHARAPKAN CEK (√ )

1. Bekerja sama dengan teman satu tim untuk membangun serangan

2. Mentaati peraturan

Modul PLPG Penjaskes Rayon 113 UNS Surakarta 58

4. Menunjukkan sikap bersungguh-sungguh dalam bermain

JUMLAH

JUMLAH SKOR MAKSIMAL: 4

RUBRIK PENILAIAN

PEMAHAMAN KONSEP GERAK DALAM PERMAINAN BOLA VOLI

Pertanyaan yang diajukan Kualitas Jawaban

1 2 3 4

1. Bagaimana posisi kaki dan tungkai kamu saat melakukan pasing atas?

2. Di mana perkenaan bola yang benar pada tangan, saat melakukan pasing bawah?

3. Bagaimana posisi tangan yang benar pada saat melakukan pasing atas?

JUMLAH JUMLAH SKOR MAKSIMAL: 12

MENGETAHUI, GURU MATA PELAJARAN

KEPALA SEKOLAH

MODUL

PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU

(PLPG)

MODEL, MEDIA, DAN EVALUASI PEMBELAJARAN

GURU PENJASORKES

Oleh :

Agus Kristiyanto

Hanik Liskustyawati

Budhi Satyawan

PANITIA SERTIFIKASI GURU RAYON 113

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2013

Modul PLPG Penjaskes Rayon 113 UNS Surakarta ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadlirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmatNYa jualah, maka Modul Workshop Model, Media, dan Evaluasi Pembelajaran Guru Penjasorkes ini dapat tersusun.

Apresiasi yang tinggi disampaikan kepada Pimpinan Rayon 113, terutama pengelola PLPG yang telah memberikan kewenangan yang lebih luas untuk mengembangkan Modul ini dengan basis Program Studi. Materi dalam modul ini akan dideskripsikan dalam 3 (tiga) bagian. Ketiga bagian di awali dengan evaluasi, media, kemudian baru metode atau lebih tepatnya gaya mengajar penjasorkes. Nomor bagian bukan merupakan suatu urutan, artinya bagian yang pertama tidak harus diberikan awal atau bagian yang ketiga tidak harus yang bagian akhir. Ketiga bagian dalam modul ini, kendatipun disajikan dalam tiga bagian berbeda namun tetap merupakan satu kesatuan.

Secara substansial, modul ini sekadar “pemancing” untuk mengantarkan peserta PLPG pada sebuah proses pengkajian kelompok dalam rangka mengembangkan model, media, dan evaluasi yang berprinsip PAIKEM, yaitu: pembelajran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan dalam mencapai tujuan pembelajaran penjasorkes.

Penulis, Agus Kristiyanto

Hanik L Budhi Satyawan

Modul PLPG Penjaskes Rayon 113 UNS Surakarta iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAGIAN 1MODEL/ GAYA PEMBELAJARAN DALAM PENJASORKES ... 1

BAGIAN 2MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PENJASORKES... 15

BAGIAN 3 KONSEP DASAR EVALUASI ... 37

A. Pengertian Evaluasi Dalam Pengajaran. ... 37

B. Hubungan Antara Pengajaran dan Evaluasi ... 40

D. Fungsi Evaluasi Dalam Proses Belajar Mengajar ... 43

E. Manfaat Evaluasi ... 46

F. Program Evaluasi ... 47

G. PENENTUAN NILAI ... 52

SUMBER BACAAN ... 54

Modul PLPG Penjaskes Rayon 113 UNS Surakarta 1

BAGIAN 1

MODEL/ GAYA PEMBELAJARAN DALAM PENJASORKES

A. PENDAHULUAN

Ada satu kalimat motivasi ampuh dari Mario Teguh, “tugas kita bukanlah untuk menyelesaikan tugas besar, tapi menyelesaikan tugas biasa dengan kesungguhan yang besar”. Apakah sebenarnya tugas guru penjas

yang memerlukan kesungguhan besar tersebut? Jawabannya adalah : guru penjas bertugas menjadi fasilitator agar para siswanya dapat menjadi insan terdidik penjas. Kharakteristik insan yang terdidik dalam penjas, telah diformulasikan oleh Physical Education Outcome Commitee of The National Association of Physical Education and Sport (NASPE), meliputi: (1) telah mempelajari berbagai macam keterampilan yang diperlukan untuk melakukan berbagai aktivitas jasmani, (2) segar atau bugar secara jasmaniah, (3) berpartisipasi secara teratur dalam aktivitas jasmani, (4) mengetahui implikasi dan manfaat dari keterlibatannya dalam aktivitas jasmani, dan (5) menghargai aktivitas jasmani dan sumbangannya kepada gaya hidup yang sehat.

