Tujuan keseluruhan dari Monitoring dan evaluasi adalah untuk mengukur efektifitas program, identifikasi permasalahan, mendapat pelajaran, dan meningkatkan performance secara keseluruhan. Aktivitas M&E digunakan untuk menilai kemajuan dari pelaksanaan hasil perencanaan dan menemukan kelemahan dalam penyusunan rencana.
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 : Pembagian tugas sub tim kesehatan reproduksi 2. Lampiran 2 : Hasil identifikasi kerentanan kesehatan reproduksi 3. Lampiran 3 : Hasil checklist stok logistik RH kit
4. Lampiran 4 : formulir penilaian cepat 5. Lampiran 5 : formulir monitoring - evaluasi
DAFTAR APPENDIKS
1. Appendiks 1 : Glossary2. Appendiks 2 : Pelaksanaan PPAM
3. Appendiks 3 : Indikator Kesehatan Reproduksi 4. Appendiks 4 : Faktor kerentanan
30
30
Lampiran 1. Pembagian Tugas Sub Tim Siaga Kesehatan Reproduksi
Pra Bencana Tanggap Darurat Pasca Bencana
Dalam situasi tidak ada bencana
Dalam situasi terdapat potensi bencana
•
Melakukan koordinasi menyusun rencana penanganan kesehatan reproduksi dalam penanggulangan bencana.•
Mengorganisasikan pelaksanaan tindak lanjut hasil perencanaan•
Memantau pelaksanaan monitoring danevaluasi pelaksanaan hasil tindak lanjut
•
Meyakinkan akan pentingnya memasukkan komponen kespro dalam agenda pertemuan koordinasi kesehatan Koordinator Tim Siaga Kespro•
Sebagai focal point program Kespro•
Memberikan bantuan teknis dan saran bagi Koord. siaga kespro dan seluruh organisasi yang terkait bidang kespro;•
Berkoordinasi dengan pemerintah pusat dan regional dalam perencanaan dan pelaksanaan program Kespro•
Melakukan koordinasi, rehabilitasi dan rekonstruksi Mengkoordinasikan:•
proses penilaian bahaya, kerentanan dan resiko kespro•
pembuatan rencana kesiapsiagaan31
•
Melakukan penilaian bahaya, kerentanan dan analisa resiko Kespro•
Mempersiapkan data dasar SDM, sarana dan prasarana kespro•
Membuat Pemetaan Wilayah Kespro Bidang Data dan Informasi•
Menggunakan indikator standar untuk memonitor hasil PPAM;•
Mengumpulkan, menganalisa, dan mendistribusikan data hasil penilaian cepat untuk digunakan pihak yang berkepentingan;•
Melakukan evaluasi pelaksanaan PPAM Kespro Bidang Pelayanan dan Kekerasan berbasis Gender•
Merencanakan sistem rujukan Kespro dalam kondisi darurat dgn menunjuk RS tertentu sbg pusat rujukan•
Mempersiapkan kerjasama RS swasta maupun pemerintah untuk menjadi RS rujukan dalam kondisi emergency Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes)•
Memastikan kesiapan Tim pelayanan • Memastikan pelayanan PPAM untuk kelompok spesifik: ibu hamil, menyusui dll. • Mengadaptasi dan memperkenalkan formulir sederhana untuk memonitor aktivitas Kespro selama fase kegawatdaruratan yang dapat menjadi lebih komprehensif32
32
•
Advokasi Kepmen untuk memasukan pelayanan Kespro dan Kekerasan berbasis Gender dalam situasi bencana.•
Sosialisasi protokol standard untuk pelayananan Kesehatan Reproduksi•
Pemantapan jejaringbila program tersebut sudah berkembang;
•
Melapor secara teratur kepada tim koordinasi kesehatan.•
Memastikan masing– masing koordinator lapangan dan anggotanya yang mempunyai tanggung jawab pada pelaksanaan pelayanan kesehatan reproduksi telah berada di masing – masing tempat•
mengaktifkan tim gerak cepat menempatkan posko-posko pelayanan kespro Bidang Logistik•
