• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

3.4 Pengukuran Sifat Fisis Papan partikel

3.5.1 Pendugaan Sifat Mekanis Kayu Secara Nondestruktif

3.5.2.1 Modulus elastisitas Statis ( Modulus of Elasticity , MOEs)

Setelah dilakukan pengujian secara nondestruktif, kemudian dilakukan pengujian secara destruktif pada contoh uji yang sama. Pengujian destruktif dilakukan dengan menggunakan Universal Testing Machine (UTM) merk Instron tipe 3369 dengan menggunakan lebar bentang (jarak penyangga) 15 kali tebal nominal, tetapi tidak kurang dari 15 cm (Gambar 7). Contoh uji sifat mekanis lentur yang digunakan berukuran 5 x 20 (cm) yang mengacu standar JIS A 5908 : 2003. Nilai MOEs dihitung dengan persamaan:

Keterangan : MOEs : modulus elastisitas statis (kgf/cm2) ΔP : beban dibawah batas proporsi (kgf) L : jarak sangga (cm)

ΔY : defleksi pada beban P (cm) b : lebar contoh uji (cm) h : tebal contoh uji (cm)

3.5.2.2 Modulus Patah (Modulus of Rupture, MOR)

Pengujian MOR dilakukan bersama-sama dengan pengujian MOEs dengan memakai contoh uji yang sama. Pada pengujian ini, pembebanan pada pengujian MOEs dilanjutkan sampai contoh uji mengalami kerusakan (Gambar 7). Nilai MOR dihitung dengan persamaan:

Keterangan : MOR : modulus patah (kgf/cm2) P : beban maksimum (kgf) L : jarak sangga (cm) b : lebar contoh uji (cm) h : tebal contoh uji (cm)

(a) (b)

Gambar 7 Pengujian destruktif dengan menggunakan alat UTM Instron tipe 3369 : (a) proses pengujian dan (b) bentuk kerusakan contoh uji

3.6 Analisis Data

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif sederhana untuk mencari nilai rata-rata dan rancangan percobaan berupa Rancangan Acak Lengkap Faktorial 2 faktor yang terdiri dari faktor A dan faktor B. Faktor A merupakan ukuran partikel penyusun (halus, sedang, dan wol) dan faktor B merupakan kerapatan target (0,5; 0,8 dan 1,0 g/cm3) pada semua jenis kayu. Setiap jenis kayu (sengon, afrika, dan mangium) mempunyai persamaan faktorial masing-masing:

Yijk = μ + αi + βj + (αβ)ij+ εijk Keterangan :

i = ukuran partikel (halus, sedang, dan wol) ; j = kerapatan target (0,5; 0,8; dan 1,0); k = ulangan (1, 2, 3, dan 4). Yijk = nilai pengamatan pada papan partikel dari ukuran partikel

ke-i, kerapatan target ke-j, dan ulangan ke-k. μ = rataan umum

αi = pengaruh ukuran partikel penyusun βj = pengaruh perbedaan kerapatan target

(αβ)ij = interaksi antara partikel penyusun dan kerapatan target ε(ijk) = kesalahan percobaan pada ukuran partikel ke-i,

kerapatan target ke-j, dan ulangan ke-k

Analisis ragam pada selang kepercayaan 95% dilakukan untuk mencari pengaruh perlakuan terhadap nilai pengamatan. Jika hasil analisis tersebut menunjukkan hasil yang signifikan, maka dilakukan uji lanjut Duncan untuk melihat pengaruh yang berbeda nyata dari ukuran partikel dan kerapatan target.

Analisis regresi linear sederhana digunakan untuk mengetahui hubungan hasil pengujian nondestruktif dengan hasil pengujian destruktif pada papan partikel. Persamaan yang digunakan adalah :

Ŷ= α + βx+ε Keterangan :

Ŷ = peubah tak bebas (nilai dugaan)

α = konstanta regresi

β = kemiringan / gradient

x = nilai peubah bebas

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sifat Fisis Papan Partikel 4.1.1 Kerapatan Papan Partikel

Kerapatan papan partikel merupakan perbandingan antara berat dan volume kering udara papan partikel. Bowyer et al. (2003) menyatakan nilai kerapatan sangat tergantung pada kerapatan kayu asal yang digunakan dan besarnya tekanan kempa yang diberikan selama pembuatan lembaran. Sifat papan yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh kerapatan, karena kerapatan akan mempengaruhi penggunaan produk tersebut.

