• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3. Motivasi Belajar Akuntansi

a. Motivasi Belajar

Motif adalah keadaan dimana diri seseorang yang mendorong individu tersebut untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan (Suryabrata,1984). Sedangkan motivasi adalah dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar (Mudjiono,1999:80). Menurut Sri Esti (1989:151), kata motivasi digunakan untuk menggambarkan suatu dorongan, kebutuhan atau keinginan untuk melakukan sesuatu yang

khusus atau umum. Salah satu kegunaan konsep motivasi adalah menggambarkan kecenderungan umum seseorang dalam usahanya mencapai tujuan tertentu.

W.S. Winkel (2004:169), mendefinisikan motivasi belajar sebagai keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan keinginan belajar mengajar, menjamin kelangsungan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi tercapainya suatu tujuan. Menurut Sardiman (1986:75), motivasi belajar merupakan faktor yang bersifat non intelektual. Peranannya khas dalam menumbuhkan gairah merasa senang dan semangat untuk belajar.

b. Fungsi Motivasi Belajar

Menurut W.S. Winkel (1987:76-77), pada dasarnya motivasi belajar mempunyai fungsi untuk:

1) Menyediakan kondisi yang seoptimal mungkin bagi terjadinya kegiatan belajar.

2) Menggiatkan semangat belajar siswa.

3) Menggugah minat belajar siswa atau mendorong siswa untuk belajar. 4) Memberikan arah terbaik bagi siswa untuk bertindak.

5) Mendorong siswa untuk berbuat atau sebagai motif penggerak yang melepaskan energi.

6) Menentukan arah perbuatan ke arah tujuan yang hendak dicapai. 7) Menyeleksi perbuatan-perbuatan yang telah dilakukan sebelumnya dan

berusaha untuk memperbaiki agar dapat menunjang keberhasilan siswa dalam belajar.

c. Bentuk Motivasi Belajar

Menurut W.S. Winkel (2004:194-195), motivasi belajar terbagi atas dua bentuk, yaitu:

1) Motivasi ekstrinsik, yaitu aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar sendiri. Yang tergolong bentuk motivasi ekstrinsik, antara lain: belajar demi memenuhi kewajiban, belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan, belajar demi memperoleh hadiah material yang dijanjikan, belajar demi meningkatkan gengsi sosial, belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting (misalnya: guru dan orangtua) dan belajar demi tuntutan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan jenjang/golongan administratif.

2) Motivasi intrinsik, yaitu kegiatan belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar itu. Menurut Sardiman (1986:82), di dalam proses belajar mengajar siswa yang memiliki motivasi intrinsik dapat dilihat dari kegiatannya yang tekun dalam mengerjakan tugas-tugas belajar, keuletannya dalam menghadapi kesulitan-kesulitan dalam belajar, menunjukkan minat yang besar dalam menghadapi masalah-masalah orang dewasa, senang bekerja mandiri, cepat bosan dengan tugas-tugas yang monoton, dapat mempertahankan pendapatnya, senang mencari dan memecahkan permasalahan atau soal-soal dalam buku pelajaran.

d. Karakteristik Siswa Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut Brown (Ali Imron,1996:88), ada beberapa karakteristik siswa yang mempengaruhi motivasi belajar, antara lain:

1) Tertarik kepada guru, artinya tidak membenci atau bersikap acuh tak acuh.

2) Tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan.

3) Mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya terutama pada guru.

4) Ingin selalu bergabung di dalam kelas. 5) Ingin identitas dirinya diakui oleh orang lain.