Renungan kecil kiranya perlu dilakukan sebelum kita mencoba untuk melakukan sebuah rencana perubahan dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Renungan kecil merupakan refleksi untuk mengupayakan sebuah pembelajaran yang bermakna dan menarik bagi siswa, guru, dan pencapaian tujuan pendidikan secara umum. Menyajikan sebuah pembelajaran yang bermakna dan menarik merupakan tuntutan moral dari tugas-tugas profesional guru penjas. Kemenarikan dan kebermaknaan suatu matapelajaran sebenarnya bergantung pada dua persoalan sederhana, yaitu (1) kharakteristik mata pelajaran, dan (2) cara mengajar guru. Ditinjau dari persoalan kharakteristik mata pelajaran, penjas memiliki indikator yang jelas sebagai matapelajaran yang menarik. Penjas merupakan matapelajaran unik yang mengembangkan potensi lengkap individu melalui medium aktivitas fisik yang sangat menarik. Dengan demikian, jika matapelajaran penjas menjadi sesuatu yang sama sekali

Modul PLPG Penjaskes Rayon 113 UNS Surakarta 2

tidak menarik, maka dapat kita ”vonis” bahwa penyebabnya terletak pada persoalan cara mengajar guru penjas.

Kemampuan untuk memahami dan menerapkan metode yang diperlukan untuk mengajar Pendidikan Jasmani, merupakan kemampuan integrasi dari berbagai pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena itu setiap Guru Penjas dituntut secara intensif terlibat dalam pengalaman-pengalaman belajar dan berlatih secara terus menerus. Artinya, setiap Guru Penjas memiliki kewajiban untuk selalu belajar dari pengalaman-pengalaman pribadi maupun orang lain yang ditunjang oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pembelajaran. Itulah hakikat orientasi pengembangan kompetensi guru penjas.

Kompetensi utama Guru Pendidikan Jasmani dapat dikelompokkan ke dalam kompetensi umum dan kompetensi yang bersifat khusus. Salah satu kompetensi khusus yang sangat vital untuk dibentuk dan ditingkatkan adalah berupa kemampuan guru dalam memahami dan menerapkan berbagai metode yang diperlukan untuk mengajar Pendidikan Jasmani (Pola Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Program Studi Pendidikan Jasmani Jenjang S1, 2003).

Para Guru Pendidikan Jasmani pada umumnya memiliki kecenderungan menggunakan cara yang sama untuk mengajar Pendidikan Jasmani. Hal tersebut bukan sekadar menjadikan kesan mengajar Pendidikan Jasmani sebagai aktivitas rutin yang membosankan, tetapi juga menjauhkan dari praktek pembelajaran yang bersifat kreatif dan inovatif. Oleh karena itu, inovasi dan pengembangan kreativitas dalam pembelajaran pendidikan jasmani merupakan sebuah tantangan besar bagi setiap guru Pendidikan Jasmani. Inovasi dan kreativitas tersebut merupakan kata kunci untuk menjadikan praktek pembelajaran sebagai sesuatu yang menarik dan memiliki manfaat dalam pencapaian tujuan pendidikan dalam arti yang sebenarnya. Apa sebenarnya maksud inovasi dan kreativitas dalam pembelajaran Penjas tersebut ?