Gambar 8 Kerapatan papan partikel pada berbagai jenis kayu dan kerapatan target Pada Gambar 8 menunjukkan papan partikel yang dihasilkan mempunyai nilai yang berkisar antara 0,41–0,91 g/cm3. Papan partikel yang disusun oleh partikel halus memiliki nilai rata-rata kerapatan tertinggi untuk ketiga kerapatan target 0,5; 0,8; dan 1,0 g/cm3 secara berurutan adalah papan partikel dari jenis sengon dengan nilai 0,51 g/cm3, sengon dan mangium mempunyai nilai kerapatan 0,68 g/cm3, dan sengon 0,91 g/cm3. Nilai kerapatan tertinggi pada partikel penyusun sedang untuk kerapatan target 0,5 g/cm3 adalah papan partikel kayu afrika dengan nilai 0,48 g/cm3 sedangkan untuk sasaran kerapatan 0,8 g/cm3 dan

1,0 g/cm3 papan partikel dari kayu sengon mendominasi dengan nilai masing- masing 0,71 dan 0,88 g/cm3. Papan partikel yang dibuat dari sengon yang disusun oleh partikel wol juga mempunyai nilai kerapatan tertinggi pada kerapatan target 0,8 dan 1,0 g/cm3 dengan nilai 0,53 dan 0,88 g/cm3, sedangkan untuk kerapatan target 0,5 g/cm3 papan partikel kayu afrika memiliki nilai kerapatan yang lebih tinggi dari pada kayu sengon dan mangium dengan nilai kerapatan 0,85 g/cm3. Kelly (1997) diacu dalam Yusfiandita (1998) menyatakan bahwa kerapatan akhir papan partikel dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis kayu (kerapatan kayu), besarnya tekanan kempa, jumlah partikel kayu dalam lapik, kadar perekat serta bahan tambahan lainnya.

Pada berbagai tingkat kerapatan target, papan partikel yang terbuat dari kayu sengon umumya mempunyai kerapatan tertinggi dibandingkan papan partikel yang dibuat dari kayu afrika dan mangium, hal ini dikarenakan nilai compression ratio kayu segon yang lebih besar dibandingkan kayu afrika dan mangium. Menurut Maloney (1993) nilai compression ratio yang lebih besar dari 1,3 mutu papan partikel yang dihasilkan mempunyai kualitas yang baik karena pada kondisi tersebut proses pengempaan berjalan optimal, sehingga kontak antar partikel baik.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, kerapatan papan partikel dari semua jenis kayu yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan kerapatan target yang diinginkan, hal ini diduga karena penyebaran partikel saat pengempaan yang tidak menyebar merata dan terlalu melebar akibat pemasangan plat besi hanya pada dua sisi saja. Secara keseluruhan, partikel penyusun wol mempunyai kerapatan yang paling rendah dibandingkan partikel penyusun halus dan sedang pada perbedaan tingkat kerapatan. Hal ini diduga, partikel penyusun wol jauh lebih panjang dan tipis dibandingkan partikel halus dan sedang sehingga mempengaruhi jumlah serta komposisi kekompakan dalam setiap papan partikel yang dihasilkan. Selain itu, teknik pemberian perekat yang berbeda antara partikel wol dengan partikel halus dan sedang. Penyemprotan perekat pada partikel halus dan sedang dilakukan di dalam rotary blender sedangkan penyemprotan partikel wol dilakukan secara manual (di atas terpal) sehingga menyebabkan bahan baku wol ada yang hilang

(keluar dari terpal) saat dilakukan penyemprotan perekat dengan menggunakan spray gun.