6) Tindakan, kebiasaan dan moralnya selalu dalam kontrol diri. 7) Selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali. 8) Selalu terkontrol oleh lingkungannya.

e. Motivasi Belajar Akuntansi

Bagi siswa, pentingnya motivasi belajar akuntansi adalah untuk menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir. Misalnya, setelah seorang siswa membaca suatu bab materi akuntansi dibandingkan dengan teman sekelas yang juga membaca bab tersebut, ia kurang berhasil menangkap isi dari materi akuntansi yang baru saja ia baca, maka ia akan terdorong untuk membaca lagi. Selain itu, motivasi belajar akuntansi penting untuk mengarahkan kegiatan belajar, misalnya terbukti bahwa seorang siswa dalam usaha belajar akuntansinya belum memadai dan belum berhasil, maka ia akan berusaha setekun temannya yang belajar dan telah berhasil agar prestasi belajar akuntansinya juga baik.

Menurut Mudjiono (1999:80-81), ada tiga komponen utama dalam motivasi belajar, yaitu:

1) Kebutuhan yang terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan yang ia harapkan.

2) Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan.

3) Tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang siswa

4. Dukungan Teman Sekelas

Teman sekelas atau teman sebaya merupakan salah satu faktor yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajar akuntansi. Menurut St. Vembriarto (1993:54), teman sebaya adalah kelompok yang terdiri atas sejumlah individu yang sama, baik dalam hal usia, status atau posisi sosial. Apabila siswa kesulitan dalam mengerjakan soal-soal akuntansi atau kesulitan dalam memahami isi pelajaran akuntansi, siswa dapat menanyakan secara langsung kepada teman sekelasnya, apabila siswa tersebut malu untuk bertanya secara langsung kepada guru akuntansinya. Ada sebagian siswa yang lebih senang bertanya secara langsung kepada teman sekelasnya mengenai kesulitan dalam memahami pelajaran akuntansi daripada siswa tersebut harus bertanya secara langsung kepada gurunya.

Menurut Mudjiono (1999:49), siswa merupakan individu yang unik, artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan siswa lain, akan membantu siswa menentukan cara belajar dan sasaran

bagi dirinya sendiri. Kualitas interaksi belajar antar siswa berlangsung baik intelektual maupun sosioemosional sehingga meningkatkan peluang pembentukan kepribadian seutuhnya, terutama yang berkaitan dengan kemauan dan kemampuan bekerjasama (social competence) di dalam memecahkan masalah (Sudirman,1987:103-104).

Dukungan pada dasarnya merupakan dorongan moril maupun material dalam hal mewujudkan suatu rencana. Siswa akan menerima dukungan dari teman sekelasnya apabila dukungan yang diberikan tersebut dirasa dapat membawa siswa ke arah yang lebih baik, yaitu meningkatkan prestasi belajar siswa. Dukungan dari teman sekelas itu dapat berupa kerjasama, perhatian yang diberikan teman sekelas dan adanya sikap toleransi antar teman sekelas.

Adanya dukungan dari teman sekelas yang berupa kerjasama akan sangat membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya terutama pretasi belajar akuntansinya. Kerjasama antar teman sekelas dapat dilakukan bila siswa mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran akuntansi atau siswa merasa kesulitan di dalam mengerjakan soal-soal latihan dan tugas-tugas yang diberikan oleh guru akuntansi. Apabila siswa mengalami hal-hal tersebut, maka siswa dapat segera bertanya kepada temannya atau mengerjakan bersama tugas-tugas yang diberikan dengan membentuk kelompok belajar. Selain kerjasama, dukungan teman sekelas dapat berupa perhatian dan adanya sikap toleransi antar teman sekelas. Teman yang baik akan selalu memberikan perhatian kepada teman-teman sekelasnya. Perhatian

yang diberikan tersebut, misalnya: siswa membantu temannya yang merasa kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, memberikan semangat bagi temannya yang merasa jenuh dengan pelajaran akuntansi dan memberikan ucapan selamat bagi teman yang memperoleh nilai yang baik atau sebaliknya bagi teman yang nilainya masih kurang tetap diberi semangat untuk terus belajar.

