• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modifikasi Tiga Titik Gandeng

DAFTAR GAMBAR

D. Prosedur Penelitian

D.1. Modifikasi Tiga Titik Gandeng

Modifikasi tiga titik gandeng dilakukan pada upper link dan lower link traktor Kubota B6100. Modifikasi dilakukan karena upper link dan lower link sudah tidak tersedia dan dibutuhkan untuk menggandeng implemen bajak singkal yang digunakan dalam pengujian lapangan.

Untuk memperoleh gambaran mengenai komponen three point hitch pada traktor, studi pustaka baik melalui penelusuran buku dan media internet dilakukan. Untuk memperoleh gambaran lebih baik mengenai komponen three point hitch secara langsung, dilakukan pengamatan langsung pada traktor sebanyak dua kali yaitu, (1) di Laboratorium Lapangan Fakultas Peternakan Jonggol, Jawa Barat dan (2) pada traktor milik pribadi dari Bapak Abet di Cibubur, Depok.

Gambar 11. Traktor Kubota B6100 milik Fakultas Peternakan Studi Pustaka

Identifikasi komponen three point hitch

Pengukuran komponen three point hitch dan pembuatan di

bengkel

Uji lapangan dengan kendali radio control Uji lapangan dengan kendali konvensional

Gambar 12. Pengukuran komponen traktor Kubota B6100 milik Bapak Abet D.2. Persiapan dan Pengamatan Kondisi Lintasan

Sebelum pengujian di lahan dilakukan, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan, yaitu persiapan traktor Kubota B6100 dan sistem pengendali jarak jauh, persiapan instrumen pengukur, serta persiapan lahan pengujian

Persiapan pada traktor uji yaitu dengan memeriksa kondisinya sehingga pada saat pengujian tidak terjadi kesalahan dan kendala baik teknis maupun non-teknis. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pengecekan oli, air radiator, transmisi, bahan bakar, sistem tiga titik gandeng dll. Selain itu dilakukan pengecekan terhadap perangkat sistem kendali jarak jauh, berupa pengecekan jarak pengendalian, pengecekan sensor, kestabilan putaran motor DC dll. Persiapan kelengkapan instrumen pengukur seperti penetrometer, meteran gulung dan alat ukur lainnya dilakukan sebelum pengujian. Sebelum pengujian juga dilakukan persiapan lahan uji. Lahan diberikan perlakuan bajak dan rotary dua bulan sebelumnya untuk mendapatkan lahan yang rata dan bersih dari tanaman. Kondisi fisik tanah diamati dengan mengukur kadar air dan tahanan penetrasi. Pengukuran kadar air dan dilakukan dengan mengambil sampel tanah secara tersebar pada lahan pengujian seperti Gambar 13.

Gambar 13. Pengambilan sampel tanah pada lahan pengujian

Sebelum dilakukan pengujian pada lahan, kondisi lahan diamati pada titik-titik pengukuran dengan parameter yang diamati adalah:

a. Kadar air

Kadar air merupakan jumlah air yang tersedia dalam pori tanah dalam massa tertentu. Kadar air tanah diukur dengan mengambil sampel tanah pada lahan pengujian

16 dengan ring sampel, kemudian ditimbang (massa tanah basah + ring sampel). Contoh tanah dikeringkan dalam oven (Gambar 14) selama 24 jam dengan suhu 110oC kemudian ditimbang (massa tanah kering + ring sampel).

Kadar air tanah dihitung (Setiawan et al. (2002) diacu dalam Anami (2008)) dengan rumus:

= × 100 . . . (1)

Keterangan : KA = kadar air basis kering (%) mtb = massa tanah basah (g) mtk = massa tanah kering (g)

Untuk perhitungan kadar air selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3.

