• Tidak ada hasil yang ditemukan

Setiap program dan intervensi memerlukan suatu mekanisme untuk memonitor dan mengevaluasi efektivitas program yang dilaksanakan. Monitoring dan evaluasi memberikan informasi yang berguna untuk penyempurnaan strategi program dan menyampaikan laporan program kepada pihak lain seperti pemerintah, lembaga yang memberikan dana maupun kepada masyarakat. Monitoring dan evaluasi harus dipandang sebagai sebuah bagian integral dari praktek dan pengelolaan sehari-hari.

Evaluasi merupakan sebuah proses yang terstruktur dan bertahap guna mengidentifikasi, mengumpulkan dan mempertimbangkan informasi. Hasil proses evaluasi akan membantu dalam memaparkan dan memahami tujuan, kemajuan serta hasil-hasil dari beragam jenis inisiatif pencegahan dan promosi. Evaluasi merupakan proses menganalisa informasi pada jangka waktu yang tetap, untuk menilai keefektifan dan mengukur akibat yang dihasilkan program serta bagian-bagiannya serta untuk memutuskan, sebagai respon, apakah rencana itu perlu diubah atau dihaluskan.

Sesudah sebuah program direncanakan dan mulai dilaksanakan maka menjadi penting untuk memperhatikan apakah kegiatan-kegiatan dilaksanakan sesuai rencana. Proses inilah yang disebut sebagai monitoring, yang pada intinya merupakan pengumpulan berbagai informasi relevan mengenai program secara terus menerus. Ini merupakan cara untuk memastikan:

• Sebuah jadwal yang tersusun rapi dan terkoordinasi, untuk melakukan pengawasan terhadap pekerjaan dan para pekerja.

• Penyajian informasi yang akan dibutuhkan badan penyandang dana (dan para stake-holder lainnya) dalam laporan-laporan program rutin.

Proses monitoring dan evaluasi berjalan bersamaan dengan pelaksanaan program; proses itu mendorong terjadinya perbaikan secara terus menerus dengan menyediakan dan memberikan kepada para pekerja dan stakeholder berbagai umpan balik mengenai kemajuan, mendorong pertimbangan mengenai hasil-hasil serta menyediakan landasan bagi pekerja dan menejer untuk melakukan pertimbangan mengenai strategi-strategi untuk masa yang akan datang.

Proses monitoring dan evaluasi juga akan membantu dalam menjajaki sejauh mana intervensi yang dilakukan berhasil mencapai sasaran-sasarannya. Terdapat tiga fase untuk melakukan monitoring dan evaluasi terhadap sebuah program, sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi indikator-indikator yang dapat digunakan untuk memonitor kemajuan. 2. Mengumpulkan dan menganalisa data.

3. Melakukan perubahan terhadap intervensi yang sudah ada dan/atau membuat dan mengembangkan intervensi baru.

Manfaat dari monitoring dan evaluasi dapat meliputi:

• Menciptakan pendekatan kewilayahan dengan saling berbagi informasi dengan program-program lainnya di wilayah tersebut.

• Menyediakan sebuah kesempatan untuk membuat program menjadi dapat diterima secara budaya (daripada selalu mengadopsi strategi dari program-program yang berlangsung di negara lain).

• Mendirikan kelompok-kelompok yang mampu membantu diri sendiri dengan mengumpulkan para stakeholder dan insitusi berbeda yang terlibat dengan program. • Menyediakan penelitian sosial mengenai situasi tersebut.

• Menyediakan materi untuk diterbitkan.

• Menyediakan peluang-peluang untuk pembentukan jaringan dengan menggunakan informasi serta hasil dari evaluasi yang diselenggarakan secara lokal maupun internasional.

1. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam rangka proses monitoring dan evaluasi perlu dikumpulkan untuk bisa menghasilkan informasi yang bisa digunakan oleh pelaksana program untuk :

• Membantu memutuskan atau mengembangkan strategi. • Memberikan informasi kepada masyarakat dan stakeholder. • Memberikan informasi kepada penyandang dana.

• Menyediakan materi untuk kegiatan advokasi. • Mempublikasikan hasil-hasil intervensi.

