• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PROGRAM KEGIATAN A. Hasil Yang Telah Dicapai

C. Monev Capaian Perjanjian Kinerja

Dari perjanjian kinerja tahun 2021 yang telah ditetapkan, capaian target indikator kinerja dari masing-masing sasaran strategis sampai dengan Triwulan IV Tahun 2021 adalah sebagai berikut:

45 Tabel 3.3 Capaian Perjanjian Kinerja Sampai Dengan Triwulan IV Tahun 2021

No. Sasaran Strategis (SS) Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Satuan Capaian % TUJUAN

1. Meningkatnya peran industri makanan, hasil laut dan perikanan dalam perekonomian nasional

1. Pertumbuhan PDB industri makanan, hasil laut dan perikanan

4,00 % 2,97 *) 74,31

2. Kontribusi PDB industri makanan, hasil laut dan perikanan terhadap PDB nasional

6,74 % 6,74 *) 100

PERSPEKTIF STAKEHOLDER 1. Meningkatnya daya

saing dan kemandirian industri makanan, hasil laut dan perikanan

1.

Utilisasi sektor industri makanan, hasil laut dan

perikanan 67,01 % 66,19 **) 98,78

1. Penguatan Implementasi Making Indonesia 4.0 di sektor industri makanan, hasil laut dan perikanan 1.

Jumlah perusahaan dengan nilai Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0) > 3.0 di sektor industri

makanan, hasil laut dan perikanan

6 Perusah

aan 3 50

2. Meningkatnya

kemampuan industri barang dan jasa dalam negeri sektor industri makanan, hasil laut dan perikanan dalam negeri

makanan, hasil laut dan perikanan

46 No. Sasaran Strategis (SS) Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Satuan Capaian % makanan, hasil laut dan

perikanan

makanan, hasil laut dan perikanan

5,09 % 47,78 ***) 938,7

3.

Kontribusi ekspor produk industri

makanan, hasil laut dan perikanan terhadap hasil laut dan perikanan terhadap PDB sektor

PERSPEKTIF LEARN & GROWTH 1. Meningkatnya kualitas

perencanaan,

penyelenggaraan dan evaluasi program kegiatan pada Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan

Ket : Data diperoleh dari BPS yang diolah Pusdatin Kementerian Perindustrian

*) data sangat sementara yang didapat s/d triwulan III 2021

**) data berdasarkan input IOMKI perusahaan per Oktober 2021

47

***) data berdasarkan capaian s/d bulan Oktober 2021

• Tujuan

1. Meningkatnya peran industri makanan, hasil laut dan perikanan dalam perekonomian nasional

Indikator Kinerja :

1) Pertumbuhan PDB industri makanan, hasil laut dan perikanan dengan target 4,00%. Berdasarkan data dari BPS nilai pertumbuhan industri makanan dan minuman yang paling terbaru dan sudah tersedia adalah pada periode triwulan III tahun 2021 yaitu mencapai 2,97, maka capaian indikator ini sebesar 74,31%. Pertumbuhan pada triwulan III menunjukkan tren yang positif yaitu meningkat bila dibandingkan dengan triwulan II tahun 2021 yang hanya sebesar 2,7%. Tren tersebut diharapkan dapat terus meningkat seriring dengan semakin banyaknya stimulus kebijakan yang telah dikeluarkan pemerintah serta kembali bangkitnya roda perekonomian Indonesia, sehingga diprediksi target tahunan sebesar 4% di akhir tahun 2021 ini dapat tercapai.

2) Kontribusi PDB industri makanan, hasil laut dan perikanan terhadap PDB nasional dengan target 6,74%. Berdasarkan data PDB yang dirilis secara resmi oleh BPS, data yang tersedia adalah sampai dengan periode triwulan III tahun 2021 nilai kontribusi PDB industri makanan dan minuman pada triwulan III tahun 2021 sebesar 6,74% dengan capaian indikator 100%. Hal ini menunjukkan bahwa Industri Makanan dan Minuman memiliki peranan yang cukup tinggi, kontribusi tersebut juga meningkat dibandingkan nilai kontribusi pada triwulan II tahun 2021 sebesar 6,66%. Diprediksi target yang diperjanjkan sebesar 6,74% dapat dapat dicapai dan dipertahankan sepanjang tahun 2021.