Gambar 14. Oven pengeringan

b. Penetrasi tanah

Pengukuran tahanan penetrasi dilakukan hingga kedalaman yang dianggap mewakili kedalaman pengolahan oleh bajak, yaitu pada kedalaman 5 cm sampai 20 cm. Pengukuran penetrasi tanah dilakukan dengan menggunakan penetrometer tipe SR-2 (Gambar 15) dengan kerucut berpenampang 2 cm2. Pengukuran dilakukan pada 10 titik berbeda dengan kedalaman masing-masing 5, 10, 15 dan 20 cm dari permukaan tanah. Tahanan penetrasi dihitung dengan rumus (Setiawan et al. (2002) diacu dalam Anami (2008)) berikut:

Tp t = ...……...………(2)

Dimana:

Tpt = Tahanan penetrasi tanah (kPa)

Fp = Gaya penetrasi terukur pada penetrometer ditambah dengan berat penetrometer (kgf)

Gambar 16. Pengukuran penetrasi tanah D.3. Uji Jalan Lurus dan Uji Jari-jari Putar

Uji jalan lurus bertujuan untuk menentukan kestabilan gerak traktor dengan mengikuti satu base line di lahan. Operator mengendalikan arah laju traktor dengan memposisikan traktor di tengah base line, baik dengan setir kemudi secara konvensional dan motor DC dengan metode radio control melalui transmitter. Uji ini dilakukan dengan menentukan panjang lintasan tertentu di lapangan dan melihat besarnya simpangan yang terjadi pada jarak yang ditempuh.

Gambar 17. Lahan uji lurus Gambar 15. Penetrometer tipe SR-2

18

Gambar 18. Pengukuran simpangan roda dari base line

Lintasan sepanjang 20 meter disiapkan pada lahan dan setiap 2 meter ditandai untuk pemasangan patok yang bertujuan mengukur simpangan roda belakang traktor dari pusat sumbu lintasan. Posisi traktor sebelum mulai pengujian adalah di tengah-tengah sumbu lintasan uji, sehingga dapat diketahui simpangan roda pada setiap 2 meter. Pengujian dilakukan dengan (1) kendali manual dengan operator mengendalikan roda kemudi dan (2) kendali jarak jauh dengan operator mengendalikan remote controller. Cara pengujian yang dilakukan pada uji lurus yaitu dengan memasang tanda berupa bendera kecil yang ditancapkan pada jejak terluar dari traktor.

Uji jari-jari putar bertujuan untuk membandingkan jari-jari putar antara kendali traktor secara konvensional menggunakan roda kemudi dengan kendali jarak jauh menggunakan SPC wireless controller. Pengujian dilakukan pada kondisi traktor dan lahan yang sama, tanpa menggunakan implemen. Adapun prosedur pengujian yang akan dilakukan antara lain:

a. Jarak masing-masing ban dari pusat sumbu adalah sama b. Pengujian dilakukan dalam kecepatan kerja 1.5-2.0 km/jam

c. Perlakuan pada pengujian yaitu (1) kendali konvensional dan (2) kendali nirkabel d. Pengujian dilakukan dengan memutar kendali setajam mungkin tanpa menggunakan rem

sampai membuat putaran 360o, kearah kanan dan kiri. Diameter putar minimum kemudian dicatat sebanyak 10 data dan diulang dua kali pada kondisi yang sama. e. Pengujian dilakukan dengan memutar kendali setajam mungkin dengan menggunakan

rem kanan/kiri dengan pengereman penuh menyesuaikan dengan arah putar traktor sampai membuat putaran 360o, kearah kanan dan kiri. Diameter putar minimum kemudian dicatat sebanyak 10 data dan diulang dua kali pada kondisi yang sama sehingga didapatkan nilai rata-rata.

Gambar 19. Penandaan uji putar

Gambar 20. Pengukuran diameter putar traktor

Diameter lingkaran putar minimum (dalam satuan meter) dan merupakan rata-rata dari masing-masing 10 kali pengukuran pada 2 kali pengulangan

1. Putaran searah jarum jam tanpa menggunakan rem

2. Putaran berlawanan arah jarum jam tanpa menggunakan rem. 3. Putaran searah jarum jam dengan rem

4. Putaran berlawanan arah jarum jam dengan rem

Penandaan bekas jejak roda traktor (Gambar 19) menggunakan dolomit yang berwarna putih dan kontras dengan tanah. Dolomit ditaburkan secara hati-hati pada jejak roda depan traktor.

20 D.4. Uji Unjuk Kerja

Uji unjuk kerja bertujuan untuk menilai kemampuan kerja traktor di lahan dengan membandingkan antara kendali jarak jauh dengan kendali konvensional menggunakan roda setir. Adapun parameter yang diuji antara lain:

a. Lebar kerja efektif, yaitu lebar tanah yang terolah pada setiap satu lintasan oleh implemen pada saat pekerjaan di lahan.