Pengumpulan data untuk monitoring rutin program dilakukan oleh staf program. Penting bagi para menejer program untuk memahami bahwa hal ini membutuhkan waktu, kadangkala membutuhkan pelatihan spesifik. Waktu serta biaya pelatihan untuk pengumpulan informasi ini harus juga dimasukkan ke dalam anggaran program. Partisipan dalam evaluasi program ini dapat berasal dari anggota masyarakat, stakeholder, klien, dan orang-orang lainnya untuk berpartisipasi serta memberi sumbangan kepada program. Orang-orang lainnya yang dapat berpartisipasi dalam pengumpulan informasi meliputi:

• Para klien program, contohnya, dengan memiliki catatan pribadi atau catatan harian mengenai penggunaan Napza, praktek-praktek yang dilakukan, pertukaran jarum serta informasi lainnya.

• Evaluator eksternal, contohnya, seseorang yang berasal dari luar program dapat menyumbangkan pandangan yang sangat obyektif pada pelaksanaan penjajakan, serta dapat menerima masukan dari orang-orang yang berpartisipasi di dalam program atau orang-orang di luar program tanpa memiliki pandangan yang bias.

Dalam proses evaluasi, hanya informasi yang dapat dipergunakan yang harus dikumpulkan. Informasi yang dikumpulkan namun tidak dapat dipergunakan akan membuang-buang waktu dan sumber daya para partisipan dan staf. Informasi yang akan dikumpulkan, tergantung pada program yang dilaksanakan, mungkin mengenai:

• Penggunaan jarum suntik steril.

• Jumlah klien yang mengikuti program (metadon, NSP, dll) serta responnya. • Pengadopsian praktek membersihkan dan penyucihamaan.

• Kondisi kesehatan klien • Penggunaan kondom, dll.

Informasi yang diperlukan mungkin bisa ditemukan pada catatan pendaftaran-pendaftaran, jadwal-jadwal untuk para pekerja, jurnal/catatan harian lapangan, buku keuangan, program spread-sheet komputer, catatan pertemuan, surat-menyurat program, laporan-laporan, dan lainnya.

2. Pengumpulan Informasi

Meski informasi akan dikumpulkan sepanjang masa berlangsungnya program (monitoring) dan secara periodik (evaluasi), namun pengumpulan informasi itu harus direncanakan secara dini. Selama tahap perencanaan, sehingga memungkinkan pengalokasian waktu dan sumber daya bagi kegiatan tersebut di dalam anggaran program.

Survei dasar (baseline) biasanya dilaksanakan pada titik paling awal dimulainya sebuah pro-gram. Hal ini akan memungkinkan dilakukannya pembandingan, yang kemudian menyediakan sebuah ukuran kemajuan (indikator) menuju tercapainya sasaran-sasaran program.

Monitor-ing berarti bahwa informasi dikumpulkan secara berkala. Beberapa informasi mungkin dikumpulkan per hari (contohnya, kehadiran Penasun pada fasilitas layanan seperti DIC, lokasi penjangkauan dan pendampingan serta lainnya) atau per bulan (contohnya, catatan pertemuan bulanan staf untuk membahas perencanaan)

3. Analisis Data

Metode analisis tergantung pada bentuk serta isi informasi. Jika informasi tersebut kuantitatif (berupa angka, tingkat, rasio - data yang dapat diukur), maka informasi tersebut dapat dianalisa secara matematik dan statistik, dilakukan secara manual dengan menggunakan sebuah kalkulator atau komputer. Informasi kualitatif katakata, cerita, anekdot, kesan dan konteks -biasanya dikumpulkan dalam wawancara, selama percakapan, observasi dan diskusi kelompok. Informasi kualitatif tidak akan bisa dianalisis secara matematik atau statistik. Informasi-informasi ini dapat diolah dengan cara dikategorikan atau diringkas.

4. Evaluasi Proses

Kegiatan ini melibatkan penjajakan mengenai sejauh mana kegiatan-kegiatan intervensi telah berkembang sesuai dengan yang direncanakan. Pertanyaan-pertanyaan yang perlu diajukan adalah:

• Apakah proyek telah didirikan dengan sukses?

• Apakah proyek berhasil menjangkau atau menarik perhatian populasi sasaran? • Apakah proyek berhasil mencapai sasaran yang diinginkan?

Ada dua komponen dalam evaluasi proses, yaitu:

• Informasi kuantitatif yang berasal dari laporan kegiatan harian dari penjangkau kelompok sasaran.