• Perspektif Pemangku Kepentingan

1. Meningkatnya daya saing dan kemandirian industri makanan, hasil laut dan perikanan

48 Indikator Kinerja :

1) Utilisasi sektor industri makanan, hasil laut dan perikanan sebesar 67,01%.

Sampai dengan triwulan IV tahun 2021, data utlisasi yang digunakan adalah data dari input pelaporan IOMKI perusahaan sampai dengan Bulan November tahun 2021. Nilai utilisasi industri makanan menurut data IOMKI tersebut adalah sebesar 66,19. Nilai utilisasi pada Bulan November ini terhitung yang palling rendah jika dibandingkan dengan utilisasi dari Bulan Mei sampai dengan Bulan Oktober 2021. Akan tetapi nilai ini tidak terpaut jauh dari target yang telah ditentukan dan cenderung masih bersifat fluktuatif di kisaran 66 – 68%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai utilisasi ini merupakan capaian yang baik jika dibandingkan dengan sektor industri lain. Capaian untuk indikator ini sebesar 98,78%.

2) Nilai realisasi investasi industri makanan, hasil laut dan perikanan 49,55 Triliun Rupiah. Sampai dengan triwulan III tahun 2021, dari data yang didapatkan dari BKPM dan telah diolah oleh tim pusdatin, nilai realisasi investasi sektor industri makanan, hasil laut dan perikanan mencapai 46,53 triliun rupiah atau capaiannya sebesar 93,9% dari target yang telah diperjanjikan. Besaran tersebut terdiri atas PMA (Penanaman Modal Asing) sebesar 1,95 Miliar USD dan PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) sebesar 18 triliun rupiah. Bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2020 yang mencapai 37,19 triliun rupiah, maka telah terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Berdasarkan hal tersebut, serta dampak dari pemberlakuan UU Cipta Kerja, maka dapat diprediksi bahwa target yang diperjanjikan dapat tercapai sebelum akhir tahun 2021.

2. Penguatan Implementasi Making Indonesia 4.0 di sektor industri makanan, hasil laut dan perikanan

Indikator Kinerja :

1) Jumlah perusahaan dengan nilai Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0) > 3.0 di sektor industri makanan, hasil laut dan perikanan sebanyak 6 Perusahaan. Sampai dengan triwulan IV 2021, jumlah

49 perusahaan yang telah melakukan assesment dan mendapatkan nilai pengukuran INDI 4.0 lebih dari 3 adalah sebanyak 3 perusahaan yaitu PT.

Kebun Tebu Mas, PT. Pacific Medan Industri, dan Unilever Indonesia, sehingga capaian indikator ini sebesar 50%. Pengukuran nilai INDI 4.0 baru dapat dilakukan pada saat pelaksanaan bimbingan teknis maupun pendampingan perusahaan. Sedangkan kegiatan tersebut baru dapat dilakukan pada akhir tahun karena masih terkendala dengan pandemi covid-19 sehingga masih membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencapai target tersebut. Kemungkinan pada tahun 2022 target tersebut dapat tercapai.

3. Meningkatnya kemampuan industri barang dan jasa dalam negeri sektor industri makanan, hasil laut dan perikanan dalam negeri

Indikator Kinerja :

1) Persentase nilai capaian penggunaan produk dalam negeri dalam pengadaan barang dan jasa Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan sebesar 75%. Sampai dengan triwulan IV tahun 2021 berdasarkan data yang diperoleh dari sistem intranew rekap pengadaan barang dan jasa di direktorat industri makanan, hasil laut dan perikanan adalah sebesar 97,5%. Sehingga capaian indikator ini sebesar 130%.