Menjamin ketersediaan Logistik untuk pelayanan kespro•
Distribusi Logistik Kespro•
Pencatatan dan pelaporan•
Merencanakan pengadaan alat & bahan untuk persediaan•
Pemantauan pemakaian logistik•
Pencatatan dan pelaporan33
•
Melakukan Pendidikan dan pelatihanmanajemen bencana
•
Membentuk tim gerak cepat kespro•
Melatih tim gerak cepat kespro•
Menginventaris proses pembelajaran (lessons learnt) untuk perbaikan ke depan (stockpiling kondisi emergency dan penyimpanan maupun pengisian ulang.•
Pengadaaan barang•
Menyusunan mekanisme distribusi•
Pencatatan dan pemeliharaan RH Kits (minimal 6 bulan untuk obat-obatan yang akan kadaluarsa untuk dikirimkan ke Puskesmas)•
Pengadaan barang sistem pre-order•
Membuat sistem pencatatan dan pelaporan distribusi logistik•
Menentukan titik distribusi•
Memastikan ketersedian fasilitas untuk memenuhi kebutuhan reproduksi. Bidang Capacity Building34 34
•
Menyusun rencana kebutuhan pelatihan (manajemen dan teknis) di bidang Kesehatan ReproduksiSosialisasi materi KIE yang sudah di susun
Melakukan kegiatan KIE di daerah
pengungsian bekerja sama dengan bidang Pelayanan
Bidang KIE
•
Menyusunmateri-materi KIE untuk masyarakat: bagaimana mendapatkan
pelayanan saat kondisi darurat, tempat-tempat yang bisa melayani dalam kondisi darurat (sesuai perjanjian kerjasama dengan RS dan layanan yang lain)
•
Sosialisasi materi KIE yang sudah di susun•
Pendidikan tentang keterlibatanmasyarakat dalam mendukung pelayanan Kespro pada saat bencana.
•
Mengevaluasi materi yang ada berdasarkan pengalaman masa darurat dan melakukan revisi sesuai kebutuhan•
Penyusun materi KIE situasi pasca bencana•
Pemberdayaan masyarakat35
Lampiran 2. Hasil Identifikasi Kerentanan Kesehatan Reproduksi
Faktor Kerentanan Kesehatan Reproduksi
Kondisi
Kesehatan Reproduksi Data Pendukung
Sumber Daya Manusia Pelayanan Keluaran Program Akar Masalah Tekanan Dinamis Keadaan Lingkungan
Lampiran 3. Hasil Cek List Stok Logistik RH Kit
Jenis RH Kit Tersedia Tempat Penyimpanan Kebutuhan Pasokan Keterangan
Ya Tidak
Lampiran 4. Form Penilaian Cepat
Area Wilayah: Batas Wilayah
Tanggal Asesmen/penilaian: Penilai
Latar belakang
Total Populasi saat ini Total Populasi sebelumnya
36
36
No. Korban Hidup Jumlah
A Korban Hidup
Bayi 0-1 tahun Anak 2-5 tahun Anak: 6-14 tahun
Wanita usia reproduksi: 15-49 tahun Wanita: ≥ 50 tahun
B Safe Motherhood
ibu hamil
C IMS dan pencegahan transmisi HIV dan AIDS
Perkiraan Kebutuhan Blood Transfussion
Fasilitas dan tenaga kesehatan Jumlah Kondisi (Layak atau Tidak Layak) Deskripsikan
1 RS yang mempunyai fasilitas obstetrik emergensi 2 Jumlah dan lokasi Sakit dengan PONEK
3 Jumlah dan lokasi puskesmas dengan PONEK 4 Ahli kebidanan 5 Ahli anestesi 6 Ahli bedah 7 Dokter umum 8 Bidan 9 Perawat
37
Lembar Monitoring - Evaluasi Kegiatan Tim Siaga Kesehatan Reproduksi
Tahapan Bencana
Indikator Pencapaian Target (Nilai Minimal) Jenis
Indikator
Elemen
Prabencana Masukan Struktur Organisasi Ada Kelengkapan Organisasi Ada Proses Penilaian Kerentanan Dilakukan
Penyiapan Komponen Kesiapan Bencana Idem Lokakarya Rencana kesiapsiagaan Idem
Kegiatan Tindak Lanjut Minimal (sosialisasi dan pengesahan) setidaknya 1 (kegiatan koordinatif) Dokumen Rencana kesiapsiagaan Ada
38
38
Tanggap Bencana