Gambar 22. Pengukuran lebar kerja

b. Kedalaman kerja, diperoleh dengan cara mengukur jarak vertikal antara permukaan tanah awal dengan dasar tanah yang terolah.

Gambar 23. Kedalaman pembajakan (SNI 1212:2008)

Gambar 24. Pengukuran kedalaman

Keterangan :

KLE = kapasitas lapang efektif (ha/jam) L = luas tanah yang diolah (ha) ta = waktu total untuk operasi (jam)

Keterangan :

KLT = kapasitas lapangan teoritis (ha/jam) v = kecepatan maju rata-rata (m/detik) l = lebar kerja rata-rata (m)

c. Kecepatan maju, diperoleh dengan menghukur waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak 15 meter. Kecepatan maju diperoleh dari rata-rata 10 kali ulangan.

Gambar 25. Pengukuran kecepatan maju (SNI 1212:2008)

d. Luas lahan yang diolah

e. Waktu total operasi, diukur sejak traktor mulai digunakan untuk operasi sampai dengan selesai dalam satu petak uji

f. Waktu kerja tidak efektif, diukur dengan mencatat waktu yang hilang karena digunakan untuk belok, pengaturan alat dan perbaikan selama operasi sampai dengan selesai dalam satu petak uji

g. Waktu kerja efektif, diukur dengan mengurangi waktu total dengan waktu kerja efektif h. Kapasitas lapangan efektif, dikur dengan membagi luas lahan yang diolah dengan waktu

total operasi

i. Kapasitas lapangan teoritis, diukur dengan mengalikan kecepatan kerja aktual dengan lebar kerja efektif

j. Efisiensi lapangan, diperoleh dengan membagi kapasitas lapang efektif dengan kapasitas lapangan teoritis

Keterangan :

EL = efisiensi lapang (%)

KLE = kapasitas lapangan efektif (ha/jam) KLT = kapasitas lapangan teoritis (ha/jam)

22 Keterangan :

S = Slip roda penggerak (%)

Sb = Jarak tempuh traktor saat pengolahan tanah dalam lima putaran roda penggerak (m) So = Jarak tempuh traktor tanpa beban dalam lima putaran roda penggerak (m)

k. Slip roda penggerak, diukur dengan cara pengukuran jarak tempuh 5 putaran roda seperti pada persaman berikut:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Konstruksi Komponen Hasil Modifikasi

A.1. Sistem Kemudi

Modifikasi sistem kemudi yang merupakan hasil penelitian sebelumnya dilakukan dengan memasang sabuk yang mentransmisikan putaran motor listrik ke roda kemudi traktor. Motor listrik dikendalikan dari remote controller yang dioperasikan oleh operator. Sebagai sumber penggerak motor listrik digunakan accu 12 Volt.

A.2. Sistem Tiga Titik Gandeng

Komponen tiga titik gandeng (three point hitch) pada penelitian sebelumnya tidak dapat difungsikan, sehingga untuk mengatur kedalaman bajak harus dilakukan secara manual dengan memutar tuas pengatur kemiringan bajak. Dalam operasi di lahan hal ini cukup menyulitkan karena operator harus turun dari traktor ketika akan berbelok sehingga tidak efisien waktu dan kedalaman yang diharapkan tidak tercapai dengan baik.

24

Gambar 28. Tiga titik gandeng yang telah dimodifikasi

Modifikasi dilakukan pada bagian lower link dan upper link komponen three point hitch. Sebagai pengganti batang penghubung antara lengan hidrolik dengan lower link dan pengganti upper link digunakan turnbuckle untuk keperluan uji fungsional. Turnbuckle dengan ukuran M20 digunakan sebagai batang hubung, sementara ukuran M16 digunakan sebagai pengganti upper link.

Uji fungsional dapat berlangsung dengan baik dengan kedalaman rata-rata 10-14 cm dan tanah dapat terbalik walaupun tidak sempurna dan tidak seragam hasilnya. Turnbuckle yang digunakan dapat menggantikan fungsi batang hubung dan upper link yang baik karena sifatnya yang dapat diatur panjangnya. Untuk memperkuat upper link pengganti, turnbuckle digantikan dengan pipa besi dengan ketebalan 2 cm karena pada beberapa uji fungsional sebelumnya terjadi pembengkokan pada upper link.

