• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

B. Motivasi Belajar

1. Arti Makna Belajar dan Makna Motivasi a. Makna Belajar

Suatu kegiatan yang terus-menerus dilakukan dalam kehidupan kita adalah belajar. Belajar bukan hanya terjadi pada kalangan anak-anak sekolah tetapi pada orang dewasa. Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Belajar membantu manusia untuk menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungannya. Siapa pun dia tanpa belajar dia tidak akan mengerti apa-apa, dunianya menjadi sempit karena dia tidak memiliki pengetahuan sedikit pun. Oleh karena itu, belajar merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan kita dimanapun kita berada.

Pengertian umum bahwa belajar seringkali diartikan sebagai aktivitas untuk memperoleh pengetahuan. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Daryanto, 2010: 2). Aunurrahman (2012: 38) menguraikan bahwa

belajar seringkali diartikan sebagai aktivitas untuk memperoleh pengetahuan. Belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan dan sikap. Dalam hal ini seseorang dikatakan belajar bilamana terjadi perubahan, dari sebelumnya tidak mengetahui sesuatu menjadi mengetahui. Perubahan yang terjadi itu harus relatif bersifat menetap (permanen) dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ini nampak, tetapi juga pada perilaku yang mungkin terjadi pada perilaku pada masa mendatang. Perubahan-perubahan tersebut terjadi karena pengalaman. Pengalaman tersebut dapat menimbulkan suatu proses perubahan tingkah laku individu yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungan. Dari uraian ini, maka yang menjadi tujuan belajar adalah perubahan tingkah laku (Hamalik, 2001: 27-28). Pendapat tersebut dipertegas lagi oleh Winkel yang menguraikan tentang definisi belajar. Menurut Winkel (1996: 53) bahwa belajar pada manusia

dirumuskan sebagai berikut: ”suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung

dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap. Namun pada kenyataannya tidak semua perubahan yang terjadi pada seseorang merupakan hasil dari suatu proses belajar.

Perubahan yang termasuk dalam pengertian belajar menurut Daryanto antara lain perubahan yan terjadi secara sadar (Daryanto, 2010: 2-3). Contoh seseorang yang belajar akan menyadari dan merasakan adanya suatu perubahan dalam dirinya. Perubahan tersebut menjadikan seseorang akan bertambah pengetahuannya, kecakapan dan kebiasaannya juga bertambah. Perubahan yang merupakan hasil belajar dari seseorang berlangsung secara berkesinambungan serta

dapat menyebabkan perubahan pada orang lain (Daryanto: 2010: 3). Contoh seorang anak belajar membaca, akan membawa perubahan dari tidak bisa membaca menjadi bisa membaca. Perubahan semacam ini berlangsung terus-menerus hingga kecakapan membacanya menjadi lebih baik dan sempurna. Hal ini dipertegas oleh Sardiman (2014: 21) bahwa belajar merupakan suatu rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang meliputi unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas yang dimaksud dengan belajar adalah suatu proses aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari belum bisa menulis, membaca, menjadi bisa menulis, membaca, yang dialami seseorang baik melalui interaksi dengan sesama, lingkungan maupun melalui pengalaman yang dialaminya dalam hidup sehari-hari. Hal ini dapat dilihat melalui sikap dan kebiasaan rajin membaca, menulis, berani mencoba hal yang baru, aktif dan melibatkan diri dalam berbagai kegiatan demi perkembangan dirinya secara utuh.

b. Makna Motivasi

Motivasi (Motivation) berasal dari bahasa Latin yakni: movere, yang berarti

“menggerakkan” (Schunk Dale H, dkk 2012: 6). Berbicara motivasi tidak terlepas

dari kata motif. Secara morfologi, Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan pengertian motif dan motivasi sebagai berikut: Motif adalah kata benda yang artinya pendorong, sedangkan motivasi adalah kata kerja yang artinya mendorong.