Inovasi memang biasanya selalu terpaut dengan aspek kreativitas. Namun dalam konteks pembelajaran Pendidikan Jasmani, kreativitas lebih

Modul PLPG Penjaskes Rayon 113 UNS Surakarta 3

mengarah pada persoalan ide-ide original guru dalam mengembangkan solusi menghadapi keterbatasan dan kendala di lapangan. Guru yang kreatif adalah guru yang mampu mengelola pembelajaran, walau dengan keterbatasan sarana dan prasarana yang ada. Kreativitas guru juga tampak dari kemampuannya dalam melakukan modifikasi peralatan, lapangan, atau aturan-aturan permainan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keterbatasan para siswanya.

B. ELABORASI JOYFUL LEARNING (PAIKEM) PENJASORKES

Dewasa ini, para praktisi pendidikan banyak yang berkonsentrasi mengupayakan proses pembelajaran yang berpihak pada kebutuhan siswa. Terdapat banyak model pembelajaran yang mungkin bisa diadopsi oleh para guru penjas agar pembelajaran yang dikelola lebih menarik dan bermakna bagi siswa. Salah satu bentuk pembelajaran tersebut berkonsep pada Joyful Learning atau belajar yang menyenangkan. Disain atau rancangan pembelajaran tersebut kemudian dielaborasi konsepnya menjadi konsep PAIKEM ( Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).

Konsep PAIKEM dalam pembelajaran penjas sebenarnya merupakan pemaknaan tiap guru dalam mengembangkan suatu pembelajaran yang inovatif. Setiap guru memiliki semacam ”hak prerogratif” agar pembelajaran yang dikelolanya menjadi sebuah pengalaman yang menarik dan bermakna bagi siswa-siswanya. Artinya, bahwa PAIKEM dalam pembelajaran penjas bukan merupakan persoalan mengatur bentuk pembelajaran, melainkan sebuah ruh atau nafas pembelajaran penjas. Bentuknya boleh bervariasi yang bergantung pada daya kreasi guru, yang penting ruh pembelajaran hasil kreasi guru tersebut mengandung unsur Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.

Unsur Aktif terkait dengan rancangan pembelajaran yang lebih mengedepankan pada proporsi aktivitas yang lebih banyak kepada siswa. Pemahaman tentang sebuah makna dan pengalaman belajar ditempuh oleh siswa melalui aktivitas dengan waktu berpartisipasi secara optimal.

Modul PLPG Penjaskes Rayon 113 UNS Surakarta 4

Unsur Inovatif sebenarnya bukan berkonotasi sebagai sesuatu yang luar biasa, tetapi dipahami sebagai: ”sesuatu pekerjaan yang biasa, tetapi dilakukan dengan cara yang tidak biasa”. Guru melakukan sesuatu yang biasa dilakukan, namun dengan cara yang tidak biasa dilakukan. Inovasi pembelajaran Penjas bukan merupakan sesuatu yang revolusioner, tetapi pembelajaran yang selalu terbuka secara fleksibel untuk menerima perubahan- perubahan pada komponen-komponen inti pembelajaran, seperti: komponen siswa, guru, serta tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

Unsur Kreatif lebih mengarah pada persoalan ide-ide original guru dalam mengembangkan solusi menghadapi keterbatasan dan kendala di lapangan. Guru yang kreatif adalah guru yang mampu mengelola pembelajaran, walau dengan keterbatasan sarana dan prasarana yang ada. Kreativitas guru juga tampak dari kemampuannya dalam melakukan modifikasi peralatan, lapangan, atau aturan-aturan permainan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keterbatasan para siswanya.

Unsur Efektif terkait dengan persoalan kemampuan rancangan proses pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran apa pun bukan merupakan sesuatu yang berguna jika tidak efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri. Pembelajaran penjas yang efektif mengandung aktivitas yang bermakna untuk mengantarkan seluruh siswa menjadi insan yang terdidik secara penjas.

Unsur Menyenangkan sebagaimana telah dijelaskan di depan, lebih tergantung pada merancang cara mengajar guru. Guru adalah manager, leader, dan decision maker atau pengambil keputusan. Guru yang bijaksana akan mengambil keputusan untuk mengembangkan cara mengajar yang menyenangkan bagi para siswanya. Iklim atau suasana pembelajaran yang menyenangkan akan meningkatkan partisipasi dan hasil pembelajaran penjas.