B. Uji Jalan Lurus dan Jari-jari Putar

B.1. Kondisi Lintasan Uji

Pengukuran penetrasi tanah dilakukan secara acak sebanyak 10 titik pengukuran pada lahan uji yang telah dipersiapkan. Dengan pengukuran ini diketahui kekerasan tanah pada saat pengujian dilakukan hingga kedalaman 20 cm. Hasil dari tahanan penetrasi tanah sebelum pengujian dilakukan disajikan pada Tabel 2, sedangkan data dan perhitungan tahanan penetrasi disajikan pada Lampiran 4.

Tabel 2. Tahanan penetrasi pada setiap kedalaman pengukuran Titik

Tahanan penetrasi tanah (kPa) pada kedalaman tertentu 5 cm 10 cm 15 cm 20 cm 1 147 588 882 1911 2 343 735 1960 2401 3 343 490 1764 2401 4 343 833 1666 2352 5 392 539 1960 2401 6 539 882 1470 2254 7 539 1127 1813 2107 8 441 1323 2352 2695 9 588 1078 2352 2695 10 833 1764 2548 2940 rata-rata 450.8 935.9 1876.7 2415.7

Gambar 30. Tahanan penetrasi tanah rata-rata

Grafik pada Gambar 30 menunjukkan terjadi peningkatan tahanan penetrasi pada lahan percobaan hingga kedalaman 20 cm. Semakin dalam tanah, semakin besar tahanan penetrasi tanah.

0 5 10 15 20 25 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 K e d a la m a n ( c m )

26 Pengukuran kadar air dilakukan pada 10 titik yang diambil secara acak pada lahan sebelum pengujian dilakukan dan disajikan pada Tabel 2 dan perhitungan lengkap pada Lampiran 3. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa rata-rata kadar air pada lahan sebesar 34.65%.

Tabel 3. Kadar air pada setiap kedalaman pengukuran

B.2. Pengujian Jalan Lurus

Pengujian Jalan lurus dilakukan untuk mengetahui besarnya simpangan roda traktor dari base line ketika dikemudikan, baik secara manual oleh operator di traktor dan secara jarak jauh, dengan posisi operator mengendalikan melalui alat remote control dari tepi lahan.

Gambar 31. Uji jalan lurus

Pada Gambar 32 disajikan kecenderungan posisi roda pada saat berjalan pada lahan uji dengan kendali manual, sementara Gambar 33 menyajikan pengujian dengan kendali jarak jauh melalui remote control. Perhitungan lengkap disajikan pada Lampiran 6.

Nomor Cawan Kadar Air %

1 35.14 2 35.59 3 34.23 4 35.59 5 36.99 6 35.14 7 33.78 8 33.78 9 33.78 10 32.45 rata-rata 34.65

0 5 10 15 20 25 (15,00) (5,00) 5,00 15,00

Besar simpangan dari base line (cm)

Pengukur an 1 Pengukur an 2 Pengukur an 3

28 0 5 10 15 20 25 (15,00) (5,00) 5,00 15,00

Besar simpangan dari base line (cm)

Pengukuran 1 Pengukuran 2 Pengukuran 3

Gambar 32 dan Gambar 33 menunjukkan bahwa pada masing-masing cara pengujian terdapat simpangan, baik ke arah kanan dan ke arah kiri dari base line. Pada pengujian dengan sistem kendali manual, besarnya simpangan maksimum terukur yaitu 10.5 cm ke arah kiri dan pada pengujian dengan kendali jarak jauh melalui remote control, simpangan maksimum terukur yang terjadi lebih kecil, yaitu 7 cm ke arah kanan. Nilai simpangan pada pengujian dengan kendali manual lebih besar, yang dapat disebabkan faktor ketelitian operator dan faktor paralaks, dimana operator bekerja berdasarkan feeling dalam mengendalikan arah laju traktor. Sementara pada pengujian dengan kendali remote control, operator mengendalikan dari sisi lahan pada posisi berada di depan traktor pada ujung base line. Hal ini memudahkan operator memposisikan traktor tepat di tengah base line ketika traktor sudah berjalan sehingga nilai simpangan yang terjadi lebih kecil, walaupun harus kesulitan memosisikan pada saat awal pengujian dimana terjadi simpangan sebesar 10.5 cm.