Ada pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tentang pengertian motif dan motivasi. Pendapat tersebut disesuaikan dengan hasil penelitian dan ilmu pengetahuan yang diperolehnya. Syaodih dalam (Riduwan, 2004:200)

membedakan pengertian motif dan motivasi sebagai berikut: “Motif merupakan

suatu tenaga yang mendorong atau menggerakkan individu untuk bertindak mencapai tujuan dan motivasi merupakan suatu kondisi yang tercipta atau

diciptakan sehingga membangkitkan atau memperbesar motif pada seseorang”. Sardiman (2011: 73) mengemukakan bahwa kata “motif” diartikan sebagai

daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak. Dengan demikian, motif dapat diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang melakukan sesuatu sedangkan motivasi adalah dorongan atau kekuatan dalam diri individu untuk melakukan sesuatu dalam mencapai suatu tujuan tertentu.

Motivasi merupakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga mendorong seseorang untuk mau melakukan sesuatu (Schunk Dale H. dkk, 2012: 6). Gray dan Starke (Winardi (2002, 27) menguraikan bahwa motivasi merupakan hasil sejumlah proses, yang bersifat internal, atau eksternal bagi individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi,

dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Ada juga yang berpendapat bahwa motivasi merupakan suatu kehendak atau keinginan yang timbul dalam diri seseorang yang menyebabkan orang itu berbuat. Artinya, yang dimaksud dengan motivasi adalah suatu semangat, dorongan, kekuatan yang muncul dalam diri seseorang yang memampukannya untuk melakukan tindakan atau berbuat demi untuk mencapai tujuan tertentu. Hal ini dapat dilihat melalui ketekunan, kesetiaan, minat, keuletan, kedisiplinan, tanggung jawab, dalam melakukan sesuai demi mencapai tujuan tertentu.

Mc. Donald dalam (Sardiman, 2011: 74) menguraikan motivasi sebagai perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling

dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan Mc. Donald mengemukakan bahwa motivasi mengandung tiga elemen penting antara lain: bahwa motivasi itu mengawali terjadinya energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam

sistem “neurophysiological” yang ada pada organism manusia. Karena menyangkut

perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakkannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia. Motivasi ditandai

dengan munculnya rasa/”feeling”, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan

dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

Motivasi akan terjadi karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena

terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan. Berdasarkan ketiga elemen di atas, maka Mc. Donald dalam (Sardiman, 2011: 74) menguraikan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia yang mendorong manusia untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya kebutuhan atau keinginan, perilaku dan tindakan serta tujuan.

Pendapat lainnya mengatakan motivasi adalah serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu (Sardiman, 2014: 75).

Dalam motivasi ini, ada tiga elemen atau ciri pokok yaitu kebutuhan, perilaku dan tindakan, keinginan serta tujuan. Kebutuhan, motivasi ditimbulkan oleh karena seseorang merasakan sesuatu kebutuhan tertentu, misalnya kebutuhan seorang siswa yang ingin mendapat nilai yang baik dalam pelajaran tertentu. Perilaku, seorang siswa yang memiliki kebutuhan dalam belajar agar berhasil akan menggerakkannya untuk berbuat sesuatu, misalnya kebutuhan atau keinginan tersebut mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar dengan baik. Tindakan dan tujuan, kegiatan dan tindakan belajar inilah yang pada akhirnya siswa dapat mencapai tujuan yan diharapkannya. Bila tujuan yang diinginkan untuk mendapat nilai yang baik dalam belajar telah tercapai, maka siswa tersebut akan merasa puas. Oleh karena itu siswa tersebut akan cenderung mengulangi kembali pengalaman belajarnya agar nilai yang diharapkannya tetap tercapai.

Dengan demikian, ada hubungan dan kaitan yang kuat antara kebutuhan, motivasi, perbuatan atau kelakuan, tujuan dan kepuasan yang muncul dalam diri seseorang. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa kebutuhan menjadi motivasi yang mengawali terjadinya perubahan yang ditandai dengan feeling yang

mendorong seseorang untuk bertindak sehingga tujuan dapat tercapai.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, yang dimaksud dengan motivasi adalah suatu semangat, dorongan, kekuatan yang muncul dalam diri seseorang yang memampukannya untuk melakukan tindakan atau berbuat demi untuk mencapai tujuan tertentu. Hal ini dapat dilihat melalui ketekunan, kesetiaan, minat, kemandirian, keuletan, kedisiplinan, tanggung jawab, dalam melakukan sesuatu demi mencapai tujuan tertentu.