Masukan Ket: seluruh output dalam indikator adalah masukan bagi tanggap bencana
Keluaran Seluruh koordinator sub tim kesehatan reproduksi berfungsi dibawah koordinasi koordinator Tim Logistik untuk PPAM tersedia dan data kesehatan terkumpulkan
Mengkoordinasikan semua sub tim untuk mencegah kekerasan seksual
Staf terlatih dalam upaya pencegahan kekerasan seksual dan penanganannya
Logistik mencukupi dan tersedia untuk melaksanakan Universal Precaution
Staf mendapat pelatihan tentang pengetahuan mengenai Universal Precaution
Kondom tersedia
Darah untuk transfusi secara konsisten dilakukan screening
Kit untuk persalinan yang bersih tersedia dan terdistribusi
Menghitung jumlah paket persalinan bersih yang dibutuhkan untuk kelahiran selama 3 bulan
Rumah sakit rujukan dinilai dan mendukung upaya pemenuhan staf yang berkualifikasi, peralatan dan kebutuhan suplai
Sistem rujukan untuk kegawatdaruratan berfungsi 24 jam setiap hari
39
Pasca Bencana
Masukan
Proses Rekapan rutin penilaian statistik
Pengumpulan data dan informasi Prevalensi pemakaian kontrasepsi dan metode yang disukai pengumpulan data dan informasi pengetahuan kesehatan reproduksi, sikap dan perilaku dari populasi setempat
Minimal satu dari: Diskusi Kelompok terfokus, Wawancara mendalam, survey berbasis masyarakat
Mengidentifikasi lokasi yang sesuai bagi pelaksanaan pelayanan RH yang komprehensif
Dilakukan
Menilai kapasitas staf untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan reproduksi yang
komprehensif
Dilakukan
Penyusunan hasil penilaian dan rekomendasi Keluaran Data Mortalitas Maternal dan Neonatus
Hasil penilaian dari pengetahuan dan perilaku Kesehatan Reproduksi
Ada
Appendiks 1. Glossary
BENCANA ALAMAdalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
BENCANA NON ALAM
Adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
BENCANA SOSIAL
Adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.
KESIAPSIAGAAN
Adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
MITIGASI
Adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
TANGGAP DARURAT
Adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, pelindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
PEMULIHAN
Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi.
REHABILITASI
Adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana.
REKONSTRUKSI
Adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana.
RAWAN BENCANA (KERENTANAN)
Adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.
RISIKO BENCANA
PENILAIAN KERENTANAN
Adalah suatu prosedur untuk mengidentifikasi bahaya dan menentukan kemungkinan – kemungkinan efeknya yang dapat mempengaruhi komunitas, aktivitas, dan organisasi.
ANALISA RESIKO
Adalah suatu proses menentukan asal dan skala dari dampak (berkenaan dengan bencana) yang dapat diantisipasi pada suatu daerah pada kurun waktu tertentu.
Analisa resiko melibatkan kombinasi dari teori dan data empiris yang berkaitan dengan kemungkinan dari bahaya bencana yang diketahui akibat kekuatan tertentu atau intensitas yang terjadi pada tiap area (“pemetaan bahaya”) dan dampak (baik fisik maupun fungsi) akibat dari hasil tiap unsur resiko di tiap area yang diakibatkan masing – masing potensi bahaya bencana (penilaian kerentanan dan perkiraan dampak yang mungkin timbul)
Apendiks 2.