Hubungan antar siswa yang kurang harmonis dapat menimbulkan beberapa kelompok yang tidak bersahabat di dalam kelas. Persaingan dalam belajar, terutama pelajaran akuntansi yang tidak sehat diantara kelompok dalam suatu kelas dapat menimbulkan keonaran-keonaran yang menyebabkan proses pengajaran akuntansi mengalami hambatan. Oleh karena itu, ada baiknya bila di dalam kelas siswa saling memberikan dukungan yang positif, baik yang berupa: kerjasama, perhatian maupun adanya sikap toleransi.

B. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Menurut Fitri Dwi Astuti dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Antara Bimbingan Guru Akuntansi, Motivasi Belajar Akuntansi, dan Dukungan Teman Sekelas Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi” menyatakan bahwa bimbingan guru akuntansi, motivasi belajar akuntansi dan dukungan teman sekelas secara bersama-sama mempunyai hubungan yang positif dengan prestasi belajar akuntansi siswa kelas II SMU Katolik Sang Timur Yogyakarta. Ini ditunjukkan dari analisis data yaitu nilai R2 = 0,568. Nilai R2 yang lebih besar dari

nol menunjukkan adanya hubungan positif antara bimbingan guru akuntansi, motivasi belajar akuntansi dan dukungan teman sekelas dengan prestasi belajar akuntansi siswa kelas II SMU Katolik Sang Timur Yogyakarta. Uji hipotesis menunjukkan hubungan tersebut signifikan karena F hitung sebesar 13,638 lebih besar dari F tabel sebesar 2,711. Hal ini berarti hipotesis diterima, yaitu ada hubungan antara bimbingan guru akuntansi, motivasi belajar akuntansi dan dukungan teman sekelas secara bersama-sama dengan prestasi belajar akuntansi siswa kelas II SMU Katolik Sang Timur Yogyakarta.

Menurut Florentius Budi Sujatmiko dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Antara Motivasi Belajar, Dukungan Teman dan Bimbingan Guru dengan Prestasi Belajar Akuntansi” menyatakan bahwa motivasi belajar, dukungan teman dan bimbingan guru mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan prestasi belajar akuntansi siswa-siswi SMK Katolik Klaten. Ini ditunjukkan dari analisis data yaitu nilai R2 = 0,311. Nilai R2 yang lebih besar dari nol menunjukkan adanya hubungan positif antara motivasi belajar, dukungan teman dan bimbingan guru dengan prestasi belajar akuntansi siswa SMK Katolik Klaten. Uji hipotesis menunjukkan hubungan tersebut signifikan karena Fhitung sebesar 2,725 lebih besar dari Ftabel sebesar 2,711. Hal ini berarti hipotesis diterima, yaitu ada hubungan antara motivasi belajar, dukungan teman, dan bimbingan guru secara bersama-sama dengan prestasi belajar akuntansi siswa SMK Katolik Klaten.

Berdasarkan dua hasil penelitian di atas, dapat diketahui bahwa bimbingan guru akuntansi, motivasi belajar akuntansi dan dukungan teman sekelas secara bersama-sama mempunyai hubungan yang positif dengan prestasi belajar akuntansi.

C. Kerangka Berpikir

1. Hubungan Antara Bimbingan Guru Akuntansi dengan Prestasi Belajar Akuntansi

Bimbingan akademik adalah bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat dalam memilih program studi yang sesuai dan dalam mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan (W.S. Winkel,1991:124). Di dalam memberikan bimbingan hendaknya guru tidak pilih kasih dan mau membantu siswa di dalam pemahaman materi akuntansi lebih lanjut serta menyelesaikan masalah-masalah atau tugas-tugas akuntansi sehingga bimbingan yang diberikan dapat dirasakan manfaatnya bagi semua siswa.