• Informasi kualitatif melalui wawancara terbuka dan pengamatan secara langsung, untuk memperoleh gambaran mengenai kegiatan yang dilaksanakan. Pihak lain juga memungkinkan dapat memberikan masukan dalam evaluasi ini, tokoh masyarakat, pemerintah, LSM maupun institusi lain baik yang secara langsung maupun tidak langsung terkait dengan program ini.

Kegiatan ini melibatkan penjajakan mengenai sejauh mana intervensi telah dapat menghasilkan dampak yang diinginkan pada populasi sasaran. Pertanyaan-pertanyaan yang perlu diajukan adalah:

• Apakah perubahan yang diinginkan pada populasi sasaran tersebut terjadi sebagai dampak atau hasil dari pelaksanaan intervensi?

• Apakah intervensi sumberdaya yang ada digunakan secara efektif ?

Melaksanakan evaluasi dampak untuk memperoleh masukan yang konklusif mengenai keluaran dari program yang telah dilaksanakan ini memerlukan waktu dan biaya yang besar. Oleh karena itu evaluasi dampak yang mendalam biasanya dilakukan oleh program yang berorientasi penelitian. Evaluasi dampak bertujuan untuk memberikan verifikasi seberapa jauh pencapaian dari maksud dan tujuan program. Dengan demikian pernyataan yang jelas mengenai rencana dari keluaran program merupakan kunci keberhasilan dari evaluasi dampak. Implikasi dari pernyataan tersebut dalam pengembangan perencanaan program adalah sebagai berikut:

• Menentukan target yang realistis yang dapat dicapai secara sistematis. • Menghubungkan antara maksud dan tujuan dengan strategi intervensi. • Mendefinisikan maksud dan tujuan yang dapat diukur.

• Mengumpulkan data pengukuran.

6. Pengembangan Program

Laporan merupakan fitur dari semua program. Sifat dasar serta formatnya akan bervariasi dari satu program ke program lainnya. Permintaan laporan kemungkinan besar akan datang dari sejumlah sumber, termasuk badan-badan donor, pemerintah, masyarakat yang menjadi tuan rumah program bersangkutan, klien dan para sponsor, serta staf program. Program harus dapat dipertanggungjawabkan kepada para donor, kelompok sasaran dan stakeholder. Umpan balik kepada mereka yang terkait erat dengan program (seperti para Penasun) menciptakan sebuah peluang bagi keberlangsungan, keterlibatan serta rasa memiliki yang lebih mendalam, juga rasa turut berpartisipasi yang lebih besar.

Proses monitoring dan pengkajian memungkinkan timbulnya umpan balik tersebut, yang dapat dipresentasikan dalam beragam format dan di berbagai kesempatan. Laporan evaluasi memungkinkan untuk menunjukkan keberhasilan program. Sebagai contoh, bahwa sebuah intervensi tidak berlangsung sesuai dengan rencana dan/atau bahwa intervensi tersebut tidak

menimbulkan dampak pada kelompok sasaran seperti yang diinginkan. Informasi evaluasi akan membantu manajer, kordinator dan staf program dalam menjajaki kembali intervensi itu atau program yang memayunginya, dan melakukan perubahan-perubahan yang diperlukan, untuk membuat kegiatan-kegiatan tersebut menjadi lebih sesuai dan tepat.

Sebuah evaluasi mengenai kemajuan dari sebuah program menawarkan kesempatan untuk melakukan pengkajian ulang dan gambaran awal. Pelajaran yang didapat (lesson learn) ditampilkan ke permukaan oleh sebuah evaluasi, dan pelajaran-pelajaran ini, bersama-sama dengan sebuah pemahaman mengenai kemajuan nyata yang telah berhasil diraih dalam upaya mencapai tujuan-tujuan program, akan membantu dalam perencanaan program untuk masa yang akan datang. Sebuah evaluasi memungkinkan terjadinya perubahan, baik perubahan terhadap tujuan, sasaran serta strategi-strategi, dan memberikan alasan pembenar mengenai perubahan tersebut kepada masyarakat, para klien dan pemberi dana.