Selanjutnya, PAIKEM dalam pembelajaran penjas tersebut harus juga mensertakan berbagai komponen yang bervariasi yang meliputi : (1) multimedia, (2) multimetode, (3) praktik dan bekerja dalam tim, (4) memanfaatkan sumber-sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar, (5)

Modul PLPG Penjaskes Rayon 113 UNS Surakarta 5

kombinasi di dalam dan di luar kelas, dan (6) pengembangan multiaspek dalam belajar yang meliputi: logika, etika, dan sebagainya.

C. INOVASI PEMBELAJARAN DAN PENCAPAIAN TUJUAN PENJAS

Inovasi pembelajaran Pendidikan Jasmani kendatipun merupakan sebuah keharusan, namun dalam aplikasinya harus tetap mengarah pada upaya pencapaian tujuan Pendidikan Jasmani. Jika inovasi merupakan sebuah cara, maka cara tersebut tetap berorientasi pada pencapaian tujuan Pendidikan Jasmani. Antara upaya inovatif dan pencapaian tujuan terjadi sebuah ikatan yang kuat dan jelas. Inovasi dalam pembelajaran Penjas justru diharapkan mempertegas dan memperkuat arah menuju pencapaian tujuan Pendidikan Jasmani tersebut. Formulasi dan tujuan Pendidikan Jasmani yang relevan perlu lebih digali dan dipahami oleh guru, untuk mempertegas pengembangan inovasi pembelajaran yang berorientasi pada pencapaian tujuan. Berbagai definisi dan tujuan Pendidikan Jasmani yang masih relevan dengan situasi kekinian, dapat disajikan sebagai berikut.

Nixon dan Jewett (1980) berpendapat bahwa Pendidikan Jasmani adalah satu fase dari proses pendidikan keseluruhan yang menggunakan kemampuan gerak individu secara sukarela, tetapi bermakna langsung terhadap perkembangan mental, emosional, dan sosial. Konsekwensinya, pendidikan jasmani harus dirancang secara khusus untuk memberikan pengaruh yang baik terhadap jasmani, emosi, sosial, dan intelektual.

Frost (1975) berpendapat bahwa Pendidikan Jasmani adalah bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan yang memberikan sumbangan terhadap perkembangan individu melalui media aktivitas jasmani dan gerak siswa. Semua urutan pengalaman belajarnya dirancang dengan hati-hati untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan, perkembangan, dan perilaku setiap siswa.

Masih banyak ahli memberikan definisi dan formulasi tujuan Pendidikan Jasmani, namun semuanya mengarah pada sebuah pengertian bahwa perilaku fisik dan gerak yang ditunjukkan dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani sebenarnya sekadar merupakan “alat” untuk mengembangkan potensi siswa secara keseluruhan yang meliputi fisik,

Modul PLPG Penjaskes Rayon 113 UNS Surakarta 6

mental-kognitif, dan sosial. Sudahkah pembelajaran Penjas yang selama ini kita rancang telah mengarah pada pencapaian tujuan tersebut ? Jika jawabnya belum, maka inovasi pembelajaran merupakan pilihan untuk lebih memperbaiki keadaan, yakni memfasilitasi para siswa agar menjadi seorang yang terdidik dalam Pendidikan Jasmani.

Karakteristik seseorang yang terdidik dalam Pendidikan Jasmani diuraikan oleh Physical Education Outcomes Committee of The National Association of Physical Education and Sport (NASPE) sebagaimana telah dikutip Arma Abdullah dalam Harsuki (2003), memiliki ciri-ciri: (1) Telah mempelajari berbagai macam keterampilan yang diperlukan untuk melakukan berbagai aktivitas jasmani, (2) segar atau bugar secara jasmaniah, (3) berpartisipasi secara teratur dalam aktivitas jasmani, (4) mengetahui implikasi dan manfaat dari keterlibatannya dalam aktivitas jasmani, dan (5) menghargai aktivitas jasmani dan sumbangannya kepada gaya hidup yang sehat.