4.1.2 Kadar Air Papan Partikel

Kadar air merupakan salah satu sifat fisis papan yang menunjukan kandungan air papan dalam keadaan kesetimbangan dengan lingkungan sekitar terutama kelembaban udara. Kadar air didefinisikan sebagai berat air yang dinyatakan sebagai persen berat kayu bebas air atau kering tanur, nilai kadar air papan partikel dipengaruhi oleh kadar air bahan baku partikel sebelum dikempa panas, jumlah air yang terkandung dalam perekat, dan jumlah uap air yang keluar dari dalam papan saat dikempa panas (Bowyer et al. 2003). Menurut Tsoumis (1991) sifat higroskopis kayu disebabkan oleh komposisi kimia, terutama adanya gugus OH bebas dalam rantai molekul selulosa, juga oleh adanya komponen- komponen hidrofil lainnya seperti zat pectin dan hemiselulosa. Nilai kadar air ini juga mempengaruhi kecepatan rambatan gelombang suara dan kekuatan papan panel. Nilai optimum kadar air untuk mendapatkan kecepatan rambatan gelombang suara yang paling baik untuk menentukan nilai MOE pada saat kadar air suatu produk berkisar antara 0-9% (Han et al.2006).

Nilai kadar air hasil pengujian (Gambar 9) untuk papan partikel dari kayu sengon yang berkisar antara 8,29-11,12%, jenis afrika berkisar 8,15-10,43%, dan nilai kadar air untuk papan partikel mangium berkisar 7,97-10,24%. Hasil analisis ragam pada selang kepercayaan 95% pada Tabel 3 menunjukkan interaksi antara partikel peyusun dengan kerapatan target memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai kadar air papan partikel sengon dan kayu afrika. Sedangkan papan partikel mangium interaksi keduanya tidak berbeda nyata, hanya pengaruh mandiri kerapatan target yang memberikan pengaruh nyata terhadap nilai kadar air. Dari keseluruhan jenis kayu penyusun, kadar air terendah terdapat pada papan partikel yang terbuat dari kayu afrika yang disusun oleh partikel wol dengan nilai 7,97% sedangkan nilai kadar air tertinggi terdapat pada papan partikel sengon yang disusun oleh partikel wol 11,12% (Gambar 9). Papan partikel yang digunakan pada penelitian ini memenuhi standar JIS A 5908 : 2003 yang menyaratkan nilai kadar air berkisar antara 5-13%.

Tabel 3 Ringkasan analisis varian (ANOVA) pengaruh dari ukuran partikel dan kerapatan target terhadap nilai kadar air, SWV, MOEd, MOEs dan MOR

Jenis

Sumber Nilai p

Kayu Kadar air SWV MOEd MOEs MOR

Sengon

Ukuran partikel (A) 0,042** 0,000** 0,032** 0,412 ts 0,000** Kerapatan target (B) 0,105 ts 0,000** 0,000** 0,000** 0,000** A x B 0,000** 0,000** 0,160 ts 0,139 ts 0,000** Afrika

Ukuran partikel (A) 0,001** 0,000** 0,000** 0,000** 0,000** Kerapatan target (B) 0,000** 0,000** 0,000** 0,000** 0,000** A x B 0,000** 0,000** 0,001** 0,048** 0,000 ** Mangium

Ukuran partikel (A) 0,190 ts 0,000** 0,000** 0,039** 0,002** Kerapatan target (B) 0,000** 0,000** 0,000** 0,000** 0,000** A x B 0,232 ts 0,001** 0,000** 0,045** 0,034**

** = memberikan pengaruh yang nyata pada selang kepercayaan 95%, ts = tidak memberikan pengaruh yang nyata pada selang kepercayaan 95%

4.1.3 Kecepatan Rambatan Gelombang Suara (Stress wave velocity, SWV) Kecepatan rambatan gelombang suara dipengaruhi oleh sifat-sifat medium yang dilalui (Trisnobudi 2006). Betchel (1986) menyatakan semakin tinggi waktu yang dibutuhkan gelombang suara untuk merambat suatu medium maka produk tersebut mempunyai kualitas yang rendah dan begitu juga sebaliknya, jika waktu

perambatan gelombang suara cepat pada medium maka produk tersebut mempunyai kualitas yang baik.

