• Tidak ada hasil yang ditemukan

Monitoring dan Evaluasi

7.1.3. Monitoring Situasi

Monitoring situasi lebih sulit daripada monitoring kinerja. Situasi yang perlu dipantau secara terus menerus dan berkala adalah pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat terkait bencana dan krisis kesehatan. Berbagai metode monitoring seperti survei dan diskusi kelompok terfokus dapat dipilih untuk mendapatkan hasil monitoring yang memadai.

Contoh Monitoring Situasi dapat dilihat pada Lampiran 10.

7.1.4. Pelaporan

Pelaporan dilakukan dari pihak yang mengumpulkan data ke tim yang mengolah data lebih lanjut untuk dipresentasikan pada pihak pengambil kebijakan.

Gambar 7.2. Contoh Alur Pelaporan

Tim pengambil/kebijakan/

pemberi rekomendasi kebijakan

Laporan kader/

relawan/tenaga kesehatan via

aplikasi

Pelaksanaan survei, FGDs, IDI

Pelaksanaan Media Monitoring Tim pengolah data Tim meta-analysis

7.2. Evaluasi

Berbeda dengan monitoring yang berfokus pada pencapaian kegiatan dan luaran (output), evaluasi berfokus pada pencapaian level tujuan (khusus atau umum). Seperti diketahui, tujuan-tujuan komunikasi risiko berbeda pada tiap fase. Sebagai contoh:

Prakrisis

• Meningkatkan kesadaran masyarakat akan risiko dan perilaku pencegahan.

• Meningkatkan proporsi masyarakat yang mempraktikkan perilaku-perilaku pencegahan.

Tanggap darurat

• Menurunkan angka kesakitan yang diakibatkan oleh bencana.

• Menurunkan angka kematian yang diakibatkan oleh bencana.

Pascakrisis

• Meningkatkan proporsi masyarakat yang mempraktikkan perilaku-perilaku yang dapat menekan atau mencegah risiko.

Program komunikasi risiko sebaiknya diposisikan sebagai kontributor ketimbang sebagai penyebab tunggal perubahan. Karena, ada pihak-pihak lain yang ikut berkontribusi dalam penanganan bencana, termasuk yang turut mengambil peran dalam komunikasi risiko. Metodologi evaluasi sebaiknya dilakukan dengan metode campuran yang memanfaatkan pendekatan kuantitatif maupun kualitatif.

Metode yang bisa diterapkan antara lain sebagai berikut:

a. Kuantitatif

• Survei penerima manfaat b. Kualitatif

• Wawancara mendalam

• Diskusi kelompok terfokus

• Observasi kualitatif

Evaluasi sebaiknya bersifat partisipatif di mana para pemangku kepentingan dilibatkan sehingga hasil penilaian dapat menjadi pembelajaran bersama yang bermanfaat untuk perbaikan-perbaikan mendatang, baik secara perbaikan secara individual maupun kolaborasi.

CHECKLIST KRITERIA EVALUASI YA TIDAK

1. Relevansi

Apakah intervensi/program merespons kebutuhan penerima manfaat?

2. Koherensi

Apakah intervensi/ program yang dirancang saling mendukung dengan intervensi/program pihak lain? Apakah sesuai dengan kebijakan yang ada?

3. Efektivitas

Apakah intervensi/program mencapai tujuannya?

4. Impak

Apakah efek intervensi/program memberi impak bagi penerima manfaat?

5. Keberlanjutan

Apakah potensi intervensi/program perubahan yang terjadi dapat berlanjut di masa

mendatang?

Referensi

1 WHO. 2019. Risk Communication Strategy for Public Health Emergencies in the WHO South-East Asia Region: 2019–2023

2 WHO. 2017. Communicating Risk in Public Health Emergencies: A WHO Guideline for Emergency Risk Communication (ERC) Policy and Practice.