2. Jenis-jenis Motivasi

Secara umum, motivasi dibagi menjadi dua jenis yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik (Sardiman, 2011: 89-91).

a. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu misalnya: kesadaran untuk belajar di rumah, kemauan untuk mengerjakan tugas menyimak keterangan guru, kemauan untuk mengemukakan pendapat. Jenis motivasi intrinsik ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dan dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan sendiri.

Kesimpulan dari definisi di atas adalah motivasi intrinsik merupakan suatu tindakan yang disebabkan oleh faktor pendorong dari dalam diri atau tidak memerlukan adanya rangsangan dari luar.

Menurut Schunk Dale H. dkk, (2012: 357) mengemukakan bahwa siswa yang memiliki motivasi intrinsik menunjukkan keterlibatan dan aktivitas yang tinggi dalam belajar. Motivasi dalam diri merupakan keinginan dasar yang mendorong individu mencapai berbagai pemenuhan segala kebutuhan diri sendiri. Untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan dasar siswa yang bersifat alamiah dengan cara menyajikan materi yang cocok dan berarti bagi siswa. Pada dasarnya siswa belajar didorong oleh keinginan sendiri, maka siswa secara mandiri dapat menentukan tujuan yang dapat dicapainya dan aktivitas-aktivitasnya yang harus dilakukanya untuk mencapai tujuan belajar. Seseorang dikatakan mempunyai motivasi intrinsik karena didorong rasa ingin tahu, ia mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu, dalam belajar telah terkandung tujuan menambah pengetahuan.

Motivasi intrinsik dapat ditanamkan dan dikembangkan melalui beberapa hal berikut ini (Winkel, 1996: 182): (1) Menjelaskan kepada siswa manfaat dan kegunaan bidang studi yang diajarkan, khususnya bidang studi yang biasanya tidak menarik minat spontan, (2) Menunjukkan antusiasme dalam mengajarkan bidang studi yang diacu dan menggunakan prosedur didaktis yang sesuai dan cukup bervariasi, (3) Bilamana dimungkinkan dari segi tujuan pengajaran (isi dan jenis prestasi) melibatkan siswa dalam sasaran yang ingin dicapai, sehingga belajar di sekolah tidak sekedar dipandang sebagai kewajiban yang serba menekan, dan (4)

Menciptakan iklim dan suasana dalam kelas yang dapat memenuhi kebutuhan motivasional pada siswa, baik mereka yang mengalami ketakutan yang positif maupun yang negatif.

b.Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif karena adanya rangsangan dari luar misalnya peran orang tua dan guru dalam pemberian motivasi agar giat belajar. Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha dengan segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam diri siswa akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran.

Hal-hal yang dapat mendorong motivasi ekstrinsik seseorang adalah apabila seseorang belajar dengan tujuan mendapat nilai yang baik, naik kelas, mendapat ijazah, untuk mencari penghargaan, hadiah dan lain sebagainya. Kemudian Winkel (1996: 173) mengatakan bahwa motivasi ekstrinsik merupakan aktivitas belajar yang dimulai dan diteruskan, berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar sendiri. Misalnya seorang siswa rajin belajar untuk memperoleh hadiah yang telah dijanjikan.

Schunk Dale H, dkk (2012: 357) mengemukakan bahwa motivasi ekstrinsik dapat berubah menjadi motivasi intrinsik, yaitu pada saat siswa menyadari pentingnya belajar, dan ia belajar sungguh-sungguh tanpa disuruh orang lain. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik itu saling menambah atau memperkuat, bahkan motivasi ekstrinsik dapat membangkitkan motivasi intrinsik.

Winkel (1996: 182-183) menyebutkan beberapa hal yang dapat menimbulkan motivasi ekstrinsik adalah: (1) Menggunakan berbagai insentif, baik yang bertujuan supaya siswa mempertahankan perilaku yang tepat maupun yang bertujuan agar siswa menghentikan perilaku yang tidak tepat, (2) Mengoreksi dan mengembalikan pekerjaan ulangan, pekerjaan rumah dalam waktu sesingkat mungkin, disertai komentar spesifik mengenai hasil pekerjaan itu dalam bentuk kata-kata atau nilai, (3) Menggunakam berbagai bentuk kompetisi/persaingan dalam kombinasi dengan kegiatan belajar koperatif.