Paket Pelayanan Awal Minimal Kesehatan Reproduksi (selanjutnya akan disebut sebagai PPAM).
a. Definisi
PPAM adalah paket intervensi minimum yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan reproduksi pada situasi bencana.
b. Tujuan
1. Mengidentifikasi satu atau beberapa organisasi dan individu yang mampu mengkoordinasi dan menyelenggarakan PPAM 2. Mencegah dan mengelola kekerasan seksual dan akibatnya 3. Menekan penularan HIV melalui:
•
Melaksanakan tindakan pencegahan umum (Universal Precaution) terhadap HIV/AIDS•
Menjamin tersedianya kondom secara gratis4. Mencegah peningkatan morbiditas dan mortalitas maternal dan bayi baru lahir dengan:
•
Menyediakan kit yang berisi alat persalinan yang bersih untuk dapat digunakan oleh ibu guna menjamin persalinan bersih di rumah.•
Menyediakan kit persalinan guna menjamin persalinan yang bersih dan aman, dan•
Memantapkan sistem rujukan untuk mengelola kasus gawat bencana kebidananc. Komponen PPAM
1. Identifikasi organisasi dan individu untuk memfasilitasi koordinasi dan implementasi PPAM
Focal point ditunjuk untuk mengkoordinasikan kegiatan kesehatan reproduksi sejak awal untuk mengatasi keadaan gawat darurat. Focal point akan bekerja dibawah koordinator umum bidang kesehatan.
Semua organisasi pemberi bantuan harus bekerja sesuai dengan tugasnya dan siap siaga terhadap keadaan darurat. Kepekaan terhadap aspek kesehatan reproduksi dan gender harus selalu ditekankan dalam setiap pelatihan sumber daya manusia. Tenaga kesehatan yang berpengalaman dalam bidang kesehatan reproduksi harus ditempatkan paling sedikit selama 6 bulan, sesuai dengan waktu yang diperkirakan untuk memantapkan pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif.
2. Pencegahan dan manajemen kekerasan seksual dan akibatnya
Semua petugas yang terlibat dalam penggulangan keadaan darurat harus sensitif akan masalah kekerasan seksual. Langkah-langkah untuk membantu korban kekerasan seksual, termasuk perkosaan, harus telah disusun pada fase awal keadaan darurat. Korban kekerasan seksual harus segera dirujuk ke fasilitas kesehatan dan pihak yang berwajib harus terlibat untuk memberikan perlindungan dan dukungan hukum.
3. Pencegahan morbiditas dan mortalitas maternal dan bayi baru lahir
a. Penyediaan kit persalinan bersih untuk ibu dalam upaya meningkatkan persalinan bersih di rumah.
Kit persalinan sederhana harus disediakan sehingga setiap saat dapat dipergunakan untuk persalinan yang terpaksa dilakukan dirumah.
b. Penyediaan kit persalinan bidan untuk membantu persalinan bersih dan aman.
Pada fase awal keadaan darurat, persalinan sering terjadi diluar fasilitas kesehatan sehingga kit persalinan bidan penting untuk menjamin persalinan yang bersih dan aman.
c. Penyusunan sistem rujukan untuk mengelola gawat darurat kebidanan
Diperkirakan 5% – 10% persalinan akan membutuhkan bedah Caesar. Kasus komplikasi lainnya seperti komplikasi aborsi juga harus di rujuk ke rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan darurat kebidanan komprehensif (PONEK).
Oleh karena itu, sistem rujukan yang mampu menangani komplikasi kebidanan 24 jam sehari harus segera tersedia. Untuk itu diperlukan koordinasi dengan pemerintah setempat mengenai kebijakan dan prosedur sistem rujukan.
Alat transportasi, tenaga yang terampil, alat dan suplai harus tersedia.
4. Menekan penularan HIV
a. Mematuhi dan melaksanakan kewaspadaan universal/
universal precaution terhadap HIV dan AIDS Tindakan kewaspadaan universal harus ditekankan pada pertemuan pertama dengan para koordinator kesehatan. Dalam keadaan darurat, terdapat kecenderungan mengabaikan tindakan kewaspadaan universal sehingga membahayakan pasien dan juga petugas kesehatan.
c. Mencegah peningkatan morbiditas dan mortalitas maternal dan bayi baru lahir.