Mayoritas pengadaan adalah jasa tim survey dan analisa untuk kegiatan verifikasi dan sisanya adalah pengadaan mesin untuk pembangunan industri kitin, kitosan dan glukosamin produksi dalam negeri.

2) Substitusi impor produk industri makanan, hasil laut dan perikanan sebesar 22%. Dari data yang diperoleh dari tim pusdatin Kemenperin dan telah diolah kembali oleh Subdit Teknis pembina komoditi yang termasuk dalam substitusi impor, dari periode Bulan Januari sampai dengan Bulan Oktober tahun 2021 nilai substitusi impor komoditi pati jagung, sirop glukosa dan sirop fruktosa masing – masing adalah sebesar 44%, 32%, dan 74%

dengan rata – rata ketiganya yaitu 45%. Sehingga target substitusi impor sebesar 22% tersebut tercapai dengan nilai capaian 204,55%.

50 3) Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) (rerata tertimbang) produk industri makanan, hasil laut, dan perikanan sebesar 58,91%. Sampai dengan triwulan IV tahun 2021 dengan data rekapitulasi sertifikat TKDN sektor industri makanan yang diperoleh dari website

”tkdn.kemenperin.go.id” didapatkan nilai rerata tertimbang TKDN sektor industri makanan sebesar Sehingga capaian sebesar 64,86% dengan capaian sebesar 110,11%. Dapat disimpulkan bahwa dengan target yang telah tercapai tersebut menunjukkan produk – produk yang dihasilkan perusahaan dari sektor industri makanan sebagian besar sudah menerapkan konsep TKDN di dalam produk mereka. Kedepannya dapat ditingkatkan dari jumlah perusahaan yang melakukan input pada website tersebut agar nilai rerata tertimbang yang didapatkan semakin akurat dan mewakili sektor industri makanan.

4. Meningkatnya penguasaan pasar industri makanan, hasil laut dan perikanan Indikator Kinerja :

1) Nilai ekspor produk industri makanan, hasil laut dan perikanan sebesar 23,96 Miliar USD. Sampai dengan Bulan November 2021, nilai ekspor produk industri makanan mencapai 40,64 Miliar USD, nilai ini meningkat dibanding periode bulan yang sama pada tahun 2020 (c-to-c) yaitu 27,5 Mlilar USD sehingga capaian indikator ini sebesar 169,62% dan dapat disimpulkan bahwa nilai ekspor ini sudah memenuhi target yang telah diperjanjikan. Tren positif nilai ekspor industri makanan paling besar disumbang oleh minyak kelapa sawit dan produk olahan ikan dan udang yang sedang naik jumlah penjualannya sehingga berdampak pada meningkatnya nilai ekspor walaupun masih dalam kondisi pandemi covid-19, dan diharapkan nilai ekspor ini dapat terus tumbuh postif sepanjang tahun 2021.

2) Pertumbuhan ekspor produk industri makanan, hasil laut dan perikanan sebesar 5,09%. Sampai dengan Bulan November 2021, nilai ekspor produk industri makanan mencapai 40,64 miliar USD. Bila dibandingkan dengan nilai ekspor tahun sebelumnya pada periode yang sama mencapai 27,5

51 miliar USD, didapatkan nilai pertumbuhan ekspor sebesar 47,78% (c-to-c).

Sehingga capaian indikator ini mencapai 938,7%. Dapat dilihat dari nilai dan capaian pertumbuhan ekspor industri makanan tumbuh positif yang menunjukkan bahwa semakin membaiknya kekuatan dan daya saing industri makanan dalam negeri untuk melakukan ekspor dan memasuki pasar luar negeri. Selain itu juga adanya kebijakan insentif dan kemudahan mobilitas industri termasuk salah satu yang membuat industri dapat bertahan dari dampak pandemi covid-19.