MENTERI KESEHATAN,

Daftar Kontributor

1. Dr. Broto Wasisto, MPH KP2 Napza Depkes 2. Dr. Sigit Priohutomo, MPH Direktorat P2ML 3. Dr.Fonny J,Silfanus, M.Kes Direktorat P2ML 4. Dr. Slamet, MHP Direktorat P2ML 5. Dr. Edy Saparwoko BNN

6. Dr. Nanang Parwoto BNN 7. Dr. Saiful Jazan, MSc GF-AIDS 8. Ahmad Bahrul BD,Spd GF-AIDS 9. Dr. Chabib Afwan KPA

10. Dr. Suharto Sekretariat KPA 11. Nurjannah, SKM Direktorat P2ML 12. Dr. Jantje A W Direktorat P2ML 13. Berton S Pandjaitan,MHM Direktorat P2ML 14. Dr.Laurentius Pangabean,SpKj Dit.Keswamas 15. Dr. Amaya Maw - Naing WHO

16. Ig.Praptorahardjo FHI - ASA Program 17. Verry Kamil FHI - ASA Program 18. Nasrunhadi FHI - ASA Program 19. M. Suharni FHI - ASA Program 20. Rizky Ika Syafitri FHI - ASA Program 21. Dra. Riza Sarasvita,M.Psi RSKO Jakarta 22. Dr. Diah Setya Utami, SpKJ RSKO Jakarta

23. Dr.Ayie S Kartika RS.Marzoeki Mahdi Bogor 24. Togi Duma,S.Sos PKM Jatinegara

25. Plamularsih Swandari Kios Atmajaya

26. Elizabeth Emrys CHR

27. Dr. Bambang Eka IHPCP 28. Inggrid Irawati IHPCP

30. Heru Suparno PPK – UI

31. Irene AHRN

32. Ratna Pasaribu AHRN

33. Riza Alexander Jangkar 34. Catur Daru PKBI Jakarta

Daftar Kontributor Uji Coba di Propinsi Bali

1. Dr. Ken Wirasandhi Divisi Pelayanan RSU Sanglah 2. I Dewa Taman Poltabes Denpasar

3. Ni Ketut Manik POLDA Bali 4. I Gede Suardika Lapas Denpasar 5. AA Sagung Mas W Dikesos

6. Luh Putu Susatiawati Dikesos

7. I Gst.Ayu Sukerti Badan Narkotika Propinsi

8. Fredy Ya.Mata Hati

9. Mayun Kw.Hukum

10. Wahyu Yakeba

11. Dr. Made Sukadana PKM Kuta I 12. AA.Gd.Krisna Pokja Lapas 13. Pt.Rini Sutrisni RSU Sanglah 14. Sang Ayu Putu Alit, SH Dit.Reskrim Polda 15. I.Gusti Lanang Suartana Dinkes Badung 16. Dr. Gede Wira Sunetra Dinkes Propinsi Bali 17. Dr.Ketut Sukadani RS.Polda

18. Nyoman Suarcayasa Dinkes Propinsi Bali 19. Dr. I.Ketut Subrata Dinkes Propinsi Bali 20. Dr. I.G.L.Wishnu Murthi Dinkes Propinsi Bali 21. Purwo Atmodjo Dinkes Propinsi Bali 22. G.A.Arwati Dinkes Propinsi Bali 23. Ni l.Kd.SriSastra Dewi Dinkes Propinsi Bali 24. Drg.I.d.Arya Susanta Dinkes Kota Denpasar 25. Yusuf Pribadi Yayasan hati-hati 26. Dr.D.N. Puriani Metadone

27. Raymond Yakita

Daftar Kontribusi Propinsi Sulawesi Selatan

1. Abd. Rahman, SKM LSM Ya.Mitra Husada

2. Ahmad Rosma, SH POLRESTA Makassar Barat 3. A.Haryati, SH BPM Prop.Sul-Sel

4. Dr. Ribut Pancarochana KPAP Makassar Sul-Sel 5. Zulkifli LSM.Ya gaya Celebes 6. Mulyadi Projitno YKPM/NGO

7. Drs. Alwi Dinas Pendidikan Prop.Sul-Sel 8. Mursiyanto Jimmy Rutan Makassar

9. Trionita Rutan Makassar 10. Mulyadi PKBI Sul - Sel 11. Akp. Dr.Farid Amansyah POLDA Sulsel 12. Dr. Asrori Asnawi, MPH Dinkes Prop Sulsel 13. H.Abu Tachir, SKM.M.Kes Dinkes Prop Sulsel 14. Moh.Kasim, SKM BPK3A