Struktur belajar dalam pendidikan jasmani berkaitan dengan bagaimana siswa belajar mencapai tujuan pendidikan melalui medium aktivitas fisik. Perilaku unit terbentuk karena proses belajar mengakomodasikan respons psikologis dan fisiologis. Terdapatnya segi-segi keunikan tersebut memberi konsekuensi pemilihan alternatif gaya mengajar (teaching style). Terkait dengan gaya mengajar tersebut, Mosston (1991) beranggapan bahwa mengajar pendidikan jasmani adalah serangkaian usaha yang berhubungan dan berkesinambungan antara peran yang dimainkan oleh guru maupun siswa. Untuk menjembatani pokok bahasan dan belajar, diperlukan spektrum gaya mengajar, yakni suatu rancangan operasional tentang alternatif gaya mengajar pendidikan jasmani.

Pilihan spektrum gaya mengajar sebagaimana desain dalam Model Mosston, menyangkut kemampuan mahasiswa dalam merancang peran guru dan siswa yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Hal ini akan berimplikasi bagi kualitas pembelajaran pendidikan jasmani yang dikelola. Melalui kemampuan memilih spektrum gaya mengajar yang sesuai, proses pembelajaran pendidikan jasmani akan menjadi suatu aktivitas yang bermakna bagi guru maupun siswa.

Modul PLPG Penjaskes Rayon 113 UNS Surakarta 7

D. KEUNIKAN PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Mosston (1991) beranggapan bahwa mengajar pendidikan jasmani merupakan serangkaian hubungan yang berkesinambungan antara guru dan siswa. Untuk menjembatani pokok bahasan dan belajar, diperlukan adanya spektrum gaya pembelajaran. Spektrum ini merupakan rancangan operasional tentang alternatif gaya mengajar pendidikan jasmani. Selanjutnya, setiap gaya mengajar (teaching style) memiliki anatomi tertentu yang menggambarkan : (1) peran guru, (2) peran siswa, serta (3) identifikasi tujuan yang dapat dicapai jika gaya mengajar tersebut digunakan. Setiap gaya mengajar berisi keputusan-keputusan (Decisions) yang dibuat oleh guru dan juga oleh siswa didalam episode belajar.

a. Pengambilan Keputusan (Decision Making)

Mengajar merupakan suatu rangkaian pembuatan keputusan. Serangkaian perangkat keputusan diorganisasikan kedalam episode- episode pembelajaran, yang meliputi : (1) pra pertemuan, (2) saat pertemuan, dan (3) pasca pertemuan (Mosston, 1991).

Keputusan pra pertemuan merupakan keputusan yang harus dibuat sebelum guru-siswa berhadapan dan berinteraksi secara langsung. Episode ini meliputi : (1) penentuan sasaran pembelajaran, (2) pemilihan gaya mengajar, (3) gaya belajar siswa yang diharapkan, (4) siapa yang akan diajar, (5) pokok bahasan, (6) lokasi pembelajaran, (7) waktu yang dibutuhkan untuk mengajar, termasuk didalamnya adalah kecepatan pembelajaran dan waktu tenggang antar tugas, (8) organisasi pelaksanaan, dan (9) materi dan prosedur evaluasi.

Keputusan saat pertemuan (impact) merupakan keputusan- keputusan yang harus dibuat selama penampilan atau pelaksanaan tugas. Episode ini berisi tentang pelaksanaan keputusan pada pra pertemuan, dan penyesuaian keputusan-keputusan.

Keputusan pasca pertemuan (past impact) merupakan keputusan yang dibuat berkaitan dengan evaluasi pelaksanaan, termasuk tentang pemberian umpan balik. Episode ini meliputi : (1) pengumpulan informasi

Modul PLPG Penjaskes Rayon 113 UNS Surakarta 8

tentang pelaksanaan, (2) penilaian informasi yang diperoleh dengan memanfaatkan kriteria yang telah ditentukan, (3) pernyataan-pernyataan umpan balik yang dapat berupa pernyatan korektif, pernyataan penilaian atau sekedar pernyataan netral, (4) penilaian gaya mengajar, dan (5) penilaian belajar siswa.

b. Gaya Mengajar (Teaching Style)

Sebagai suatu pedoman khusus, gaya mengajar diaplikasikan sekaligus dikembangkan karena adanya permasalahan disekitar pembelajaran pendidikan jasmani. Oleh karena itu penerapan suatu gaya mengajar dimaksudkan untuk hal-hal sebagai berikut :