Motivasi pada umumnya memiliki dampak pada setiap pribadi manusia seperti yang terjadi pada setiap siswa. Motivasi yang dimiliki oleh siswa memberikan dampak yang positif yakni mampu menimbulkan dan mengarahkan siswa pada perbuatan tertentu misalnya perbuatan belajar. Motivasi juga mampu mengarahkan perbuatan siswa kepada pencapaian tujuan yang diiginkan misalnya keinginan untuk memiliki hasil belajar yang lebih baik serta menggerakkan siswa untuk segera bertindak demi mencapai tujuan yang diharapkan dalam belajar misalnya dengan meningkatkan frekuensi waktu untuk belajar (Hamalik, 2007: 175).

Motivasi dalam belajar memiliki peran yang sangat penting untuk mencapai tujuan belajar. Peranan motivasi dalam belajar menurut Sardiman (2011: 86) yakni mendorong siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi dapat menentukan arah tujuan yang hendak dicapai serta menentukan kegiatan belajar demi mencapai tujuan yang dikehendakinya. Selain itu dengan adanya motivasi dalam belajar siswa menjadi tekun dalam belajar dan mengerjakan tugas-tugas belajar dengan baik, ulet

dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri, dinamis dalam belajar dengan berbagai metode belajar, serta menjadikan kegiatan belajar sebagai kegiatan yang menyenangkan, tidak membosankan, menarik, mendorong siswa untuk terus-menerus belajar demi meraih tujuan yang ia harapkan.

Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya menumbuhkan gairah, perasaan senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi yang kuat, akan banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Namun siswa yang memiliki intelegensi cukup tinggi, akan mengalami kegagalan apabila ia kurang memiliki motivasi (Sardiman, 2011: 75).

Motivasi belajar menurut Winkel adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan memberi arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan. Motivasi belajar ini sangat penting dalam memberikan gairah atau semangat dalam belajar, sehingga siswa yang termotivasi kuat memiliki energi banyak untuk melakukan kegiatan belajar (Winkel, 1996: 150). Motivasi belajar merupakan motor penggerak yang mengaktifkan siswa untuk melibatkan diri dalam proses belajar mengajar demi mencapai tujuan yang diharapkan.

Motivasi di dalam kegiatan belajar merupakan kekuatan yang dapat menjadi tenaga pendorong bagi siswa untuk mendayagunakan potensi-potensi yang ada pada dirinya dan potensi di luar dirinya untuk mewujudkan tujuan belajar (Aunurrahman, 2012: 180). Apabila siswa memiliki motivasai belajar, itu akan nampak dalam kesungguhannya untuk terlibat di dalam proses belajar. Misalnya siswa aktif bertanya, mengemukakan pendapat, menyimpulkan pelajaran, mencatat,

mengerjakan latihan-latihan dan evaluasi sesuai dengan tuntutan pelajaran. Bila siswa tidak atau kurang memiliki motivasi, umumnya kurang mampu bertahan untuk belajar lebih lama, kurang sungguh-sungguh dalam menyimak isi pelajaran, dan lain sebagainya. Oleh karena itu rendahnya motivasi merupakan masalah dalam belajar karena dapat memberi dampak bagi tercapainya hasil belajar yang diharapkan.

Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi dalam belajar adalah suatu kebutuhan yang muncul dalam diri atau hal-hal di luar diri yang membuat siswa senang belajar dan mampu mengatasi masalah dalam belajar demi mencapai tujuan.

Winkel (1996: 150) mengatakan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siwa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberi arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.

Prayitno dalam (Riduwan, 2004: 200) menyatakan bahwa motivasi belajar tidak saja merupakan suatu energi yang menggerakkan siswa untuk belajar, tetapi juga sebagai suatu yang mengarahkan aktivitas siswa kepada tujuan belajar. Motivasi belajar adalah dorongan dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan serta arah belajar untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.

Sardiman (1988: 73) mengatakan bahwa:

“Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa

yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberi arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan

Berdasarkan pendapat dari ketiga ahli di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi dalam belajar adalah suatu semangat atau dorongan serta kekuatan yang muncul baik dalam diri seseorang atau dari luar untuk mengarah pada suatu perubahan dalam hidup baik dari segi ilmu pengetahuan, kecakapan, kebiasaan, pengertian, penghargaan, minat dan penguasaan diri sehingga seseorang dapat berkembang ke arah yang lebih baik.

3. Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Motivasi Belajar

Hamalik dalam (Riduwan, 2004: 175-176) memaparkan bahwa ada dua faktor yang menimbulkan motivasi dalam diri seseorang yakni kebutuhan dan tujuan. Kebutuhan adalah kecenderungan-kecenderungan permanen dalam diri seseorang untuk mencapai tujuan. Kebutuhan ini timbul karena adanya perubahan di dalam organisme sehingga menimbulkan energi yang mendayai pelaku ke arah tujuan. Kebutuhan inilah yang menimbulkan motivasi pada kelakuan seseorang. Tujuan adalah sesuatu yang hendak dicapai oleh suatu perbuatan yang dapat memuaskan kebutuhan seseorang. Oleh karena itu adanya tujuan yang jelas dan disadari oleh setiap pribadi dapat menimbulkan motivasi dalam diri seseorang.

Sardiman (2011: 90) dalam bukunya “Interaksi dan Motivasi Belajar

Mengajar”bahwa motivasi muncul dari kesadaran diri untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dorongan yang menjadi daya penggerak untuk mencapai tujuan dalam belajar adalah bersumber dari kebutuhan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Kesadaran inilah yang memotivasi siswa untuk belajar lebih giat lagi demi mencapai hasil belajar yang memuaskan.

Faktor dari luar diri siswa yang dapat menimbulkan motivasi belajar seperti dalam proses belajar salah satunya adalah guru. Guru yang menggunakan metode pembelajaran secara variatif dan sesuai kebutuhan siswa akan lebih menarik dan tidak membosankan, seperti menggunakan metode diskusi, eksperimen, simulasi dan lain sebagainya. Contoh apabila menggunakan metode diskusi, guru memberikan tugas kepada siswa untuk mencari dan membaca buku-buku yang dinilai menarik dan mendukung proses belajar mereka. Siswa diminta untuk menyimpulkan isi bacaan dan membahas atau mendiskusikannya di kelas. Dengan demikian siswa akan terlibat dan aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar tersebut. Contoh lain misalnya hubungan/relasi yang baik antara guru dengan siswa, dimana guru memberi perhatian dengan memberi sapaan pada siswa, mampu menanggapi kebutuhan siswa dalam belajar, guru terbuka pada siswa, guru bersikap rendah hati, murah hati, bersikap adil dan lain sebagainya. Relasi yang baik ini akan membuat siswa senang pada guru dan juga pelajaran yang diajarkannya sehingga siswa termotivasi dan berusaha mempelajarinya dengan sungguh-sungguh (Dimyati, 2009: 62).

Demikian pula dengan guru yang menggunakan berbagai cara untuk menimbulkan rasa ingin tahu siswa dalam belajar. Hal ini dapat menimbulkan motivasi bagi siswa untuk belajar. Unsur lainnya adalah orang tua yang perhatian, bila orang tua memperhatikan anak-anaknya, memperhatikan kemajuan belajar anak-anaknya, memiliki hubungan yang baik dengan anak-anaknya, memberikan semangat anak-anaknya dan lain sebagainya maka siswa akan termotivasi dan

mudah dalam belajar. Semua ini dapat menjadi sarana untuk mengembangkan motivasi belajar siswa demi mencapai hasil belajar yang memuaskan.

4. Peranan Motivasi dalam Belajar

Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Hamzah (2011: 27-28) mengutarakan peran motivasi dalam belajar dan pembelajaran adalah sebagai berikut:

(1) Peran Motivasi dalam Menentukan Penguatan Belajar

Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya. Sebagai contoh, seorang anak akan memecahkan materi matematika dengan bantuan tabel logaritma. Tanpa tabel tersebut anak itu tidak dapat menyelesaikan tugas matematika. Anak itu akan berusaha mencari buku tabel matematika. Upaya inilah merupakan motivasi yang dapat menimbulkan penguatan belajar.

(2) Peran Motivasi dalam Memperjelas Tujuan Belajar

Anak akan tertarik untuk melakukan sesuatu jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak. Sebagai contoh anak akan termotivasi belajar elektronik karena tujuan belajar elektronik itu dapat melahirkan kemampuan anak dalam bidang elektronik.

Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun

Dokumen terkait