15. Dr.Hj.Rasida RSJ

16. Mulyadi T RS.Dr.Wahidin Sudiro Husodo 17. Dr.S.Nurhasiyatiningsih PKM Jongaya

18. Dr.A.Naisyah, M.Kes PKM Kassi-Kassi 19. Dr.Hadarati Razak PKM Jumpandang Baru 20. Drs. Badaruddin Abdullah Dinas Kessos dan Linmas 21. Nursiah S Dinas Kessos dan Linmas 22. Darwis Sinring KPA Prop. Sulsel

23. Sarlin Nur, SE,MM Biro KAPP 24. Alex Siow POLDA Sulsel 25. Dr.Semuel,MH POLDA Sulsel 26. Muh. Syahrir,SE,SH Lapas Makassar 27. Muh.Wititi,S.Sos Lapas Makassar 28. M.Sofyan I LSM Metamorfosa 29. Andi Sulolipu LSM YKP2N

31. Yopi LSM YAKITA

32. Andika LSM YAKITA

33. Hj.Raden Mulyati,SKM.M.Kes Dinkes Propinsi 34. Yohana Manga,SKM Dinkes Propinsi 35. Ansar Dinkes Propinsi 36. Carol B.H LSM YAKITA

Daftar Istilah

Abstinence,

menahan diri untuk tidak melakukan kegiatan tertentu. Terkait dengan terapi ketergantungan Napza, berhenti sama sekali dari penggunaan Napza.

Aftercare,

pelayanan kepada pengguna Napza setelah perawatan dan pemulihan.

Agonist, agonis,

terkait dengan terapi substitusi opiat, zat yang mempunyai sifat sejenis dengan zat opiat (mis: metadon).

AIDS, Aquired Immune Deficiency Syndrome,

sekumpulan gejala penyakit yang disebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh pada manusia akibat infeksi HIV.

Ambulatory, out patient, rawat jalan,

terapi suatu penyakit yang tidak mengharus pasien untuk menginap di rumah sakit atau klinik.

Antagonist, antagonis,

terkait dengan terapi substitusi opiat, zat yang mempunyai sifat berlawanan dengan cara kerja zat opiat (mis:naltrexon).

Bleach, pemutih,

cairan hipoklorida yang dapat digunakan dalam penyucihamaan.

Case management, menejemen kasus,

pelayananan yang disediakan untuk membantu klien agar dapat lebih memanfaatkan penggunaan suatu layanan yang sudah ada. Orangnya disebut

case manager. CBT, Cognitive Behavior Therapy,

salah satu metode terapi ketergantunga Napza.

Craving,

dorongan rasa ketagihan atau kecanduan yang kuat. Depresi berat,

Detoksifikasi, detoxification,

proses perawatan untuk mengeluarkan racun yang berasal dari zat-zat adiktif yang terdapat di dalam tubuh.

Drop in center, kantor lapangan, kantor atau rumah singgah,

tempat yang digunakan untuk melakukan kegiatan kelompok sasaran. Efek samping, side effect,

daya kerja atau efek obat yang tidak diharapkan. Istilah ini biasanya berhubungan dengan efek yang tidak diharapkan seperti sakit kepala, iritasi kulit, atau kerusakan hati.

Endocarditis,

infeksi pada otot jantung sebelah dalam. Epidemiologi, epidemiology,

ilmu yang mempelajari tentang penyebaran penyakit. Halusinasi,

gangguan persepsi yang berasal dari obyek tidak nyata

Hardcore addict,

pengguna Napza yang sudah ketergantungan berat, biasanya ditandai dengan individu yang sudah berusaha berkali-kali untuk berhenti menggunakan Napza, tapi selalu kembali menggunakan dalam waktu relatif pendek.

Harm Reduction, pengurangan dampak buruk Napza, pengurangan

kemudaratan, suatu upaya untuk mengurangi beban dan penderitaan penyalaguna Napza, seperti memberikan jarum suntik baru agar dapat terhindar dari penyebaran virus yang ditularkan melalui darah.