Siswa yang mendapat bimbingan dan perhatian dari guru akuntansinya pada saat pelajaran akuntansi akan merasa senang untuk tetap mengikuti pelajaran akuntansi dan bila mengalami kesulitan dalam pelajaran akuntansi maka ia akan langsung menanyakan kepada guru akuntansi yang selalu membimbingnya tanpa pilih kasih sehingga prestasi belajar akuntansinya

semakin baik. Hal ini menandakan adanya hubungan antara bimbingan guru akuntansi dengan prestasi belajar akuntansi.

2. Hubungan Antara Motivasi Belajar Akuntansi dengan Prestasi Belajar Akuntansi

Motivasi belajar siswa akan berpengaruh terhadap prestasi belajarnya. Dengan adanya motivasi, seorang siswa akan terpacu untuk lebih giat belajar sehingga akan membawa pengaruh terhadap prestasinya. Menurut Mudjiono (1999:35), motivasi merupakan dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia termasuk perilaku belajar.

Seorang siswa yang memiliki motivasi belajar secara intrinsik akan senang dengan semua pelajaran. Siswa tidak akan memilih pelajaran tertentu saja bila ia ingin berhasil dan mendapatkan nilai yang baik. Walaupun siswa yang memilih jurusan IPS juga mempunyai motivasi yang tinggi terhadap pelajaran akuntansi sehingga siswa mendapat nilai yang baik.

Motivasi sangat penting untuk keberhasilan belajar karena dengan motivasi siswa akan terdorong untuk belajar lebih giat. Siswa yang selalu belajar giat tentu prestasi belajarnya lebih baik. Hal ini menandakan adanya hubungan antara motivasi belajar akuntansi dengan prestasi belajar akuntansi. 3. Hubungan Antara Dukungan Teman Sekelas dengan Prestasi Belajar

Akuntansi

Suasana belajar dan interaksi yang terjadi antar teman di dalam kelas dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang. Menurut St. Vembriarto

(1993:53), dengan memasuki sekolah anak memasuki kelompok sebaya yang lebih besar, yaitu teman-teman sekelasnya.

Untuk dapat meningkatkan prestasi belajarnya, siswa harus dapat berinteraksi dengan teman sekelasnya, dapat mengadakan kerjasama dalam hal belajar dan mempunyai rasa peduli terhadap teman yang belum tahu. Siswa juga akan berhasil dalam mencapai prestasinya apabila ia mendapat dukungan dari teman-teman sekelasnya. Teman yang baik akan selalu memberikan dukungan yang bersifat positif dalam meningkatkan prestasi belajar akuntansi. Adanya teman sekelas yang mau membantu mengatasi kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas akuntansi atau ada teman yang mempunyai prestasi belajar akuntansi yang baik sehingga siswa yang lain juga merasa tertantang dan ingin mempunyai prestasi belajar akuntansi yang baik. Hal ini menandakan adanya hubungan antara dukungan teman sekelas dengan prestasi belajar akuntansi.

4. Hubungan Antara Bimbingan Guru Akuntansi, Motivasi Belajar Akuntansi, dan Dukungan Teman Sekelas dengan Prestasi Belajar Akuntansi

Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan. Hal ini mengandung arti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh peserta didik atau siswa. Menurut Uzer Usman (1993:5-6), dikatakan bahwa pandangan seorang guru terhadap pengertian belajar akan mempengaruhi tindakannya dalam membimbing

siswa untuk belajar dan mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Siswa yang mendapat bimbingan dari guru akan merasa senang dan akan lebih giat belajar lagi untuk meningkatkan prestasinya.

Seorang siswa yang mempunyai motivasi belajar akuntansi yang tinggi maka prestasi belajar akuntansinya juga tinggi. Motivasi yang ada pada diri seorang siswa tumbuh di dalam diri siswa itu sendiri. Motivasi juga merupakan salah satu faktor yang penting dalam mencapai prestasi belajar.