5. Perencanaan pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif yang terintegrasi dalam pelayanan kesehatan dasar
Rencana pengintegrasian pelayanan kesehatan reproduksi ke dalam pelayanan kesehatan dasar dilakukan sejak awal pelaksanaan PPAM, meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a. Pengumpulan informasi kematian maternal dan bayi baru lahir, prevalensi IMS/HIV dan prevalensi pemakaian kontrasepsi
b. Identifikasi fasilitas kesehatan yang memadai untuk pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif dengan memperhatikan faktor keamanan, keterjangkauan, privasi, ketersediaan alat dan suplai, ketersediaan air bersih dan sanitasi serta kondisi asepsis.
d Evaluasi PPAM Kesehatan Reproduksi Langkah-langkah yang dilakukan:
1. Menetapkan ruang lingkup evaluasi
2. Melakukan evaluasi
3. Menganalisa
4. Mengambil Kesimpulan
5. Mendokumentasikan
Apendiks 3. Indikator Kesehatan Reproduksi
Berdasar profil kesehatan reproduksi tahun 2003, di Indonesia secara umum didapatkan beberapa masalah kesehatan reproduksi yang membutuhkan penanganan segera, antara lain:
■ Angka komplikasi dan angka kematian ibu yang masih tinggi
■ Pelayanan serta perawatan selama masa kehamilan dan persalinan masih belum optimal.
■ Sistem rujukan dan penanganan kegawatdaruratan obstetrik yang masih sering tertunda karena beberapa faktor.
■ Status kesehatan reproduksi dan akses pelayanan KB masih kurang terpenuhi dan kurang terjangkau oleh sebagian wanita.
■ Resiko terjangkitnya IMS dan HIV dan AIDS meningkat baik pada wanita maupun pria
Adapun indikator kesehatan reproduksi meliputi :
1. Data populasi dasar
■ Total penduduk
■ Jumlah ibu hamil
■ Jumlah wanita usia subur
■ Jumlah ibu bersalin
■ Jumlah pria usia subur
■ Jumlah ibu menyusui 2. Kesehatan ibu dan anak
■ Proporsi penanganan kasus komplikasi obstetri terhadap persalinan total
■ Indikator lain :
o Angka kelahiran kasar
o Cakupan perawatan postpartum o Angka lahir mati
o Insidens komplikasi kebidanan
o Cakupan pelayanan Ante Natal Care/ANC K1 dan K4 o Insidens aborsi tidak aman dan spontan
3. Keluarga Berencana
■ Unmet Need (Kebutuhan yang tidak terpenuhi) KB
■ Cakupan pelayanan KB CPR/Contraceptive Prevalence Rate ■ Persentase kegagalan dan komplikasi pemakaian kontrasepsi
■ Persentase dari tiap jenis kontrasepsi yang digunakan 4. Pencegahan dan penanggulangan IMS, termasuk HIV dan AIDS :
■ Insidens kasus IMS
■ Insidens kasus HIV dan AIDS 5. GBV (Kekerasan Berbasis Jender)
Apendiks 4. Faktor Kerentanan Kesehatan Reproduksi
a. Akar masalah meliputi; Kemiskinan, Akses yang terbatas pada pelayanan Kespro, sebaran usia reproduksi dan penyakit yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi.
b. Tekanan dinamis meliputi; Kekurangan (Institusi pelayanan kespro, Pelatihan terhadap tenaga kesehatan, Kemampuan tenaga kesehatan dan Informasi mengenai permasalahan kespro) dan Tekanan makro (Pertumbuhan populasi dan urbanisasi yang cepat, Pembiayaan kesehatan).
c. Keadaan lingkungan meliputi; Lingkungan fisik yang rapuh (Lokasi pelayanan kespro yang rawan, Bangunan dan infrastruktur pelayanan kespro yang tidak terlindungi), Keadaan Ekonomi yang rapuh berupa tingkat pendapatan yang rendah, Kelompok khusus yang beresiko tinggi terhadap masalah kespro, Prevalensi output program kesehatan reproduksi dan Aksi Publik berupa kurangnya persiapan terhadap datangnya bencana.