B.3. Pengujian Jari-jari Putar

Pengujian jari-jari putar menunjukkan besarnya radius yang dibutuhkan traktor untuk dapat berputar penuh sejauh 360o. Besarnya nilai jari-jari putar ditampilkan pada Tabel 4-Tabel 7, dengan perhitungan dilampirkan pada Lampiran 5.

Tabel 4. Jari-jari putarsearah jarum jam tanpa rem Jari-jari putar (m) Manual Remote

Pengukuran 1 2.25 2.24

Pengukuran 2 2.23 2.28

Rata-rata 2.24 2.26

Tabel 5. Jari-jari putarsearah jarum jam dengan rem Jari-jari putar (m) Manual Remote

Pengukuran 1 1.72 1.72

Pengukuran 2 1.65 1.68

Rata-rata 1.69 1.70

Tabel 6. Jari-jari putarberlawanan jarum jam tanpa rem Jari-jari putar (m)

Manual Remote

Pengukuran 1 2.25 2.30

Pengukuran 2 2.24 2.28

Rata-rata 2.25 2.29

Tabel 7. Jari-jari putarberlawanan jarum jam dengan rem Jari-jari putar (m)

Manual Remote

Pengukuran 1 1.82 1.69

Pengukuran 2 1.86 1.79

30 Dari hasil pengamatan dan pengukuran diperoleh bahwa perbedaan jari-jari putar antata kendali manual dan kendali jarak jauh, dengan searah jarum jam tanpa dan dengan rem, serta berlawanan arah jarum jam tanpa rem menunjukan hasil yang tidak berbeda secara signifikan. Pada pengukuran dengan arah berlawanan arah jarum jam dengan menggunakan rem, terlihat perbedaan pada nilai rata-rata yaitu sebesar 0.1 m.

C. Uji Kinerja Pengolahan

C.1. Kondisi Lintasan Uji

Pengukuran penetrasi tanah dilakukan secara acak sebanyak 10 titik pengukuran pada lahan uji yang telah dipersiapkan. Dengan pengukuran ini diketahui kekerasan tanah pada saat pengujian dilakukan hingga kedalaman 20 cm. Hasil dari tahanan penetrasi tanah sebelum dan sesudah pengujian dilakukan disajikan pada Gambar 34, sedangkan data dan perhitungan tahanan penetrasi disajikan pada Lampiran 8.

Grafik pada Gambar 34 menunjukkan terjadi peningkatan tahanan penetrasi pada lahan percobaan hingga kedalaman 20 cm. Semakin dalam tanah, semakin besar tahanan penetrasi tanah. Nilai tahanan penetrasi tanah menurun setelah dilakukan pembajakan pada lahan karena tanah menjadi hancur dan lebih remah. Pada pengukuran tahanan penetrasi tanah setelah kegiatan pembajakan, nilai titik 0 pada permukaan tanah yaitu pada bagian paling atas dari guludan yang terbentuk, sehingga nilai tahanan penetrasi tanah sesudah pengolahan pada kedalaman 15-20 cm yang terukur lebih rendah daripada pengukuran sebelum pengolahan yang menggunakan permukaan tanah yang belum terolah sebagai titik 0.

Gambar 34. Tahanan penetrasi rata-rata sebelum dan sesudah uji kinerja 0 5 10 15 20 25 0 500 1000 1500 2000 K e d a la m a n ( c m )

Tahanan Penetrasi (kPa)

Sebelum Pengolahan Sesudah Pengolahan

Pengukuran kadar air dilakukan pada 10 titik yang diambil secara acak pada lahan sebelum pengujian dilakukan dan disajikan pada Tabel 8 dan perhitungan lengkap pada Lampiran 7. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa rata-rata kadar air pada lahan sebesar 34.65%.

Tabel 8. Kadar air sebelum pengolahan

Tabel 9. Kadar air setelah pengolahan

Dari data yang diperoleh pada Tabel 8 dan Tabel 9, terlihat bahwa terjadi penurunan kadar air setelah pekerjaan pembajakan selesai. Hal ini dapat disebabkan antara lain (1) waktu yang semakin siang, sehingga tanah semakin panas yang mendukung terjadinya penguapan dan (2) pembajakan menyebabkan tanah menjadi terangkat dan hancur sehingga sinar matahari mencapai kedalaman tanah yang diolah.