3) Kontribusi ekspor produk industri makanan, hasil laut dan perikanan terhadap total ekspor sebesar 15,47%. Sampai dengan Bulan November 2021, dari press release BPS nilai ekspor nasional mencapai 209,16 miliar USD, dari pembahasan poin sebelumnya dijelaskan bahwa nilai ekspor industri makanan periode Januari-November 2021 mencapai 40,64 Miliar USD. Sehingga jika dilakukan perhitungan proporsi didapatkan nilai kontribusi ekspor industri makanan terhadap nilai total ekspor sebesar 19,43% dengan capaian indikator sebesar 125,6%. Meskipun kontribusi ekspor ini tergolong besar jika dibandingkan dengan sektor industri pengolahan non migas yang lain, kontribusi ekspor industri makanan tentunya banyak disumbang oleh ekspor CPO (Minyak kelapa sawit) yang masih menjadi salah satu komoditi primadona industri agro. Sampai saat ini sudah banyak upaya baik dari segi fiskal maupun non fiskal untuk meningkatkan ekspor dari komoditas yang lain agar sektor industri makanan tidak tergantunbg terus kepada minyak kelapa sawit dan masih dapat terus exist mempertahankan posisi sebagai salah satu penyumbang kontribusi ekspor terbesar.

4) Rasio impor bahan baku industri makanan, hasil laut dan perikanan terhadap PDB sektor industri non migas sebesar 3,35%. Berdasarkan data yang diperleh dari Pusdatin nilai impor bahan baku HS binaan direktorat industri makanan, hasil laut dan perikanan Bulan Januari sampai dengan Bulan September 2021 sebesar 85.701,42 miliar rupiah jika dilakukan pembagian terhadap nilai PDB industri non migas yang sebesar

52 2.184.483,7 miliar rupiah maka didapatkan nilai rasio impor bahan baku sektor industri makanan, hasil laut dan perikanan sebesar 3,92%, sehingga capaian indikator yaitu 85,39% belum mencapai target yang telah ditentukan. Hal ini merupakan capaian yang cukup baik mengingat semakin kecil rasio impor bahan baku terhadap PDB berarti semakin banyak pula industri bahan baku dalam negeri yang tumbuh dan merealisasikan investasinya. Dengan adanya program substitusi impor dan berbagai stimulus fiskal untuk mempermudah pembanguna industri maka diharapkan nilai rasio impor ini akan semakin menurun dan dapat mencapai target pada tahun 2022 mendatang.

• Perspektif Proses Internal

1. Terselenggaranya pengendalian dan pengawasan sektor industri makanan, hasil laut dan perikanan

Indikator Kinerja :

1) Pengendalian dan pengawasan industri di sektor industri makanan, hasil laut dan perikanan sebanyak 30 Perusahaan. Sampai dengan triwulan IV tahun 2021, kegiatan pengedalian dan pengawasan telah dilaksanakan di 28 perusahaan, dengan rincian 9 perusahaan terkait SNI wajib tepung terigu, 6 perusahaan terkait SNI wajib minyak goreng sawit, 6 perusahaan terkait SNI gula kristal rafinasi dan 7 perusahaan terkait verifikasi IUI.

Berdasarkan hal tersebut capaian indikator ini adalah sebesar 82,35%.

Target belum dapat tercapai dikarenakan kegiatan pengawasan ini baru dapat dilakukan pada awal akhir triwulan III akibat adanya pandemi covid-19.

• Perspektif Learn & Growth

1. Meningkatnya kualitas perencanaan, penyelenggaraan dan evaluasi program kegiatan pada Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan

Indikator Kinerja :

53 1) Tingkat kesesuaian rencana kerja dengan rencana strategis sebesar 95,7%. Sampai dengan triwulan IV tahun 2021, rencana kerja dan anggaran masih sesuai dengan Draft Renstra 2020-2024, sehingga capaian indikator ini sebesar 100%.

2) Nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan sebesar 78,2. Berdasarkan penilaian SAKIP tahun 2020, Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan mendapat nilai 75,79 dengan predikat BB, sehingga capaian pada indikator ini adalah sebesar 96,92%. Berdasarkan capaian tersebut, maka telah dilakukan perbaikan baik dari sisi kelengkapan administrasi maupun dari ketajaman isi dan analisis dokumen, sehingga diharapkan pada penilaian SAKIP berikutnya target tersebut dapat dicapai.

Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU):

1. Pertumbuhan PDB industri makanan, hasil laut dan perikanan dengan target 4,00 %.

Capaian :

Berdasarkan data dari BPS nilai pertumbuhan industri makanan dan minuman yang paling terbaru dan sudah tersedia adalah pada periode triwulan III tahun 2021 yaitu mencapai 2,97, maka capaian indikator ini sebesar 74,31%. Pertumbuhan pada triwulan III menunjukkan tren yang positif yaitu meningkat bila dibandingkan dengan triwulan II tahun 2021 yang hanya sebesar 2,7%. Tren tersebut diharapkan dapat terus meningkat seriring dengan semakin banyaknya stimulus kebijakan yang telah dikeluarkan pemerintah serta kembali bangkitnya roda perekonomian Indonesia, sehingga diprediksi target tahunan sebesar 4% di akhir tahun 2021 ini dapat tercapai.

2. Kontribusi PDB industri makanan, hasil laut dan perikanan terhadap PDB nasional dengan target 6,74%.

Capaian :

Berdasarkan data PDB yang dirilis secara resmi oleh BPS, data yang tersedia adalah sampai dengan periode triwulan III tahun 2021 nilai kontribusi PDB industri makanan dan minuman pada triwulan III tahun 2021 sebesar 6,74% dengan capaian indikator

54 100%. Hal ini menunjukkan bahwa Industri Makanan dan Minuman memiliki peranan yang cukup tinggi, kontribusi tersebut juga meningkat dibandingkan nilai kontribusi pada triwulan II tahun 2021 sebesar 6,66%. Diprediksi target yang diperjanjkan sebesar 6,74% dapat dapat dicapai dan dipertahankan sepanjang tahun 2021.

3. Utilisasi sektor industri makanan, hasil laut dan perikanan dengan target sebesar 67,01%.

Capaian:

Sampai dengan triwulan IV tahun 2021, data utlisasi yang digunakan adalah data dari input pelaporan IOMKI perusahaan sampai dengan Bulan November tahun 2021.

Nilai utilisasi industri makanan menurut data IOMKI tersebut adalah sebesar 66,19.

Nilai utilisasi pada Bulan November ini terhitung yang palling rendah jika dibandingkan dengan utilisasi dari Bulan Mei sampai dengan Bulan Oktober 2021.

Akan tetapi nilai ini tidak terpaut jauh dari target yang telah ditentukan dan cenderung masih bersifat fluktuatif di kisaran 66 – 68%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai utilisasi ini merupakan capaian yang baik jika dibandingkan dengan sektor industri lain. Capaian untuk indikator ini sebesar 98,78%.

4. Nilai realisasi investasi industri makanan, hasil laut dan perikanan dengan target sebesar 49,55 Triliun Rupiah

Capaian :

Sampai dengan triwulan III tahun 2021, dari data yang didapatkan dari BKPM dan telah diolah oleh tim pusdatin, nilai realisasi investasi sektor industri makanan, hasil laut dan perikanan mencapai 46,53 triliun rupiah atau capaiannya sebesar 93,9% dari target yang telah diperjanjikan. Besaran tersebut terdiri atas PMA (Penanaman Modal Asing) sebesar 1,95 Miliar USD dan PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) sebesar 18 triliun rupiah. Bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2020 yang mencapai 37,19 triliun rupiah, maka telah terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Berdasarkan hal tersebut, serta dampak dari pemberlakuan UU Cipta Kerja, maka dapat diprediksi bahwa target yang diperjanjikan dapat tercapai sebelum akhir tahun 2021.