Prestasi belajar siswa juga dapat dipengaruhi oleh dukungan teman sekelas. Dukungan dari teman sekelas tersebut dapat berupa kerjasama, perhatian atau adanya sikap toleransi. Seorang siswa dapat meningkatkan prestasi belajar akuntansinya bila ia mendapat dukungan yang positif dari teman-teman sekelasnya. St. Vembriarto (1993:55) mengatakan bahwa siswa dalam suatu kelas akan menyadarkan perbuatannya pada dukungan dan persetujuan kelompok sebanyanya/kelompok kelas.

Dari penjelasan diatas, akan terlihat adanya suatu hubungan yang saling mempengaruhi antara bimbingan guru akuntansi, motivasi belajar akuntansi dan dukungan teman sekelas terhadap prestasi belajar akuntansi.

D. Paradigma Penelitian

Keterikatan antara variabel-variabel penelitian di atas dapat disusun dalam suatu paradigma sebagai berikut:

X1 rX1Y

X2 rX2Y Y

rX123Y

X3 rX3Y

Keterangan:

X1 = variabel bimbingan guru akuntansi X2 = variabel motivasi belajar akuntansi X3 = variabel dukungan teman sekelas Y = variabel prestasi belajar akuntansi rX1Y = hubungan antara X1 dengan Y rX2Y = hubungan antara X2 dengan Y rX3Y = hubungan antara X3 dengan Y rX123Y = hubungan antara X1, X2, X3 dengan Y

Melalui gambar di atas, maka dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara bimbingan guru akuntansi (X1), motivasi belajar akuntansi (X2), dukungan teman sekelas (X3) terhadap prestasi belajar akuntansi (Y).

E. Perumusan Hipotesis

Dari definisi teoritik dan kerangka teoritik di atas, dapat diajukan hipotesis dalam penelitian ini, yaitu:

1. Ada hubungan antara bimbingan guru akuntansi dengan prestasi belajar akuntansi siswi-siswi kelas XII Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SMA Santa Maria.

2. Ada hubungan antara motivasi belajar akuntansi dengan prestasi belajar akuntansi siswi-siswi kelas XII Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SMA Santa Maria.

3. Ada hubungan antara dukungan teman sekelas dengan prestasi belajar akuntansi siswi-siswi kelas XII Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SMA Santa Maria.

4. Ada hubungan antara bimbingan guru akuntansi, motivasi belajar akutansi, dan dukungan teman sekelas secara bersama-sama dengan prestasi belajar akuntansi siswi-siswi kelas XII Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SMA Santa Maria.

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah studi kasus, yaitu jenis penelitian tentang subjek tertentu dimana subjek tersebut terbatas maka kesimpulan yang diperoleh hanya berlaku terbatas pada subjek yang diteliti.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Santa Maria. Jl. Ireda No. 19A, Yogyakarta 55121.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November-Januari tahun 2011.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah orang-orang yang terlibat dalam penelitian, dalam hal ini mereka bertindak sebagai pemberi informasi yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Dalam hal ini, yang menjadi subjek penelitian adalah siswi-siswi kelas XII Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SMA Santa Maria, Yogyakarta.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan dalam penelitian. Dalam hal ini, yang menjadi objek penelitian adalah bimbingan guru akuntansi, motivasi belajar akuntansi dan dukungan teman sekelas, dan prestasi belajar akuntansi.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah keseluruhan subjek penelitian atau keseluruhan unsur-unsur yang memiliki satu atau beberapa ciri atau karakteristik yang sama (Suharsimi Arikunto,1996:115). Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah siswi-siswi kelas XII Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) semester I SMA Santa Maria, Yogyakarta.

2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto,1996:117). Menurut Suharsimi Arikunto (1996:120), dalam pengambilan sampel digunakan suatu perkiraan, apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Dalam penelitian ini, akan diambil sebanyak 50 siswi yang berasal dari siswi-siswi kelas XII Ilmu Pengetahuan

Sosial (IPS) SMA Santa Maria sehingga penelitian yang dilakukan adalah penelitian populasi.

E. Operasionalisasi Variabel

Dokumen terkait