Gambar 10 Kecepatan rambatan gelombang suara papan partikel pada berbagai jenis kayu dan kerapatan target

Hasil penelitian yang disajikan pada Gambar 10 menunjukkan nilai SWV papan partikel dari jenis kayu sengon meningkat seiring dengan meningkatnya ukuran partikel yang digunakan pada berbagai tingkat kerapatan target. Pada papan partikel afrika nilai SWV juga meningkat dengan meningkatnya ukuran partikel yang digunakan namun hanya pada kerapatan target 0,5 dan 0,8 g/cm3 sedangkan pada target kerapatan 1,0 g/cm3 nilai SWV partikel penyusun sedang lebih tinggi di bandingkan nilai SWV penyusun wol. Hal ini diduga pada pembuatan papan wol dari kayu afrika masih banyaknya terdapat debu yang menempel pada papan partikel yang dihasilkan sehingga menyebabkan kecepatan rambatan gelombang suaranya melambat/lebih rendah. Papan partikel yang dibuat dari kayu mangium juga menunjukkan peningkatan SWV dengan semakin besarnya ukuran partikel yang digunakan pada kerapatan target 0,5 dan 1,0 g/cm3 namun pada kerapatan target 0,8 g/cm3 nilai SWV dari partikel halus lebih tinggi dibandingkan partikel sedang.

Secara keseluruhan nilai SWV partikel penyusun wol lebih besar dibandingkan partikel sedang dan halus pada tingkat kerapatan yang berbeda dari semua jenis kayu yang digunakan. Hal ini diduga semakin besar ukuran partikel

maka semakin sedikit jumlah partikel penyusun untuk membentuk papan partikel dalam kerapatan yang sama sehingga semakin sedikit arah serat-serat yang saling tegak lurus yang memudahkan pengiriman gelombang suara. SWV semakin cepat dengan peningkatan kerapatan target yang digunakan yang diduga semakin tinggi kerapatan maka semakin padat medium yang dilalui sehingga memudahkan SWV untuk merambat. Menurut Han et al. (2006) kecepatan rambatan gelombang suara pada papan partikel mempunyai nilai rata-rata sebesar 1500 m/d. Adanya perbedaaan nilai kecepatan rambatan gelombang suara yang dihasilkan dalam penelitian yang didapat diduga karena perbedaan kerapatan, partikel penyusun, serta jenis kayu yang digunakan.

Hasil sidik ragam pada selang kepercayaan 95% (Tabel 3) menunjukkan interaksi ukuran partikel dengan kerapatan target memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai SWV pada semua jenis kayu. Uji lanjut duncan (Lampiran 3) menunjukkan papan partikel dengan kerapatan target 1,0 g/cm3 yang disusun oleh partikel wol mempunyai nilai SWV tertinggi pada semua jenis kayu.

4.2 Sifat Mekanis Papan Partikel

4.2.1 Modulus elastisitas Dinamis (MOEd)

Modulus elastisitas dinamis (MOEd) papan partikel merupakan hasil pendugaan sifat-sifat papan partikel dengan menggunakan pendekatan yang didapatkan nilainya tanpa merusak contoh uji. Papan partikel yang dihasilkan mempunyai nilai MOEd yang berkisar antara 4808–43775 kgf/cm2 (Gambar 11). Nilai MOEd tertinggi untuk keseluruhan papan partikel pada kerapatan target 0,5 dan 0,8 g/cm3 yaitu papan partikel dari kayu afrika yang disusun oleh partikel wol dengan nilai masing-masing 14965 dan 20998 kgf/cm2, sedangkan untuk kerapatan target 1,0 g/cm3 nilai MOEd tertinggi dimiliki oleh partikel penyusun wol dari jenis mangium dengan nilai 43775 kgf/cm2.