55 5. Jumlah perusahaan dengan nilai Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0)

> 3.0 di sektor industri makanan, hasil laut dan perikanan dengan target sebanyak 6 perusahaan.

Capaian :

Sampai dengan triwulan IV 2021, jumlah perusahaan yang telah melakukan assesment dan mendapatkan nilai pengukuran INDI 4.0 lebih dari 3 adalah sebanyak 3 perusahaan yaitu PT. Kebun Tebu Mas, PT. Pacific Medan Industri, dan Unilever Indonesia, sehingga capaian indikator ini sebesar 50%. Pengukuran nilai INDI 4.0 baru dapat dilakukan setelah perusahaan mendapatkan bimbingan teknis manajer maupun awareness terkait industri 4.0. pelaksanaan bimbingan teknis dan pendampingan dilaksanakan akhir tahun dikarenakan adanya pandemi covid-19, sehingga kemungkinan target tersebut akan dicapai pada tahun 2022.

6. Persentase nilai capaian penggunaan produk dalam negeri dalam pengadaan barang dan jasa Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan dengan target sebesar 75%.

Capaian:

Sampai dengan triwulan IV tahun 2021 berdasarkan data yang diperoleh dari sistem intranew rekap pengadaan barang dan jasa di direktorat industri makanan, hasil laut dan perikanan adalah sebesar 97,5%. Sehingga capaian indikator ini sebesar 130%.

Mayoritas pengadaan adalah jasa tim survey dan analisa untuk kegiatan verifikasi dan sisanya adalah pengadaan mesin untuk pembangunan industri kitin, kitosan dan glukosamin produksi dalam negeri.

7. Substitusi impor produk industri makanan, hasil laut dan perikanan dengan target sebesar 22%.

Capaian:

Dari data yang diperoleh dari tim pusdatin Kemenperin dan telah diolah kembali oleh Subdit Teknis pembina komoditi yang termasuk dalam substitusi impor, dari periode Bulan Januari sampai dengan Bulan Oktober tahun 2021 nilai substitusi impor komoditi pati jagung, sirop glukosa dan sirop fruktosa masing – masing adalah sebesar 44%, 32%, dan 74% dengan rata – rata ketiganya yaitu 45%. Sehingga target substitusi impor sebesar 22% tersebut tercapai dengan nilai capaian 204,55%.

56 8. Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) (rerata tertimbang) produk industri

makanan, hasil laut, dan perikanan dengan target sebesar 58,91%

Capaian:

Sampai dengan triwulan IV tahun 2021 dengan data rekapitulasi sertifikat TKDN sektor industri makanan yang diperoleh dari website ”tkdn.kemenperin.go.id”

didapatkan nilai rerata tertimbang TKDN sektor industri makanan sebesar Sehingga capaian sebesar 64,86% dengan capaian sebesar 110,11%. Dapat disimpulkan bahwa dengan target yang telah tercapai tersebut menunjukkan produk – produk yang dihasilkan perusahaan dari sektor industri makanan sebagian besar sudah menerapkan konsep TKDN di dalam produk mereka. Kedepannya dapat ditingkatkan dari jumlah perusahaan yang melakukan input pada website tersebut agar nilai rerata tertimbang yang didapatkan semakin akurat dan mewakili sektor industri makanan.

9. Nilai ekspor produk industri makanan, hasil laut dan perikanan dengan target sebesar 23,96 Miliar USD.

Capaian :

Sampai dengan Bulan November 2021, nilai ekspor produk industri makanan mencapai 40,64 Miliar USD, nilai ini meningkat dibanding periode bulan yang sama pada tahun 2020 (c-to-c) yaitu 27,5 Mlilar USD sehingga capaian indikator ini sebesar 169,62% dan dapat disimpulkan bahwa nilai ekspor ini sudah memenuhi target yang telah diperjanjikan. Tren positif nilai ekspor industri makanan paling besar disumbang oleh minyak kelapa sawit dan produk olahan ikan dan udang yang sedang naik jumlah penjualannya sehingga berdampak pada meningkatnya nilai ekspor walaupun masih dalam kondisi pandemi covid-19, dan diharapkan nilai ekspor ini dapat terus tumbuh postif sepanjang tahun 2021.