Heteroseksual,

hubungan seks yang dilakukan dengan orang berbeda jenis kelamin, seperti laki-laki dengan perempuan.

HIV, Human Immunodeficiency Virus,

Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian dapat menimbulkan AIDS

Home based detoxification,

proses detoksifikasi yang dilakukan dengan basis rumah. Pasien mengikuti proses detoksifikasi yang dapat dilakukan dengan tanpa harus rawat inap.

Homoseksual,

hubungan seks yang dilakukan dengan orang dengan jenis kelamin yang sejenis.

Incinerator,

alat untuk memusnahkan peralatan medik yang digunakan sekali pakai. Pemusnahan dilakukan dengan pembakaran dalam suhu tinggi.

Informed concent,

surat pernyataan persetujuan klien untuk suatu tindakan medis. Masif,

dalam jumlah besar Metadon, Methadone,

Obat, bersifat agonist, yang dipakai sebagai pengganti untuk heroin dalam terapi substitusi. Dengan memakai metadon, pengguna Napza dapat menghentikan penggunaan heroin.

Modalitas,

jenis layanan/terapi. Morbiditas,

kesakitan

Napza (narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya), Narkoba (narkotika dan barang berbahaya lainnya),

Narkotika

obat untuk menenangkan saraf, menghilangkan rasa sakit, menimbulkan rasa mengantuk atau merangsang.

Outreach,

penjangkauan dan pendampingan, Penasun (pengguna Napza suntik),

pengguna atau penyalahguna Napza yang digunakan dengan cara disuntikkan pada pembuluh darah vena memakai jarum suntik.

Pengguna Napza,

pengguna atau penyalahguna atau ketergantunan Napza.

Daftar Rujukan

Burnet, MacFarlane. Pedoman Mengurangi Dampak Buruk Narkoba di Asia. Jakarta: Centre for Harm Reduction & Asian Harm Reduction Network. 2001.

Canadian Centre on Substance Abuse (CCSA) National Working Group on Policy. Harm Reduction: Concepts and Practice: A Policy Discussion Paper. 1996

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Pelayanan Konseling Dan Testing HIV/ AIDS Sukarela ( VCT: Voluntary Counselling And Testing ), 2004

Departemen Kesehatan, Panduan Pelatihan Penjangkauan Dan Pendampingan Dalam Penanggulangan HIV Pada Kelompok Pengguna Napza Suntik, 2004

Departemen Kesehatan, Panduan Penilaian dan Respon Cepat tentang Penggunaan Obat Suntik (RAR-IDU), 2004

Departemen Kesehatan, Panduan untuk Pencegahan HIV yang Efektif diantara Pengguna NAPZA Suntik, 2004

Departemen Kesehatan, Pedoman Pengembangan Kebijakan Dan Program Untuk Pencegahan Dan Perawatan HIV Diantara Penasun, 2004

Irwanto, (ed.). Rangkuman Hasil IDU-RAR 2000. Jakarta: CSDS Unika Atma Jaya Jakarta. 2001.

National Institute of Drug Abuse, Community-Based Outreach Model, September 2000 Rebecca Sager Ashety, D.S.W. Progress and Issues in Case Management in Research NIDA

Monograph, National Institute of Drug Abuse, No. 127

The Chicago Recovery Alliance, Harm Reduction Outreachwith Syringe ExchangeGuidelines and Operating Procedures, 2000

The College of Physicians of Ontario, Methadone Maintenance Guidelines, 2001

Toronto Harm Reduction Task Force, PEER MANUAL : A guide for peer workers and agencies, Toronto, July 2003

Wiebel, Wayne. Indigenous Leader Outreach Model. National Institute of Health, 1993. HRC, Principles of Harm Reduction, HRC <http://www.harmreduction.org/prince.html> Reid, G., 2002, Risk and Harm Reduction (and HIV/AIDS), CHR, Melbourne, Australia Tim Kerlip NAZA, 1999, Semiloka Nasional: Menanggapi Masalah NAZA, Kerlip NAZA

Tim Warta AIDS, 2001, Pedoman Mengurangi Dampak Buruk Narkoba di Asia: Edisi Indonesia, Tim Warta AIDS

WHO, 2003, Harm Reduction Approaches to Injecting Drug Use, WHO <http://www.who.int/ hiv/topics/harm/reduction/en/>

Dokumen terkait