C.2. Pengukuran Lebar Kerja

Gambar 35 hingga Gambar 38 menunjukkan grafik pengukuran lebar pengolahan yang dilakukan. Gambar 35 dan Gambar 36 menunjukkan bahwa lebar kerja yang dihasilkan pada kendali

Nomor Cawan Kadar Air (%) 1 33.69 2 49.13 3 30.93 4 34.72 5 32.98 6 34.20 7 31.66 8 34.54 9 32.63 10 36.51 rata-rata 35.10

Nomor Cawan Kadar Air (%) 1 35.64 2 33.33 3 33.50 4 33.51 5 33.50 6 36.08 7 32.47 8 34.55 9 32.32 10 25.87 rata-rata 33.08

32 manual relatif teratur dan tidak menyimpang terlalu jauh, sementara Gambar 37 dan Gambar 38 menunjukkan lebar kerja pada kendali jarak jauh yang menunjukkan ketidakteraturan pada alur yang dihasilkan, yaitu pada Baris ke 10 dari sisi lahan bagian timur dan Baris pertama dari sisi lahan bagian barat. Dari pengukuran ini dapat terlihat bahwa lebar kerja pada sistem kendali manual relatif lebih teratur dibandingkan dengan kendali jarak jauh.

0 1 2 3 4 5 6 0 100 200 300 400 500 600

Jarak dari t epi lahan (cm)

Baris 1 Baris 2 Baris 3 Baris 4 Baris 5 Baris 6 Baris 7 Baris 8 Baris 9 Baris 10 0 1 2 3 4 5 6 0 100 200 300 400 500 600 T it ik p e n g u k u ra n

Jarak dari tepi lahan (cm)

Baris 1 Baris 2 Baris 3 Baris 4 Baris 5 Baris 6 Baris 7 Baris 8 Baris 9 Baris 10

Gambar 36. Grafik hasil pengujian lebar kerja kendali manual (2) Gambar 35. Grafik hasil pengujian lebar kerja kendali manual (1)

Pada kendali jarak jauh, operator dengan remote control berdiri di luar lahan pengujian, sehingga relatif sulit memposisikan traktor pada baris pengolahan dengan tepat. Data lebar kerja selengkapnya disajikan pada Lampiran 9.

C.3. Pengukuran Kedalaman Pengolahan

Pengukuran kedalaman dilakukan pada 20 baris pengolahan, dengan masing-masing 10 titik pengukuran kedalaman dengan jarak setiap 1-1.5 meter antar titik pengolahan. Nilai kedalaman rata- rata dari total 200 titik pengukuran pada pengolahan dengan kendali manual yaitu 8.95 cm dan pada kendali jarak jauh sebesar 10.11 cm. Nilai kedalaman dengan kendali jarak jauh lebih besar yang

0 1 2 3 4 5 6 0 100 200 300 400 500 T it ik p e n g u k u ra n

Jarak dari tepi lahan

Baris 1 Baris 2 Baris 3 Baris 4 Baris 5 Baris 6 Baris 7 Baris 8 Baris 9 Baris 10 0 1 2 3 4 5 6 0 100 200 300 400 500 600 T it ik p e n g u k u ra n

Jarak dari tepi lahan

Baris 1 Baris 2 Baris 3 Baris 4 Baris 5 Baris 6 Baris 7 Baris 8 Baris 9 Baris 10

Gambar 38. Grafik hasil pengujian lebar kerja kendali jarak jauh (2) Gambar 37. Grafik hasil pengujian lebar kerja kendali jarak jauh (1)

34 disebabkan operator dapat berkonsentrasi secara penuh untuk mengendalikan tuas hidrolik penggerak three point hitch. Hal ini berbeda pada kendali manual, dimana operator membagi konsentrasi antara mengatur arah laju traktor untuk memosisikan traktor tepat pada baris pengolahan dan mengendalikan tuas hidrolik penggerak three point hitch secara bersamaan. Gambar 39 dan Gambar 40 menunjukkan hasil kedalaman yang diperoleh pada pengujian dengan mengambil contoh pada 5 baris pengolahan.