Gambar 11 Modulus elastisitas dinamis papan partikel pada berbagai jenis kayu dan kerapatan target

Hasil penelitian yang didapat menunjukkan semakin besar kerapatan papan partikel maka semakin besar nilai modulus elastisitas dinamis. Berdasarkan hasil sidik ragam selang kepercayaan 95% (Tabel 3) nilai MOEd papan partikel dari kayu afrika dan mangium dipengaruhi oleh ukuran partikel dan kerapatan target, serta interaksi keduanya yang menunjukkan nilai MOEd berbeda nyata. Uji lanjut duncan (Lampiran 4) menunjukkan interaksi antara kerapatan target 1,0 g/cm3 yang disusun oleh partikel wol memiliki nilai MOEd yang lebih tinggi dibandingkan interaksi lainnya pada papan partikel dari jenis kayu afrika dan mangium. Pada papan partikel sengon nilai modulus elastisitas dinamis (MOEd) hanya berbeda nyata pada perlakuan tunggal (ukuran partikel dan kerapatan target) yang digunakan, namun tidak berbeda nyata pada interaksi keduanya (kerapatan target dan ukuran partikel). Uji lanjut duncan pada Lampiran 4 menunjukkan pada papan partikel sengon, faktor tunggal kerapatan target 1,0 g/cm3 dan partikel penyusun wol memiliki nilai tertinggi, namun interaksi kerapatan target 1,0 g/cm3 dengan partikel halus, sedang, dan wol tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap nilai MOEd. Hal ini diduga pada papan partikel dari kayu sengon terjadi penurunan kerapatan yang cukup tinggi pada partikel penyusun wol dibandingkan dengan partikel penyusun sedang dan halus yang menyebabkan nilai MOEd hampir sama pada setiap ukuran partikel yang digunakan.

4.2.2 Modulus Elastisitas Statis (MOEs)

Maloney (1993) menyatakan modulus elastisitas statis merupakan ukuran kemampuan papan partikel mempertahankan perubahan bentuk akibat beban sampai pada batas proporsi yang menunjukkan sifat elastisitas bahan, semakin tinggi nilai MOEs maka papan partikel akan semakin tahan terhadap perubahan bentuk.

Gambar 12 Modulus elastisitas statis papan partikel pada berbagai jenis kayu dan kerapatan target

Gambar 12 menunjukkan papan partikel yang dihasilkan mempunyai nilai MOEs berkisar antara 2560-43647 kgf/cm2. Berdasarkan partikel penyusun, partikel halus dari jenis sengon mempunyai nilai rata-rata MOEs tertinggi pada ketiga kerapatan target 0,5; 0,8 dan 1,0 g/cm3 dengan nilai masing-masing 7028, 14716, dan 32726 kgf/cm2. Hal ini diduga karena papan partikel dari jenis kayu sengon mempunyai nilai compression ratio yang lebih besar dibandingkan kayu afrika dan mangium, karena pada kondisi tersebut proses pengempaan berjalan optimal sehingga kontak antar partikel baik (Maloney 1993). Pada partikel penyusun sedang, papan partikel dari kayu afrika mempunyai nilai MOEs tertinggi pada kerapatan target sasaran 0,5 g/cm3 dan 0,8 g/cm3 dengan nilai 74285 kgf/cm2 dan 17437 kgf/cm2, sedangkan nilai MOEs tertinggi untuk kerapatan target 1,0 g/cm3 dimiliki papan partikel sengon dengan nilai 37623

kgf/cm2. Papan partikel yang disusun oleh partikel wol, nilai rata-rata yang paling tinggi pada kerapatan target 0,5;0,8 dan1,0 g/cm3 secara berurutan papan partikel dari jenis kayu sengon dan afrika memiliki nilai 14740 kgf/cm2, papan partikel dari jenis kayu afrika dengan nilai 17582 kgf/cm2, kemudian papan partikel mangium 43647 kgf/cm2.