(1) Mencapai keserasian antara apa yang diniatkan dengan apa yang seharusnya terjadi;

(2) Memberi solusi terhadap adanya pertentangan dalam memilih metode mengajar dengan tetap memfokuskan pilihan pada: (a) kebutuhan siswa, (b) besarnya kelas, (c) fasilitas yang tersedia, (d) perlengkapan yang dimiliki, (e) tujuan yang ingin dicapai, dan (f) pokok bahasan;

(3) Mengatasi segi-segi keunikan guru yang mempengaruhi arah perilaku belajar siswa;

(4) Mengoptimalisasikan interaksi pembelajaran dengan pencapaian tujuan. Interaksi ini merupakan perpaduan unit pedagogis. Rancangan gaya mengajar didasarkan dari adanya interaksi perilaku guru, perilaku siswa, dan tujuan;

(5) Menggunakan perilaku guru sebagai ide pengatur, karena bagaimanapun juga guru adalah pengambil keputusan (Agus Kristiyanto, 1997).

Setiap gaya mengajar memiliki anatomi tertentu yang menggambarkan : (1) peran guru, (2) peran siswa, serta (3) identifikasi tujuan yang dapat dicapai jika gaya mengajar tersebut digunakan. Setiap gaya mengajar berisi keputusan-keputusan yang dibuat oleh guru dan juga oleh siswa di dalam episode belajar.

Modul PLPG Penjaskes Rayon 113 UNS Surakarta 9

E. SUSUNAN SPEKTRUM GAYA MENGAJAR DALAM PENJASORKES

Spektrum gaya mengajar adalah suatu konsepsi teoritis, sekaligus suatu rancangan operasional mengenai alternatif atau kemungkinan dari suatu gaya mengajar. Spektrum tersebut menggambarkan adanya suatu pergeseran atau penyebaran peran guru dan siswa kaitannya dengan pencapaian tujuan pembelajaran.

Pada gaya mengajar yang paling minimal, peran siswa juga minimal, sebaliknya peran yang diberikan guru maksimal. Pada gaya mengajar yang berspektrum tinggi, peran siswa maksimal, sedangkan peran guru minimal. Ilustrasi spektrum adalah sebagai berikut :

Gambar 3.1 : Spektrum gaya mengajar dan pergeseran peran guru-siswa (Mosston, 1991)

Spektrum gaya mengajar model Mosston tersusun menjadi dua kelompok gaya mengajar, yaitu : (1) gaya A – E, dan (2) gaya F – H. Kedua kelompok tersebut berbeda dalam perilaku guru, perilaku siswa, dan sasaran. Gaya A – E berhubungan dengan penampilan kegiatan-kegiatan yang telah dikenal, sedangkan gaya F – H lebih menekankan pada eksplorasi aktivitas- aktivitas baru.

Theoretical limits

Minimum Maksimum

The target : An independent individual

S

tyl

e

Modul PLPG Penjaskes Rayon 113 UNS Surakarta 10

Termasuk dalam kelompok gaya mengajar A – E adalah : (1) gaya A atau komando, (2) gaya B atau latihan, (3) gaya C atau resiprokal, (4) gaya D atau self-check, dan (5) gaya E atau gaya cakupan/Inklusi.

Termasuk dalam kelompok gaya mengajar F – H adalah : (1) gaya F atau penemuan terpimpin, (2) gaya G atau divergen, dan (3) gaya H atau going beyond.

F. ANATOMI GAYA MENGAJAR PENJASORKES

Terjadinya spektrum berimplikasi antara gaya mengajar satu dengan yang lainnya berbeda secara anatomis. Guru dan siswa memiliki peran yang berbeda pada setiap episodenya tergantung pada gaya mengajar yang dipilih. Episode tersebut meliputi : pra pertemuan, saat pertemuan, dan pasca pertemuan. Berikut ini merupakan peta ringkasan pergeseran peran guru dan

Dalam dokumen Materi PLPG Modul Penjaskes (Halaman 56-122)

Dokumen terkait