Blok 1
Kit Isi Kode Warna Jumlah Boks
Keterangan
Kit 0 Kit Administrasi Oranye 1 Kit 1 Kondom Merah
a Kondom pria 4
b Kondom wanita 1
Kit 2 Persalinan Bersih Biru Tua
a Individual 4/unit 50/box b Penolong persalinan 1
Kit 3 Kit Pengelolaan Perkosaan
Merah Jambu
1 1 unit/box
Kit 4 Kit alat kontrasepsi oral dan injeksi
Putih 1
Kit 5 Kit Pengelolaan IMS Turquoise/ Biru Kehijauan
1
Apendiks 5
Blok 2
Kit Isi Kode Warna Jumlah Boks
Keterangan
Kit 6 Kit Persalinan Klinis (dengan sterilisator)
Coklat 6/unit 5/6 (disimpan
di suhu dingin)
Kit 7 IUD Kit Hitam 1
Kit 8 Pengelolaan abortus dan komplikasi pasca abortus (tanpa sterilisator)
Kuning 2/unit 2/2 cool (disimpan
di suhu dingin) Kit 9 Pengelolaan robekan
jalan lahir (cerviks dan vagina) dan pemeriksaan per vagina(tanpa sterilisator)
Ungu 1
Kit 10 Kit vakum ekstraktor Abu-abu 1
Blok 3
Kit Isi Kode Warna Jumlah Boks
Keterangan
Kit 11 Kit rujukan kesehatan reproduksi
Hijau Terang
a Pakai ulang 1
b Obat-obatan dan alat habis pakai
34 34/34 (disimpan
di suhu dingin) Kit 12 Kit tranfusi darah Hijau Tua 2 2/2
Contoh Formulir Surveilans Kesehatan Reproduksi
Pada Fase Emergensi
Bulan: _________________ Lokasi: _________________ Total Populasi: _________________
Tahun: _________________ WUS: _________________
Safe Motherhood – Perawatan Antepartum <19 tahun >19 tahun Total
Jumlah kunjungan antenatal (K1) 0 Jumlah kunjungan antenatal (K4) 0 Total kunjungan antenatal 0 Jumlah ibu hamil mendapat screening
syphilis
0
Jumlah ibu hamil dengan test positif syphilis 0 1 1a 1b 1c 1d 1e Safe Motherhood – Perawatan Intrapartum
RS Puskesmas Rumah Total
Jumlah persalinan oleh tenaga kesehatan terampil
0
Jumlah persalinan oleh tenaga non kesehatan (dukun, dll)
0
Jumlah kelahiran hidup 0
Jumlah lahir mati (>24 minggu kehamilan)
0
Jumlah BBLR (<2500 gram) 0 Jumlah kematian neonatal
(≤ 28 hari)
0
Jumlah komplikasi aborsi ter-tangani (spontan atau elektif)
0
Jumlah komplikasi obstetri lain yang tertangani
0
Jumlah kematian maternal 0
2 2a 2b 2c 2d 2e 2f 2g 2h 2i
3 3a
Safe Motherhood – Perawatan Postpartum Number Jumlah kunjungan post partum (periode 42
hari pasca persalinan)
4 4a
4b
Kekerasan Seksual Number Jumlah kekerasan seksual yang dilaporkan
Jumlah kasus yang mendapat perawatan medis dalam waktu 3 hari pasca kejadian
5 5a
5b
5c
5d
IMS dan HIV/AIDS Jumlah Jumlah unit darah yang
ditransfusikan
Jumlah unit darah transfusi yang di test HIV
Jumlah kondom yang didistribusikan
Jumlah kasus IMS yang ditangani Laki Perempuan Total - urethral dischrage/duh uretra
- ulkus genital
- vaginal discharge/duh vagina
6 6a
KB
Jumlah Akseptor KB
Dengan metode Akseptor Baru Akseptor Lama Dropouts Total - Suntik - Pil - IUD - MOW/MOP