Berdasarkan hasil analisis ragam selang kepercayaan 95% pada Tabel 3 menunjukkan interaksi antara ukuran partikel dan kerapatan target pada papan partikel dari jenis kayu afrika dan mangium memberikan nilai yang berbeda nyata terhadap nilai modulus elastisitas statis. Sementara itu, papan partikel sengon nilai MOEs yang dihasilkan hanya berbeda nyata pada perlakuan kerapatan target. Uji lanjut duncan pada Lampiran 5 menunjukkan partikel penyusun wol dengan kerapatan target 1,0 g/cm3 mempunyai nilai MOEs tertinggi dibandingkan interaksi lainnya pada papan partikel dari jenis kayu mangium. Sedangkan untuk papan partikel dari jenis kayu afrika interaksi antara kerapatan target 1,0 g/cm3 dan partikel penyusun wol maupun partikel penyusun sedang memberikan nilai MOEs tertinggi. Namun hal ini tidak berlaku pada papan partikel dari jenis kayu penyusun sengon karena interaksi antara partikel penyusun wol dengan kerapatan target 1,0 g/cm3 nilai MOEs yang dihasilkan hampir seragam dengan interaksi antara kerapatan target 1,0 g/cm3 dengan partikel penyusun sedang maupun halus. Faktor tunggal kerapatan target 1,0 g/cm3 memberikan nilai MOEs yang paling tinggi dibandingkan kerapatan target 0,5 g/cm3 dan 0,8 g/cm3.

Nilai modulus elastisitas statis yang didapatkan dari kayu sengon berbeda dengan pernyataan Bowyer et al. (2003) yang menyatakan bahwa partikel ideal untuk mengembangkan kekuatan dan stabilitas dimensi adalah partikel serpih tipis dengan ketebalan seragam yang memiliki perbandingan tebal ke panjang yang tinggi. Hal ini diduga karena penurunan kerapatan yang besar dari kerapatan target yang diinginkan pada partikel penyusun wol sehingga menyebabkan kekompakan partikel yang kurang baik. Hasil yang didapatkan (Gambar 12) menunjukkan semakin besar kerapatan papan partikel yang dihasilkan maka semakin besar pula nilai modulus elastisitas statis. Hal ini diduga karena semakin besar kerapatan maka semakin padat dan semakin kompak partikel yang meminimalkan ronga-ronga kosong pada papan partikel sesuai dengan pernyataan

Bowyer et al. (2003) semakin tinggi kerapatan papan partikel penyusunnya maka akan semakin tinggi sifat mekanis lentur dari papan yang dihasilkan.

Dari hasil pengujian terhadap contoh uji diperoleh modulus elastisitas statis papan partikel pada kerapatan target 0,5 g/cm3 dan 0,8 g/cm3 tidak memenuhi standar JIS A 5908 : 2003 tipe 8 yang menyaratkan nilai MOEs harus lebih besar dari 20400 kgf/cm2, sedangkan contoh uji papan partikel yang mempunyai kerapatan target 1,0 g/cm3 memenuhi standar JIS A 5908 : 2003 tipe 8 dan tipe 13 yang menyaratkan 20400 dan 25500 kgf/cm2, namun pada tipe 18 yang menyaratkan 30600 kgf/cm2, semua contoh uji memenuhi standar kecuali partikel penyusun halus dari kayu afrika yang hanya memiliki nilai MOEs 29571 kgf/cm2.

4.2.3 Modulus Patah (MOR)

Bowyer et al. (2003) menyatakan bahwa modulus patah atau modulus of rupture adalah beban maksimum yang mampu ditahan oleh papan. Mengetahui nilai MOR papan partikel sangat penting karena berhubungan dengan keamanan dalam penggunaan baik sebagai komponen struktural maupun non struktural. Maloney (1993) menambahkan nilai MOR dipengaruhi oleh kandungan dan jenis bahan perekat yang digunakan, daya ikat perekat, dan ukuran partikel yang digunakan.

Gambar 13 Modulus patah papan partikel pada berbagai jenis kayu dan kerapatan target

Papan partikel yang dihasilkan mempunyai nilai MOR yang berkisar antara 18–495 kgf/cm2. Papan partikel yang disusun oleh partikel halus, nilai rata- rata MOR tertinggi semuanya dari jenis kayu sengon pada ketiga kerapatan target dengan nilai 80, 166, dan 352 kgf/cm2. Papan partikel yang disusun oleh partikel sedang mempunyai nilai rata-rata MOR tertinggi untuk kerapatan target 0,5 dan 0,8 g/cm3 adalah papan partikel dari sengon dengan nilai MOR 72 dan 186 kgf/cm2 sedangkan papan partikel dari jenis kayu afrika mempunyai nilai MOR tertinggi pada kerapatan target sasaran1,0 g/cm3 dengan nilai 378 kgf/cm2. Untuk partikel penyusun wol, nilai MOR tertinggi tersebar merata dari ketiga jenis kayu yang digunakan yaitu untuk kerapatan target 0,5; 0,8 dan 1,0 g/cm3 secara berurutan papan partikel yang terbuat dari jenis kayu sengon, afrika, dan mangium dengan nilai MOR masing-masing 167, 225, dan 495 kgf/cm2 (Gambar 13).