Geneva: WHO, Licence: CC BY-NC-SA 3.0 IGO

3 WHO. 2019. Risk Communication Strategy for Public Health Emergencies in the WHO South-East Asia Region: 2019–2023

4 WHO. 2019. Risk Communication Strategy for Public Health Emergencies in the WHO South-East Asia Region: 2019–2023

5 Sandman, Peter M. 2012 Responding to Community Outrage: Strategies for Effective Risk Communication

6 CDC. 2014. Crisis and Emergency Risk Communication, halaman 56 7 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/413/2020 8 UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana 9 Rencana Aksi Nasional Ketahanan Kesehatan Indonesia 2020-2024

10 Suni, Nur Solikhah Putri. Penyebaran Penyakit Malaria Pascabencana di Lombok dan Upaya Penanggulangan

11 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2019 tentang Penanggulangan Krisis Kesehatan

12 Peraturan Pemerintah RI Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana

13 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Penyakit Menular

14 Khusus pandemi COVID-19, sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non-Alam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagai Bencana Nasional

15 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2019 tentang Penanggulangan Krisis Kesehatan

16 Intra-Action Review COVID-19 Indonesia, 11-14 Agustus 2020

17 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2019 tentang Penanggulangan Krisis Kesehatan, halaman 79

18 Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana, halaman 13

20 Rencana Operasi Penanggulangan COVID-19 Bidang Kesehatan di Indonesia Revisi 1, 2020, halaman 30

21 PMK Nomor 81 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Kehumasan Bidang Kesehatan

22 Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI.

2016. Pedoman Teknis Kehumasan Bidang Kesehatan

23 Kementeriaan Kesehatan RI dan Communicable Disease Control (CDC) Atlanta. 2008. Modul Training of Trainer (TOT) Pengendalian Flu Burung bagi Juru Bicara dan Tim Hubungan Masyarakat

24 Kementeriaan Kesehatan RI dan Communicable Disease Control (CDC), Atlanta. 2008. Modul Training of Trainer (TOT) Pengendalian Flu Burung Bagi Juru Bicara dan Tim Hubungan Masyarakat, halaman 73

25 Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN).

2020. Otorisasi Juru Bicara Saat Krisis, Pedoman Pengelolaan Krisis Komunikasi Vaksin COVID-19

26 WHO. 2019. Risk Communication Strategy for Public Health Emergencies in the WHO South-East Asia Region: 2019–2023, halaman 25

27 Ketua Masyarakat Indonesia Anti Hoaks Septiaji Eko Nugroho. 2016. https://

kominfo.go.id/content/detail/8949/ini-cara-mengatasi-berita-hoaks-di-dunia-maya/0/sorotan_media

28 Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI.

2017. Pedoman Komunikasi Krisis

29 WHO. 2020. COVID-19: Risk Communication and Community Engagement (COVID-19: Komunikasi Risiko dan Pelibatan Masyarakat)

30 Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. 2020. Pedoman Pemberdayaan Masyarakat dalam Penanggulangan Bencana dan Krisis Kesehatan pada Masa COVID-19 di RT/RW/Desa

31 Kementerian Kesehatan RI. 2020. Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku (KPP) dalam Pencegahan COVID-19, halaman 1

32 Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI.

2016. Pedoman Teknis Kehumasan Bidang Kesehatan

33 Monitoring and Evaluation for Sustainable Communities http://www.geog.

ox.ac.uk/research/technologies/projects/monitoringandevaluation

34 Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI.

2020. Pedoman Komunikasi Krisis

35 Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI.

2016. Pedoman Teknis Kehumasan Bidang Kesehatan

36 Kholil, S. 2007. Komunikasi Islami. Bandung: Citapustaka Media

LAMPIRAN

Lampiran 1

TIM DATA DAN INFORMASI

KOORDINATOR

EOC PUSAT KRISIS KESEHATAN

TIM LOGISTIK KESEHATAN TIM PROMOSI DAN

KESEHATAN

SUB KLASTER PENGENDALIAN

PENYAKIT, PENYEHATAN LINGKUNGAN, DAN PENYEDIAAN

AIR BERSIH

SUB KLASTER

DVI

SUB KIA DAN KESEHATAN

REPRODUKSI

SUB KLASTER PELAYANAN KESEHATAN

SUB KLASTER KESEHATAN JIWA SUB KLASTER

PHEOC GIZI

NCC

Dokumen terkait