0 2 4 6 8 10 12 14 16 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 K e d a la m a n ( c m ) Titik Pengukuran Baris 1 Baris 2 Baris 3 Baris 4 Baris 5 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 K e d a la m a n ( c m ) Titik Pengukuran Bar is 1 Bar is 2 Bar is 3 Bar is 4 Bar is 5

Gambar 40. Grafik hasil kedalaman pengolahan kendali jarak jauh Gambar 39. Grafik hasil kedalaman pengolahan kendali manual

C.4. Pengukuran Kapasitas Pengolahan

Tabel 10. Data hasil kinerja pengolahan

Jenis Penggunaan Kendali

Data Pengukuran Manual Jarak Jauh

Waktu Pengolahan (jam) 0.5208 0.4833

Luas lahan (ha) 0.0158 0.0123

Kecepatan rata-rata (m/detik) 0.3057 0.2844

Lebar pengolahan rata-rata (m) 0.4515 0.4315

Slip roda kanan rata-rata (%) 28.45 28.85

Slip roda kiri rata-rata (%) 30.42 30.62

Kapasitas lapangan efektif (ha/jam) 0.030 0.025

Kapasitas lapangan teoritis (ha/jam) 0.050 0.044

Efisiensi pengolahan (%) 61.0 57.7

Proses pengolahan tanah menggunakan bajak singkalvdengan kendali manual dan jarak jauh dilakukan pada putaran mesin yang sama, yaitu 2700 RPM, dengan posisi gigi pada gigi 2 low. Slip yang terjadi saat pengolahan dengan kendali manual pada roda kanan rata-rata sebesar 28.45% dan roda kiri sebesar 30.42%. Pada kendali jarak jauh nilai slip pada roda kanan rata-rata 28.85% dan roda kiri rata-rata 30.62%. Perbedaan nilai slip pada roda yang sama antara kendali manual dan jarak jauh relatif kecil. Namun nilai slip rata-rata antara roda kanan dan kiri cukup berbeda. Hal ini disebabkan karena roda kanan berpijak pada baris lahan yang telah diolah sebelumnya dengan kondisi ban masuk ke baris pengolahan dan berpijak pada lapisan tanah yang lebih keras pada kedalaman 5-15 cm. Hal ini berbeda dengan roda kiri yang berpijak pada permukaan tanah yang relatif gembur.

Gambar 41. Roda kanan traktor pada alur pengolahan

Besarnya nilai slip pada pengolahan tanah disebabkan tidak berfungsinya sistem penggerak 4 roda (4 wheel drive) pada traktor Kubota B6100 sehingga hanya mengandalkan roda belakang sebagai roda penggerak. Rusaknya sistem penggerak 4 roda telah terjadi sebelum kegiatan penelitian ini dilakukan.

36 Pengukuran kapasitas pengolahan dengan kendali manual dan jarak jauh dilakukan pada lahan yang sama dengan kondisi yang sama. Kapasitas lapangan efektif yang dihasilkan pada pengolahan dengan kendali manual yaitu 0.030 ha/jam dan kapasitas lapangan teoritis sebesar 0.050 ha/jam, sehingga diperoleh efisiensi pengolahan sebesar 61.04%. Pada pengolahan dengan kendali jarak jauh, besarnya kapasitas lapangan efektif yaitu 0.025 ha/jam dan kapasitas lapangan teoritis sebesar 0.044 ha/jam, sehingga diperoleh efisiensi pengolahan sebesar 57.7%. Nilai efisiensi pengolahan pada kendali manual lebih besar, yang disebabkan beberapa faktor seperti pengaturan sudut belok yang seringkali tidak tepat.

Penggunaan kendali jarak jauh pada traktor dalam penelitian ini masih memiliki beberapa kendala saat pengujian. Putaran motor listrik yang mengendalikan roda kemudi tidak stabil ketika bergerak searah jarum jam. Hal ini berbeda ketika berputar berlawanan arah jarum jam yang relatif lebih halus dan teratur. Selain itu terdapat kesulitan penglihatan dalam mengendalikan traktor, karena operator yang mengendalikan remote controller berada pada ketinggian yang sama dengan traktor di lahan. Operator jarak jauh harus menyesuaikan dan memosisikan traktor pada alur pengolahan dengan tepat sehingga pemasangan kamera, baik di depan dan samping traktor layak dibutuhkan agar tercapai efisiensi kerja yang lebih baik. Selain itu juga dapat dipasangkan kamera pada belakang traktor

Dokumen terkait