10. Pertumbuhan ekspor produk industri makanan, hasil laut dan perikanan dengan target sebesar 5,09%.

Capaian :

Sampai dengan Bulan November 2021, nilai ekspor produk industri makanan mencapai 40,64 miliar USD. Bila dibandingkan dengan nilai ekspor tahun sebelumnya pada periode yang sama mencapai 27,5 miliar USD, didapatkan nilai pertumbuhan ekspor sebesar 47,78% (c-to-c). Sehingga capaian indikator ini mencapai 938,7%.

57 Dapat dilihat dari nilai dan capaian pertumbuhan ekspor industri makanan tumbuh positif yang menunjukkan bahwa semakin membaiknya kekuatan dan daya saing industri makanan dalam negeri untuk melakukan ekspor dan memasuki pasar luar negeri. Selain itu juga adanya kebijakan insentif dan kemudahan mobilitas industri termasuk salah satu yang membuat industri dapat bertahan dari dampak pandemi covid-19.

11. Kontribusi ekspor produk industri makanan, hasil laut dan perikanan terhadap total ekspor dengan target sebesar 15,47%.

Capaian :

Sampai dengan Bulan Novem 2021, dari press release BPS nilai ekspor nasional mencapai 209,16 miliar USD, dari pembahasan poin sebelumnya dijelaskan bahwa nilai ekspor industri makanan periode Januari-November 2021 mencapai 40,64 Miliar USD. Sehingga jika dilakukan perhitungan proporsi didapatkan nilai kontribusi ekspor industri makanan terhadap nilai total ekspor sebesar 19,43% dengan capaian indikator sebesar 125,6%. Meskipun kontribusi ekspor ini tergolong besar jika dibandingkan dengan sektor industri pengolahan non migas yang lain, kontribusi ekspor industri makanan tentunya banyak disumbang oleh ekspor CPO (Minyak kelapa sawit) yang masih menjadi salah satu komoditi primadona industri agro.

Sampai saat ini sudah banyak upaya baik dari segi fiskal maupun non fiskal untuk meningkatkan ekspor dari komoditas yang lain agar sektor industri makanan tidak tergantunbg terus kepada minyak kelapa sawit dan masih dapat terus exist mempertahankan posisi sebagai salah satu penyumbang kontribusi ekspor terbesar.

12. Rasio impor bahan baku industri makanan, hasil laut dan perikanan terhadap PDB sektor industri non migas dengan target sebesar 3,35%.

Capaian :

Berdasarkan data yang diperleh dari Pusdatin nilai impor bahan baku HS binaan direktorat industri makanan, hasil laut dan perikanan Bulan Januari sampai dengan Bulan September 2021 sebesar 85.701,42 miliar rupiah jika dilakukan pembagian terhadap nilai PDB industri non migas yang sebesar 2.184.483,7 miliar rupiah maka didapatkan nilai rasio impor bahan baku sektor industri makanan, hasil laut dan perikanan sebesar 3,92%, sehingga capaian indikator yaitu 85,39% belum mencapai

58 target yang telah ditentukan. Hal ini merupakan capaian yang cukup baik mengingat semakin kecil rasio impor bahan baku terhadap PDB berarti semakin banyak pula industri bahan baku dalam negeri yang tumbuh dan merealisasikan investasinya.

Dengan adanya program substitusi impor dan berbagai stimulus fiskal untuk mempermudah pembanguna industri maka diharapkan nilai rasio impor ini akan semakin menurun dan dapat mencapai target pada tahun 2022 mendatang.

Dokumen terkait