Secara keseluruhan papan partikel dari kayu sengon mempunyai nilai modulus patah tertinggi dibandingkan papan partikel dari kayu afrika dan mangium untuk setiap perlakuan ukuran partikel. Hal ini diduga karena nilai compression ratio dari kayu sengon lebih besar dari kayu afrika dan mangium. Sedangkan pengaruh dari ukuran partikel yang digunakan, papan partikel yang disusun oleh partikel wol memiliki nilai MOR yang paling tinggi dibandingkan partikel sedang dan halus. Diduga karena partikel wol memiliki perbandingan antara panjang dengan tebal partikel yang digunakan (slenderness ratio) mempunyai nilai yang paling besar sesuai dengan pernyatan Bowyer et al. (2003) bahwa partikel ideal untuk mengembangkan kekuatan dan stabilitas dimensi adalah partikel serpih tipis dengan ketebalan seragam dengan perbandingan tebal ke panjang yang tinggi. Hasil penelitian yang didapatkan juga menunjukkan semakin tinggi nilai kerapatan maka semakin tinggi pula nilai modulus patah papan partikel dari semua jenis kayu yang digunakan. Sesuai dengan pernyataan Bowyer et al. (2003) yang menyatakan semakin tinggi kerapatan papan partikel maka akan semakin tinggi sifat mekanis lentur dari papan yang dihasilkan.

Hasil sidik ragam pada Tabel 3 menunjukkan interaksi antara ukuran partikel dengan perbedaan kerapatan target memberikan nilai yang berbeda nyata terhadap nilai modulus patah pada selang kepercayaan 95% dari semua jenis kayu yang digunakan. Uji lanjut duncan (Lampiran 6) menunjukkan kerapatan target

1,0 g/cm3 dengan partikel penyusun wol mempunyai nilai MOR yang paling tinggi pada papan partikel kayu sengon dan mangium sedangkan papan partikel dari kayu afrika kerapatan target 1,0 g/cm3 dengan partikel penyusun wol maupun partikel penyusun sedang sama-sama memiliki nilai MOEs tertinggi.

Standar JIS A 5908 : 2003 tipe 8, tipe 13, dan tipe 18 yang menyaratkan nilai MOR harus lebih besar dari 83, 133, dan 184 kgf/cm2. Papan partikel dengan kerapatan target 0,5 g/cm3 yang memenuhi standar tipe 8 adalah partikel halus dari jenis kayu afrika, partikel penyusun wol dari jenis kayu afrika dan sengon. Sedangkan papan partikel dengan kerapatan target 0,8 g/cm3 dan 1,0 g/cm3 semuanya memenuhi standar tipe 8 kecuali partikel penyusun sedang dari jenis kayu afrika. Papan partikel dengan kerapatan target 0,5 g/cm3 yang memenuhi standar tipe 13 yaitu partikel penyusun wol dari jenis kayu sengon dan afrika dengan nilai MOR masing-masing 167 dan 153 kgf/cm2 sedangkan untuk kerapatan target 0,8 g/cm3 yang memenuhi standar tipe 13 adalah papan partikel yang disusun oleh partikel penyusun halus dari jenis kayu sengon dan mangium, partikel penyusun sedang dari jenis sengon, dan partikel penyusun wol dari semua jenis kayu yang digunakan. Untuk kerapatan target 1,0 g/cm3 semua contoh uji papan partikel memenuhi standar JIS A 5908 yang menyaratkan nilai MOR lebih besar dari 133 kgf/cm2. Pada tipe 18 untuk kerapatan target 0,8 g/cm3 hanya papan partikel yang disusun oleh partikel wol dari jenis sengon dan afrika yang

Dokumen terkait